Renata mengacak-acak rambutnya sendiri saat berada di parkiran sekolah. Ia sangat kesal karena pagi-pagi sudah harus melihat seorang gadis yang selalu menatapnya dengan takut-takut.
"Apalagi ini miskah?!!" Kesal Renata.
Renata menginjak-injak pasir yang ada di bawahnya. Ia sungguh terlalu lelah untuk beradu mulut dengan pangeran gadis itu yang dapat dipastikan akan langsung mengamuk tidak jelas kepada dirinya.
"Heh! Airin! Out lo sana!" Sewot Renata.
"Renata, kamu-"
"RENATA!!!"
"KAN!"
Renata memutar kedua bola matanya malas mendengar teriakkan itu. Ia misuh-misuh sendiri sambil menggoyangkan tubuhnya mencibir Wilbert yang datang menghampiri mereka diparkiran.
"Lo apain Airin?!" Bentak Wilbert.
Mendengar itu, Renata menutup hidungnya. Ia mengibas-ngibaskan tangannya yang bebas didepan wajahnya sendiri.
"Anjer! Gak gosok gigi lo?!" Tanya Renata ngegas.
"Lo-"
"Sssttttt!!! Diam!!!"
"Mau lo apa pagi-pagi gini udah gangguin, Airin?!"
"Hei! Kembarannya plankton! Kalo ngomong otaknya ditimbang dulu berapa ons! Asal nuduh aja lo!"
"Mau alasan apalagi lo?! Udah jelas Airin ketakutan liat muka lo!"
"Muka lo kali!"
Wilbert menarik lengan Renata dengan kasar. Ia mencengkram lengan gadis itu karena terbawa emosi.
"Gini nih! Gini contoh manusia gagal dimasa depan!" Ucap Renata lantang.
"Masa depan gue pasti lebih bersinar daripada masa depan lo!"
Deg!
Mendengar perkataan Wilbert yang sangat menohok, Renata mengepalkan kedua tangannya. Ia menatap tajam laki-laki yang ada didepannya ini dan menyunggingkan senyum miringnya.
Bugh!
Tanpa aba-aba, Renata langsung memukul wajah Wilbert. Ia dengan sombongnya menatap jijik laki-laki itu yang kini terjatuh begitu mendapatkan pukulannya.
"Wilbert! Kamu gapapa?!" Pekik Airin.
Airin dengan cepat membantu Wilbert berdiri. Ia mengusap wajah lelaki itu yang langsung memerah karena pukulan Renata yang benar-benar mematikan.
"Percuma badan lo sekolah tapi mulut lo kayak orang yang gak pernah disekolahin!" Sinis Renata.
Setelah mengatakan itu, Renata berdecih. Ia dengan santai pergi meninggalkan Wilbert dan juga Airin dengan wajah yang penuh kebencian.
"Mau ngeles tapi apa yang dia bilang itu fakta! Fuck lah!" Kesal Renata.
"Melanggar peraturan."
Menghentikan langkahnya, Renata langsung menoleh kesamping. Ia kembali mengacak-acak rambutnya karena harus kembali berhadapan dengan orang yang membuat mood nya turun pagi ini.
"Lo lagi! Lo lagi! Herman gue lo ada dimana-mana!" Frustasi Renata sambil menarik rambutnya sendirimelihat Araf.
"Dilarang berbicara kasar dilingkungan sekolah." Ucap Araf.
"Bacot!"
"Ikut gue."
"Dih! Siapa lo ngatur-ngatur gue?!"
Araf menatap datar Renata. Ia mengeluarkan buku catatannya yang bertuliskan ketua OSIS kepada gadis itu.
"Idih! Lagak lo kayak orang bener!" Sewot Renata.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Past: What If Kisah Araf (Transmigrasi Ke Masa Lalu)
Teen FictionTidak pernah terlintas sedikitpun di pikiran Araf bisa menyukai seorang gadis yang bernama Renata. Gadis yang selalu mengejar-ngejar seorang laki-laki yang di sukainya, hingga berakhir menjadi langganan anak OSIS karena perbuatannya yang selalu mela...