Bodoh

277 38 1
                                    

Araf menutup pintu ruang OSIS. Ia berjalan kearah kursinya dan meletakkan tasnya diatas meja. Lalu, ia kembali teringat dengan kejadian di koridor saat melihat gadis yang bernama Renata melakukan hal bodoh menurutnya.

"Jadi dia orangnya." Gumam Araf.

Setelah mengatakan itu, Araf tersenyum. Bagaimana bisa gadis yang baru ia ketahui orangnya itu hari ini bisa melakukan hal yang aneh dan selalu bisa membuat Reno ingin mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil ketua OSIS.

"Cantik." Puji Araf.

Tersadar dengan apa yang dikatakannya, Araf mengembuskan napasnya. Ia tidak boleh memikirkan itu karena pekerjaannya masih sangat banyak dan dirinya tidak punya waktu untuk memikirkan orang lain.

"Cantik. Tapi bodoh." Ucap Araf.

Araf mengambil berkas yang belum selesai di kerjaannya kemarin. Ia langsung menandatangani beberapa berkas yang akan di kembalikan ke kepala sekolah pagi ini dengan tenang.

"RAF! GUE-"

"Keluar." Potong Araf.

"Raf! Plis! Gue-"

"Dia gak buat ulah hari ini."

Mendengar itu, Reno langsung berlari mendekati Araf. Ia menatap wajah laki-laki itu dengan seksama karena mengerti dengan apa yang dirinya maksud.

"Lo tau darimana? Iya sih emang, dari kemaren juga dia berubah banget sikapnya. Dia juga jadi punya temen dari yang biasanya gak punya temen. Apa dia sandiwara? Gak mungkin, tapi dia berubah jadi lucu dan polos. Gue sampe lupa sama sikapnya yang sebelum-sebelumnya. Trus, lo tau dari mana?" Tanya Reno beruntun dan mengulang diakhir kalimatnya.

"Gue liat dia di koridor tadi." Jawab Araf.

"Trus, trus?"

"Nabrak."

"Dasar kulkas lo!"

Araf langsung menatap dingin Reno. Ia menatap dengan tenang namun terkesan ingin memakan hidup-hidup laki-laki itu yang kini tersenyum kaku dengan cengiran bodohnya.

"Jadi.. lo.. mau lakuin tugas lo kan?" Tanya Reno mengalihkan perhatian.

"Percuma ada wakil kalo gue masih harus turun tangan." Tolak Araf.

"Ayolah, Raf! Demi kenyamanan bersama!"

Menutup berkas yang tadi di tanda tangani nya, Araf meletakkan berkas itu kembali diatas meja. Ia melihat jam yang ada di pergelangan tangannya dan langsung berdiri dari tempat duduknya.

"Gue akan keliling setelah bel bunyi. Bagian ini dan yang lainnya, biar gue yang urus mulai hari ini." Putus Araf.

"Yesss!!!" Teriak Reno.

Bagai memenangkan pertandingan, Reno melompat dan memeluk tubuh Araf. Ia sampai lupa jika laki-laki yang di peluknya ini sudah mengeluarkan aura gelap yang siap meledak saat itu juga.

"Pergi dan lakuin tugas lo." Ucap Araf dingin.

"Siap!!!" Jawab Reno tanpa merasa bersalah.

Setelah itu, Reno berlari keluar dari dalam ruang OSIS. Ia akan langsung kembali ke kelasnya karena tugasnya kali ini sudah diambil alih oleh pemiliknya. Akhirnya, usahanya untuk membujuk Araf tidak sia-sia. Dirinya bisa kembali melakukan tugas lain tanpa harus melakukan tugas sang ketua OSIS yang selama ini ia kerjakan.

Sementara Araf, ia berjalan santai keluar dari dalam ruang OSIS. Dirinya berjalan sambil memasukkan kedua tangannya didalam saku celananya tanpa perduli dengan keadaan sekitar yang sudah mulai sepi karena jam pelajaran pertama sudah mau dimulai.

The Past: What If Kisah Araf (Transmigrasi Ke Masa Lalu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang