CH 3 (R+15)

347 19 9
                                    

Melihatnya pergi meninggalkannya, Jahyun segera memakai helm sepeda dan menaiki sepedanya. Kemudian dia meletakkan kakinya pada pedal sepedanya lalu mengikutinya.

Jalan yang dilaluinya sedikit menanjak, tapi tidak terlalu membebaninya. Suara burung berkicau terdengar lebih jelas saat mereka menyusuri jalan hutan itu semakin dalam.

Entah sudah berapa lama dia mengayuh, kakinya mulai terasa lelah. Tapi dia tidak ingin menyerah saat melihat seseorang yang berada di depannya tidak memperlihatkan tanda-tanda kelelahan. Dia mengayuh dengan indah, badannya seperti sudah terbiasa dengan ini. Tentu saja, dia seorang profesional.

Tapi dia benar tentang tempat ini yang bisa menenangkan pikiran, pemandangan saat kita semakin menanjak ke atas terlihat indah dan tempat ini cukup jauh dari sebuah kota dan jalanan besar, membuat udara di sekitarnya tetap terjaga.

Jahyun memberhentikan sepedanya saat melihatnya berhenti.

" Kita sudah sampai " Ucapnya seraya turun dari sepeda miliknya.
Dia melihat padanya.
" Apa kau baik-baik saja? "

Dia membalas dengan anggukan, tubuhnya menuruni sepedanya. Dia melihat-lihat sekitar, dari sana dia bisa melihat jalur tadi yang sudah dia lalui. Jalan itu melingkar dengan sedikit menanjak. Jujur saja, dia menyukai tempat ini.

Owen meletakkan tubuhnya terduduk, merentangkan kakinya agar tidak terjadi keram. Dia mengeluarkan botol minum dari tasnya, lalu segera meminumnya. Dirasa rasa hausnya sudah hilang, dia menyimpan kembali botol minumnya, lalu membaringkan tubuhnya.

Dia meletakkan tubuhnya terduduk di sampingnya dan merentangkan kakinya. Dia menghilangkan rasa hausnya, meneguk air yang dibawanya.

" Apa kau benar-benar tidak ingin menjadi atlet? "

" Ya "

" Sungguh disayangkan, kau memiliki potensi. Jika suatu saat kau berubah pikiran, bergabunglah dengan tim ku "

" ... "
" Aku tidak tertarik. "

" Hei kubilang jika kau berubah pikiran "

" Pikiranku tidak akan berubah. "

" Kau benar-benar menyebalkan. "

Mereka tak lama berada disana. Seperti yang kita tahu, dia harus kembali sebelum malam tiba. Seseorang sedang menunggunya untuk kembali memarahinya.

Jahyun kembali saat jam menunjukan pukul 2. Seperti janjinya, dia kembali sebelum malam tiba. Ibunya sudah menunggunya terduduk di sofa saat dia memasuki rumah. Tentu saja kita semua tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

•••

Waktu berlalu begitu cepat. Hanya beberapa bulan lagi menuju kelulusan. Dimana pada tahap ini mereka akan disibukkan untuk mengerjakan ujian-ujian yang akan datang. Keduanya menjadi lebih dekat, mereka selalu menghabiskan waktu bersama entah itu di sekolah maupun di luar sekolah. Mereka selalu bersepeda bersama.

Saat ini keduanya berada di tempat yang biasa mereka kunjungi. Jahyun membutuhkan tempat untuk menenangkan pikirannya, saat ini pikirannya sedang ruwet, dia hampir saja mengalami depresi yang berat.

Bagaimana tidak, bayangkan saja sepeda kesayanganmu di buang begitu saja oleh ibumu sendiri ke tempat penampungan sampah tanpa sepengetahuanmu. Beruntung dia menemukannya sebelum sepeda itu dihancurkan oleh mesin penghancur. Dia segera membawanya ke tempat perbaikan sepeda untuk memperbaiki beberapa hal yang rusak.

Dia marah kepada ibunya lalu bertanya kepadanya mengapa melakukan hal itu. Ibunya memberi alasan jika dia tidak suka dia membuang-buang waktu secara berlebihan untuk hal yang tidak berguna, dia ingin dia fokus untuk belajar dan mengerjakan ujian dengan baik agar memudahkannya masuk pada jurusan kedokteran.

You'll Find A Way | Owen × Jahyun | WindbreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang