06

144 23 7
                                    

"ada apa dengan mu?" Caine sedikit menoleh kan wajah nya ke arah makoto, saat ini mereka sedang berada dipinggir danau untuk memancing.

"aku tak apa" makoto sedikit menundukkan wajah nya.

"raut wajah mu lebih jujur dari pada mulut mu nak" ujar caine sembari memasang cacing pada sebuah jarum tajam.

"a aku--"

"aku tak akan memaksa mu untuk bercerita, kita baru saja bertemu tak mungkin kau langsung percaya pada ku bukan? viona boleh kah aku meminta tolong?"

"ada apa tuan ku?" viona sedikit menghampiri caine.

"ambilkan bungkusan merah yang berada didalam kamar ku, bungkusan itu berada diatas meja"

"baik tuan" setelah mendengar penuturan caine, viona langsung beranjak pergi dan meninggalkan makoto dan caine dipinggir danau tersebut.

Suasana terasa sunyi tak ada pembicaraan apapun, bahkan suara angin dan daun yang berjatuhan bisa didengar dengan jelas.

"aku bingung harus melakukan apa"

Tiba-tiba saja makoto membuka suara, ia menatap lurus kearah danau, tatapan nya terasa menyedihkan.

"aku tak berguna, aku tak pernah membantu ayah didalam segala hal, aku merasa hidup ku tak penting, aku tak berguna tak bisa membantu siapa pun, bahkan ibu tak menyukai ku, ibu mengatakan bahwa aku tak berguna, aku tak dapat diandalkan"

Caine terdiam mendengar penuturan makoto, ia melihat rasa tak ingin hidup dari makoto, rasa menyerah nya sangat besar, caine sedikit meneduhkan padangan nya.

"ayah tak pernah bangga pada ku, aku seperti bayangan, bahkan anak para selir lainnya tak ingin bermain dengan ku, aku juga takut untuk mendekat, adik ku juga mengatakan ia membenci ku" suara makoto sangat lirih, kesedihan nya sangat membuncah.

"adikmu membenci dirimu? pasti ada alasan nya bukan?"

"aku selalu melarang nya untuk berteman dengan anak-anak para bangsawan, aku mempunyai alasan, mereka hanya menjadikan adik ku alat, mereka sering kali meminta hal yang tak bisa mereka dapat, baik barang atau apapun, tapi menurut adik ku, aku hanya mengekang dan mengatur nya saja"

"setiap aku ingin berbicara dengan nya, mengapa aku bersikap seperti itu, ia tak pernah mendengarkan aku, setiap ia mendengar suara ku, ia selalu berlari dan menjauh dari ku" suara nya kian mengecil, bahkan sekarang air mata turun dari matanya yang begitu indah.

"nak,mungkin ada kalanya kau merasa tak berguna, tetapi tanpa kau sadari kau berguna bagi orang lain, tak usah memikirkan ayah, ibu atau saudara mu yang lain, kau berguna bagi pelayan mu, atau siapapun yang kau bantu, tanpa kau sadari hal kecil itu berarti bagi mereka, kau merasa sendirian? tak apa sekarang ada aku, kau bisa mengajak ku bermain, atau melakukan hal yang kau inginkan, sekarang aku adalah teman mu" Caine mengarahkan tangan nya ke atas kepala makoto, dan sedikit mengelus kepala makoto dengan lembut, bahkan senyuman nya terasa menyejukan bagi mako.

"nak jangan merasa sedih karena dilahirkan kedunia ini, kau sangat hebat karena sudah melewati semua ini sendirian, aku bangga pada mu, terimakasih atas semua hal yang kau lakukan, kau sangat hebat" elusan tangan itu masih saja terasa, bahkan air mata makoto semakin gencar untuk turun.

'ada yang bangga pada ku, ada yang bangga pada ku tuhan...'

"menangislah, luapkan kesedihan mu, kau terlalu banyak memendam, setelah ini mari buka lembaran baru dan mengisi nya dengan kebahagian saja" suara lembut itu terasa berputar didalam kepala makoto, ia tak pernah merasakan hal seperti ini.

"a-apakah sekarang kita berteman?" makoto menatap caine.

caine hanya menganggukan kepala nya, dan tersenyum kearah mako.

西國男妾 Xī guónán qièTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang