بسم الله الرحمن الرحيم
•••
"Siap menerima juga harus siap mengikhlaskan."
-Rania Salsabila Az-Zahra-
~•Happy Reading•~
*****
Empat hari lagi, masa iddah Rania habis. Artinya, sudah depalan puluh enam hari ia dan Rangga tak berada dalam satu atap. Seharusnya, mereka masih satu atap, tapi sepertinya, takdir lagi-lagi mempermainkannya.
Hampir tiga bukan ini, Rania menghabiskan diri dalam kamarnya. Bertemankan kesunyian dan hujan yang membasuh luka, ia terus berharap hingga harapan itu lambat laun terkikis dengan sendirinya oleh waktu yang semakin menipis. Tinggal empat hari lagi. Apa yang bisa harapkan dengan waktu yang sesingkat itu?
Sepertinya memang sudah tak ada harapan lagi. Ia sudah sempat membujuk Pakde, tapi gagal. Lagi pun, ia tahu Pakde membuat keputusan itu tidak sembarangan. Mungkin, inilah yang terbaik untuknya dan juga Rangga. Dan sudah saatnya juga ia berdamai. Iya, ia harus berdamai dengan semua ini.
"Ya Allah, jika memang aku dan dia tidak bisa lagi bersatu, tuntunlah hatiku untuk ikhlas." Lirih Rania dalam sembilu rasa sakitnya.
Tok Tok
"Ran..."
"Iya Bukde, sebentar."
Klek
Ranai membuka pintu kamarnya. Bukde lantas tersenyum melihat Rania. Wajahnya masih sama seperti kemarin-kemarin. Matanya sembab, hidungnya merah, dan masih ada jejak air mata di pipinya.
"Ran, jangan sedih-sedih lagi ya? Bukde ikutan sedih loh ini. Bukde paham, pasti berat jalanin ini semua. Tapi, jangan sampe begini juga. Gini, bentar lagi kan masa Iddah kamu habis. Nah, nanti kamu pergi ke mana gitu, melepas sedih kamu. Apa ya itu namanya? Heling? Giling? Apa sih itu bahasa anak muda sekarang?"
Rania rasanya ingin tertawa mendengar pertanyaan Bukde. Ia terus mengulum senyumnya.
"Hiling ibuk, hiling. Masa Rania mau di giling?" Ucap Irsyad yang tiba-tiba ada di sana.
"Nah itu, hiling. Ajakin gitu Syad, biar nggak sedih-sedih terus Rania-nya." Ucap Bukde.
"Emangnya, Rania mau ke mana?" Tanya Irsyad.
"Belanda." Jawab Rania spontan.
Bukde dan Irsyad saling tatap mendengar jawaban Rania. Belanda? Jauh Banget?
•••
Dua hari berlalu...
Jika Rania sudah ingin berdamai. Maka Rangga belum. Dari kemarin, ia terus mengigau-ngigau nama Rania. Pasca dinner dengan Nayla malam itu, ia demam. Saat ini, ia masih terbaring lemas di kasurnya. Dan, menyebut-nyebut nama Rania.
"Pa, gimana ini? Dari kemarin dia ngigo terus. Panggilin Rania ya Pa? Kasian Rangga." Ucap Raisa sangat khawatir dengan keadaan Rangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta [END]
RomanceCinta yang terhalang oleh takdir? Apa jadinya ketika kita tidak bisa bersatu dengan orang yang kita cintai? Dan justru, malah harus bersatu dengan orang yang tidak kita cintai. Begitulah kisah Rania & Rangga. Rangga Zaydani Al-Fathir, seorang putra...