Setelah mengetahui bahwa ada janin dalam perut pacarnya, Arkan mengantar Maddy untuk memeriksa kesehatan kandungannya. Dokter bilang kandungan Maddy terbilang lemah karena usia sang ibu yang masih sangat muda, apalagi usia janin masih terhitung 1 bulan.
Setelah memeriksa kandungan Maddy, Arkan mengantar pacarnya itu pulang ke rumah, ia juga berniat jujur pada mama Maddy dan meminta izin untuk menikahi anaknya.
Siapapun akan merasa gugup jika meminta izin untuk meminang seorang gadis pada orang tuanya, tak terkecuali Arkan yang juga lelaki biasa. Namun demi pacarnya sekaligus calon istri dan ibu dari anaknya, Arkan mengumpulkan keberanian untuk berbicara sejujurnya.
"Kenapa nak Arkan? kok kaya gugup gitu?"
"Tante..."
"Mama kan udah bilang, panggil Mama aja kaya Maddy."
"Maaf Ma... Arkan buat kesalahan besar, mama boleh pukul Arkan, tapi jangan marahin Maddy," ujar Arkan sambil menunduk.
"Maksunya kenapa ya? Mama nggak ngerti."
"Aku hamil Ma," ujar Maddy membantu Arkan menjelaskan keadaan.
"A-apa?"
"Aku yang buat anak gadis Mama hamil."
Mama menatap putri semata wayangnya yang sudah ia jaga sendirian tanpa seorang suami.
"Hikss Maddy nakal Ma... Maddy kecewain Mama..."
Mama meneguk ludahnya kasar, ia mengusap kepala putrinya itu. "Maddy, kalo kamu tau itu buat mama kecewa kenapa kamu tega?"
"Ini salah Arkan Ma, jangan salahin Maddy."
"Arkan, kamu bakal tanggung jawab sama anak Mama?"
Arkan mengangguk. "Pasti, Arkan siap tanggung jawab, Arkan bakal jaga Maddy dan anak kita nanti."
Mama mengusap air matanya yang menetes, tidak mudah bagi seorang ibu mendengar berita seperti ini dari anaknya. "Kalo gitu kamu bicarain ke keluarga kamu ya, besok kamu datang lagi ke sini, sekarang kamu pulang," usir Mama secara halus.
Arkan beranjak bangun, ia memberi salam sebelum pergi dari rumah itu. Kemudian ia mengendarai mobilnya menuju rumah orangtuanya.
Butuh waktu cukup lama untuk perjalanan sampai ke sana. Dia segera mencari keberadaan papanya, tapi ia lebih dulu bertemu dengan Rachel, ibu tirinya.
"Arkan, kamu pulang."
"Papa mana?" tanyanya.
"Ayo makan dulu, kebetulan bibi masak banyak malem ini, masih ada sisa lauk buat kamu."
"Bacot, gue tanya dimana bokap gue bicth."
"Papa kamu ada di ruang kerjanya."
"Waktu gue kebuang sia-sia gara-gara lo," ujar Arkan tajam kemudian berlalu pergi.
Rachel menahan lengan Arkan. "Aku ngerti kamu gak terima aku nikah sama papa kamu, tapi sejujurnya aku masih cinta sama kamu."
"Dari mananya gue peduli? tolol." Arkan menghentak tangan Rachel kasar agar melepas genggaman perempuan itu dari tangannya.
"Aku tau kamu juga pasti masih cinta aku kan?"
"Bacot anjng," kata Arkan.
Arkan melangkah pergi menuju ruang kerja ayahnya, ia membuka pintu ruangan tanpa sopan santun. "Ada yang mau Arkan omongin."
"Akhirnya kamu pulang juga ke rumah, kamu mau minta apa Arkan?" tanya Bram, ayah Arkan
"Bukan barang Pa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Maddy🔞
Lãng mạn"Jadi pacar gue ya?" "Ga mau kak. Aku udh punya pacar," tolaknya. "Siapa sih pacar lo? mau gue abisin dia karena udah berani-beraninya duluin gue." "Pacar aku kan temen kakak, kak Bian." Laki-laki itu tersenyum miring. "Putusin Bian, jadi pacar gue...