BAB 11 ~primera tarea~ [tugas pertama]

160 33 4
                                    

BAB 11 ~primera tarea~ [tugas pertama]


Rembulan masih setia menjalani tugasnya. Suara burung hantu terdengar dari atas pohon. Menambah suasana menyeramkan di tengah kesunyian.

Nikse mengarahkan kakinya ke pintu balkon. Setelah ia membuat secangkir kopi dan meminumnya kedua netranya enggan terpejam. Padahal Nikse ingin sekali mengistirahatkan tubuhnya.

Membuka pintu dan menutupnya kembali. Nikse disambut angin malam yang terasa dingin. Rambutnya sedikit berkibar tertiup angin.

Nikse duduk disebuah kursi kayu setelah meletakan secangkir kopi yang masih tersisa di atas meja. Netra abunya menatap ke atas pohon tepat dimana seekor burung hantu tengah mengusir seekor burung putih yang berada di wilayahnya.

Ckug ckug ckug

Burung hantu itu sedikit mengepakkan sayapnya. Merasa marah karena tak diindahkan oleh burung dengan bulu putih bersih disampingnya. Pohon ini wilayah tempatnya bertugas jadi tak ada yang boleh mengganggunya.

Lagian kenapa burung cantik itu beraktifitas di malam hari. Kan biasanya yang beraktifitas di malam hari hanya burung hantu dan burung-burung malam saja.

“ven aquí”

[Kemarilah]

Bulu putih yang sangat lembut itu mengepakkan sayapnya ke udara. Terbang mengarah ke tempat Nikse dan mendarat dengan sempurna di atas meja.

Burung hantu yang merasa wilayahnya sudah terbebas dari burung luar pun kembali melakukan tugasnya dengan tenang. Menyanyikan lagu malam sebagai melodi pengantar tidur.

Nikse meletakan telapak tangannya pada kepala burung dengan bulu putih itu. Nampaknya si putih begitu nyaman. Paruh burung putih terlihat berusaha melepaskan lilitan tali yang terikat pada kakinya. Ada segulung kertas kecil disana. Nikse lantas melepaskan ikatan tali itu dan menyimpan gulungan kertas pada sakunya.

“gracias, vuelve”

[terima kasih, kembalilah]

Burung dengan bulu putih itu terbang menuju langit. Nikse menatap kepergiannya dengan senyum tipis. Nikse mengalihkan pandangannya pada cangkir kopi yang masih tersisa isinya ia meneguknya dengan santai.

Duk

Uhuk

Ketenangan itu tak berlangsung lama karena sebuah suara yang mengejutkan. Nikse menatap seorang pengganggu yang tengah menatapnya tajam dari bawah. Pasti orang itu yang melempar sebuah batu pada pembatas balkon.

“Hei kau turun sekarang!”

“Untuk apa?” tanya Nikse.

Orang dibawah menatap Nikse tajam dengan berkacak pinggang. Siapa lagi jika bukan Jacob Caryson hanya dia seorang yang berani mengusik Nikse.

“Pengawal lainnya bekerja sedangkan kau dengan santai duduk disana, apa kau mau makan gaji buta?” Jacob sudah selayaknya bos. Mengoceh karena karyawannya lelet dalam bekerja.

“Cepat turun sebelum ku seret kau!”

Nikse berdecak, ia meletakkan satu lengannya di pembatas balkon.

“Hei dengarkan ini, kata Anton aku mulai bekerja besok” kata Nikse dengan raut santai bahkan setelahnya ia meminum kopi yang masih tersisa.

“Anton dipercaya, disini yang atasanmu siapa? aku atau Anton!”

Be a BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang