Sial.
Arkan merutuki dirinya yang hilang kendali semalam, ia ingat jelas kalau semalam telah melakukan hal menjijikkan dengan Rachel, ibu tirinya.
"Bangst!" Arkan menonjok tembok kamarnya hingga membuat tangannya mengelus darah.
Arkan mengacak-acak rambutnya, ia sungguh frustasi. Bisa-bisanya ia mengkhianati Maddy yang sedang mengandung anaknya, ini semua karena jalang itu. Arkan berjanji ia akan membunuh perempuan itu jika ada kesempatan.
Hari ini adalah hari pentingnya, hari dimana ia akan melamar gadis pujaannya. Dan semoga saja tidak ada halangan lain yang membuat amarahnya meluap.
Bibi pelayan mengetuk-ngetuk pintu kamarnya, dan menyuruhnya untuk bersiap berangkat. Dia harus melupakan kejadian semalam, ia tidak mau merusak suasana hati yang seharusnya senang gembira.
Arkan mandi membersihkan diri, ia berdandang dengan rapi, bagaimana pun ia ingin terlihat sempurna oleh Maddy.
Arkan beserta ayah dan ibu tirinya berangkat ke rumah Maddy. Mereka juga membawa beberapa bingkisan mewah yang harganya tidak mungkin murah.
Sesampainya di kediaman rumah Maddy, mereka disambut hangat oleh Maddy dan mamanya.
"Kami membawa sedikit hadiah, tolong diterima, jangan ditolak," ujar Bram.
"Ah terima kasih, maaf merepotkan. Ayo silahkan masuk." Mama mempersilahkan tamunya untuk masuk ke dalam rumah, tak lupa ia tersenyum ramah pada mereka semua.
Sedangkan Rachel sedari tadi menatap Maddy tajam, ia memperhatikan perempuan yang mengandung anak Arkan itu. Dirinya bertanya-tanya dimana letak menariknya gadis bernama Maddy itu? perempuan itu lebih terlihat seperti jalan di matanya.
"Anda mungkin sudah tahu maksud kedatangan kami kemari."
Mama Maddy mengangguk paham. "Benar," balasnya.
"Tapi saya akan menjelaskan lebih. Saya minta maaf selaku orangtua, tidak bisa mendidik Arkan dengan benar. Tapi... anak saya, Arkan berniat menikahi putri anda yang tengah mengandung, kami bersedia menafkahi keluarga anda sampai kapanpun sebagai tanda bersalah dan tanggung jawab kami."
"Tidak perlu, saya hanya ingin anda menjamin kalau Maddy akan bahagia menikah dengan Arkan."
"Arkan janji Ma, aku akan menjaga Maddy, bahkan dengan nyawa," tutur Arkan.
Mama Maddy mengangguk, ia akhirnya merestui hubungan keduanya. Tidak ada pilihan lain yang terbaik, bayi Maddy butuh seorang ayah, dan Maddy sendiri butuh sosok yang menjaganya.
•••
Saat pernikahan Arkan dan Maddy dilaksanakan, hanya orang-orang terdekat yang diundang, bahkan teman sekolah mereka pun tidak ada yang tau.
Mama Maddy setuju anaknya tinggal bersama Arkan di apartemen. Mereka juga sepakat menyembunyikan perihal kehamilan Maddy pada siapapun. Malam ini secara resmi adalah malam pertama bagi sepasang pengantin itu, tapi Arkan tidak akan melakukan itu karena ia takut kandungan Maddy celaka seperti sebelumnya.
"Ayo tidur, kamu harus istirahat," kata Arkan.
"Kak Arkan ga mau lakuin malam pertama kita?" tanya Maddy.
"Kesehatan kamu lebih utama," ujar Arkan sambil mengecup puncak kepala Maddy.
Maddy tersenyum senang Arkan memperhatukannya namun ia ingin melakukan tugasnya sebagai seoarang istri. "Aku mau puasin Kakak."
"Aku ga mau ngelukain kamu."
Maddy mendorong Arkan hingga laki-laki itu terduduk di atas ranjang. "Kan bisa pake mulut," ujar Maddy dengan wajah menggoda.
Arkan menyipitkan matanya, ia memperhatikan istri kecilnya itu yang berjongkok dan mulai membuka resleting celananya. "Kamu serius?"
Maddy mendongak menatap mata Arkan. "Celana Kakak udah ngembung gini, apa ga sesek? aku keluarin ya."
"Keluarin aja," suruh Arkan.
Maddy mengeluarkan ke jan, tanan besar Arkan, lalu matanya membulat terkejut melihat bt, ang besar itu berdiri tegak di depan wajahnya langsung. Maddy menghirup aroma benda besar itu, itu sangat nikmat diindra penciumannya.
Maddy menyentuh ujung pen, is Arkan yang berbentuk seperti jamur. "Dari sini benihnya keluar, ini juga yang tembak-tembak rahim aku sampe jadi bayi gini."
"U-uhhh... jangan dimainin Madd, masukin ke mulut kamuhh."
"Kak Arkan ga sabaran ya." Maddy memasukkan benda berurat itu masuk ke mulutnya, dengan lihai lidahnya menjilati benda panjang itu.
"Ughh uhh kamu makin jago jilatnya shhhh enghhhh."
"Mhhhh ahhh enak, masuk dalemhh akhh banghett..." Maddy memaju mundurkan kepalanya, memasukkan sesuatu yang besar itu hingga ke ujung mulutnya.
"Muluth kamu uhhh panashh, junior aku mau meledakhh di dalemh."
"keluarin ajah di muluthh aku, mau minumhhh ohhh."
Arkan yang akan mencapai kenikmatannnya menggerakkan kepala Maddy dengan cepat. "Ohhh shit mulut kamu makan bt, ngku Madd."
"Ohh ohhhhh."
Arkan menyem burkan benihnya di dalam mulut Maddy.
Mulut serta wajah Maddy berlumuran banyak cairan kental dari Arkan. "Aaahhh aku minum banyak bangethh kakh."
Arkan meng ck kejan, tanannya yang masih berdiri tegak walau sudah mengeluarkan banyak cairan. "Ahh ahh bat, ang sialan, cepeth banget berdirinya."
Maddy yang melihat itu langsung menduduki paha Arkan. "Masukin ajahh ke sini kak."
"Minggir Madd."
"Ayo mandi." Arkan menggendong Maddy ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh mereka yang berkeringat.
Maddy mengangguk.
"Kalo perut aku gede, udah bulet gitu, kakak ga bakal cari cewek lain kan?" tanya Maddy.
"Tergantung," jawab Arkan.
Dug. Maddy memukul dada Arkan. "Berani-beraninya! Aku bakal pukul cewek-cewek yang berani deketin suami aku," kesal Maddy.
Arkan membasahi badan Maddy dengan air, lalu menyabuninya. "Emang berani?" tanya Arkan menggoda istri menggodanya itu.
"Beranilah, aku kan berdua."
"Sama siapa?" tanya Arkan.
"Sama dede bayi nih," ucap Maddy sambil mengelus perutnya.
"Jangan khawatirin hal yang ga penting. Aku juga ga bakal macem-macem di belakang kamu, karena mulai hari ini aku milik kamu dan calon anak kita."
Maddy tertawa. "Aku baru sadar kalo dari tadi Kakak manggilnya pake aku-kamu, bukan gue-lo lagi," ujar Maddy setengah meledek suaminya.
"Kan sama istri." Arkan memeluk tubuh Maddy dari belakang.
•••
Update seminggu sekali diwp, udah lengkap dikryakarsa(link dibio)
KAMU SEDANG MEMBACA
Maddy🔞
Romance"Jadi pacar gue ya?" "Ga mau kak. Aku udh punya pacar," tolaknya. "Siapa sih pacar lo? mau gue abisin dia karena udah berani-beraninya duluin gue." "Pacar aku kan temen kakak, kak Bian." Laki-laki itu tersenyum miring. "Putusin Bian, jadi pacar gue...