CH 11 (R+15)

196 8 1
                                    

Setelah menyelesaikan sarapannya, keduanya berada di kamar milik Jahyun meninggalkan Woohyun sendiri disana.

" Aku harus pergi sebelum ibumu datang. Sekarang istirahatlah dan hubungi aku jika ada yang kau butuhkan, mengerti? "

Jahyun menjawabnya dengan sebuah anggukan. Sebelum meninggalkannya, dia mendaratkan kecupan singkat pada bibirnya.

Setelah Owen pergi, dia membaringkan tubuhnya di atas kasur. Tubuhnya kelelahan dan matanya terasa berat saat menatap langit-langit kamarnya, tapi kemudian kepalanya sakit akibat pikiran kacau yang selalu menghantuinya saat dia berada di dalam kesendiriannya.

Ini kerap terjadi kepadanya, berada di dalam lingkungan keluarga yang keras dan tidak memiliki seseorang yang di percaya membuatnya menyimpan sendiri kesakitan yang dialaminya.

Dan belum lama ini, dia baru saja menambah masalah di dalam hidupnya. Mencintai seorang pria, dia tahu itu adalah sebuah kesalahan dan dengan kesadaran bodohnya dia membawa seorang pria bersama masa depan cerahnya kedalam sebuah kegelapan.

Dia mempercayai semua yang terjadi di dalam hidupnya adalah sebuah kutukan untuknya. Pria itu bahkan tidak menyadari kesehatan pikirannya sedang digerogoti dari waktu ke waktu dan menyebar menjadi sakit yang bisa dirasakan oleh raganya.

Jahyun segera bangkit dari tidurnya, tangannya dengan panik mencari obat yang selalu diminumnya. ' Sial ' Batinnya mengumpat, mengingat dia dengan ceroboh meninggalkan obat tersebut di rumah milik Owen. Saat akan pergi dini hari tadi, dia membawa berbagai obat untuknya.

Dia segera keluar dari kamarnya, mencoba untuk menyeimbangkan kakinya saat berjalan menuruni tangga, tangannya sibuk mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Owen.

" Kemana lagi kakak akan pergi? " Tanya Woohyun saat melihatnya berjalan terburu-buru keluar dari rumah.

" Hanya pergi sebentar " Jawabnya. Dia berlari menuju rumahnya, lalu menekan bel dengan tak sabar saat berada di depan rumah miliknya.

Owen akhirnya menerima panggilan darinya setelah beberapa kali melewatkannya. " Apa kau sudah merindukanku lagi? "

" Kenapa baru mengangkatnya! " Amarahnya meningkat saat tak bisa menahan rasa sakit dikepalanya.

" ? ". " Maafkan aku, tadi aku sedang di dalam perjalanan. Ada apa? "

" Kau bilang menyuruhku untuk menghubungimu jika aku membutuhkanmu! Tapi kau sangat sulit untuk dihubungi! "

" ...Kau ba- "

" Obatku tertinggal di dalam rumahmu, cepat buka pintunya, aku seperti akan mati sekarang " Jahyun mulai menangis karena merasa sangat frustasi.

" Hei kenapa kau menangis? Apa kau sakit? " Owen menjadi pucat karena panik. Dia kembali pergi dari ruangan tempat latihannya, meninggalkan pelatihnya sendiri dalam kebingungan.

" Cukup buka pintunya saja! "

" Ada apa denganmu, buka saja dan tunggu di dalam aku pulang sekarang "

" Bagaimana caraku membukanya, kau menguncinya! " Dia terisak, nada bicaranya terus meningkat.

" Jahyun tenanglah! Kau mengetahui kata sandinya ******, ada apa denganmu! Kau membuatku ketakutan setengah mati disini! "

" Aku mengetahuinya? " Dia bergumam pelan. Dia terdiam sadar, lalu menyandarkan kepalanya pada pintu, memejamkan matanya dan mengatur nafasnya.

" Kau baik-baik saja? Apa kau kesakitan? Dimana yang sakit? "

" ...dimana kau sekarang? " Lirihnya.

" Aku sudah dekat " Setelah Owen mengatakan itu, Jahyun mengakhiri panggilan di antara mereka.

You'll Find A Way | Owen × Jahyun | WindbreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang