Renata bercagak pinggang sambil menatap Araf di depan gerbang sekolah. Ia mengawasi laki-laki itu yang menatapnya dengan santai dan datar seperti ingin mengajak perang.
"Ter.. lam.. bat." Ucap Araf.
Araf menyunggingkan senyum miringnya melihat wajah kesal Renata. Ia memasukkan kedua tangannya di saku celana seperti biasanya.
"Gak usah sok keren lo!" Kesal Renata.
"Kali ini lo harus ngerjain sendiri hukuman lo." Ucap Araf.
"Cot!"
"Ikut gue ke lapangan."
Memukul angin, Renata menatap jengkel Araf yang sudah berjalan duluan ke lapangan. Ia menarik tali tas nya agar tidak terjatuh dan mengikuti laki-laki itu dengan langkah lebar.
"Bebasin aja kenapa sih?! Baru sekali juga gue telat minggu ini!" Ucap Renata ngegas.
"Mimpi." Ucap Araf.
"Terserah lo terserah! Panas banget ini cuacanya!"
"Bagus. Matahari pagi bagus untuk berjemur."
"Muka lo! Lo aja sana yang berjemur pake bikini bottom!"
"Lo Patrick? Pantes."
"Ngajak baku hantam ayok lah! Geram juga gue lama-lama!"
Mendengar itu, Araf menghentikan langkahnya. Ia membalikkan tubuhnya secara mendadak dan membuat Renata langsung menabrak tubuhnya.
Bruk!
"Busettt!!! Keras amat tuh dada! Ada bantalan roti nya apa ya?!" Pekik Renata sambil meraba dada Araf.
Plak!
"Sakit woyyy!!!" Teriak Renata.
"Dasar mesum." Ucap Araf.
"Yaelah! Raba dikit doang! Pelit amat!"
"Dada lo sini gue raba."
"Gue bogem juga lo!"
"Berarti lo duluan gue bogem."
"Nyenyenyenye!"
"Berdiri di tengah lapangan."
Mendengar itu, Renata tercengang. Ia memperhatikan Araf dan tengah lapangan secara bergantian sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Woy! Jadi ikan asin gue!" Protes Renata.
"Pergi." Ucap Araf.
"Plis! Gue baru luluran semalam! Gila ya lo!"
"Gosok pake lumpur nanti setelah selasai jalani hukuman."
"Muka lo sini gue lumpurin!"
"P. E. R. G. I!"
Bulu kuduk Renata langsung berdiri mendengar nada dingin penuh penekanan milik Araf. Ia buru-buru melempar tasnya dan berjalan ke tengah lapangan.
"Anjir! Gue kan lebih tua dari tuh bocah ingusan! Bisa-bisanya gue terenyuh sama dia!" Dumel Renata.
Menghentikan langkahnya setelah sampai di tengah lapangan, Renata berbalik menatap Araf yang berdiri di pinggir lapangan. Ia mengacungkan jari tengahnya sambil menatap laki-laki itu dengan penuh permusuhan.
Araf menunjuk Renata. Ia menyuruh gadis itu mengangkat satu kakinya dan memegang kedua telinganya sendiri. Lalu, Araf mengacungkan jari jempolnya sambil menahan tawa karena gadis itu mengikuti arahannya.
"Woilah! Lo ngerjain gue?!" Teriak Renata.
Mengangkat bahunya tidak tahu, Araf pergi keluar dari lapangan. Ia akan mengawasi Renata setelah membeli minuman dingin untuk gadis itu dan juga dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Past: What If Kisah Araf (Transmigrasi Ke Masa Lalu)
JugendliteraturTidak pernah terlintas sedikitpun di pikiran Araf bisa menyukai seorang gadis yang bernama Renata. Gadis yang selalu mengejar-ngejar seorang laki-laki yang di sukainya, hingga berakhir menjadi langganan anak OSIS karena perbuatannya yang selalu mela...