💧🌊
Seorang Remaja perempuan berusia kisaran 17 tahun. memandang Hujan turun dengan senandung syahdunya di mentari pagi hari.
matanya menerawang ke luar jendela. rintikan Hujan membasahi segala kehidupan di luar sana. suara gemericik air yang jatuh menenangkan pikiran kacau Jihan yang sedang patah hati. Dia merapatkan kardigan dengan erat.
merasakan kesejukan yang menembus kaca jendela. tetesan air Hujan yang menyusup permukaan kaca. sejenak membawa kenangan masa lalu yang tidak bisa dilupakan begitu saja.
Memandangi Hujan, membuat Jihan senja.
teringat pada masa ingusnya di desa, kala dia sering bermain Hujan bersama teman-temannya.Waktu itu, Hujan dan rintik nya membawa kegembiraan yang sederhana, membawa tawa dan canda di tengah guyuran Air deras. Namun, kini Hujan seakan membawa nuansa melankolis dan kelam, merenung tentang perjalanan hidup yang telah ia lalui semasa kecil. dia rindu nenek-kakek di desa.
Jihan menarik napas panjang, merasakan aroma tetes Hujan yang tercium dari celah jendela. Setiap tetes hujan yang jatuh mengingatkannya pada harapan dan impian yang pernah ia miliki.
Tak seperti pemikiran Jihan waktu kecil, ia pikir Dewasa menyenangkan. Namun seiring bertambahnya umur. hidup tidak berjalan sesuai rencana.
seperti hujan yang turun di hari yang seharusnya cerah. Tapi Jihan tahu, di balik setiap hujan, selalu ada pelangi yang menunggu untuk ada. tetapi Jihan bertanya kapan pelangi itu muncul untuk nya?.
Pikirannya seakan berkelana ke masa depan. Apa yang akan ia capai ke depannya?. Bagaimana ia akan menghadapi tantangan yang pasti akan selalu ada?. Hujan selalu seolah menjadi cermin bagi hatinya, menunjukkan kelebihan dan kekurangannya.
Jihan tersenyum tipis, menyadari bahwa hidupnya tak selalu sempurna, ada saja masalah. namun penuh dengan warna dan cerita yang tak terduga. Seperti Hujan yang terus turun.
ketukan pintu membuat Jihan membuyarkan lamunannya, Sang-ibu Ratna, memanggil nama anak sulung satu-satu nya.
"Upiak, bangun sayang, sudah pagi."
Jihan menggeliat di tempat tidur kembali dengan mengenakan Cardigan kesayangannya serta selimut."Hugh, masih ngantuk, Bu."
"Ayo, cepat bangun. Kamu harus bersiap-siap untuk sekolah. Nanti terlambat loh."
Jihan menarik selimutnya berasa hawa adem dan nyaman."sepuluh menit lagi, Bu."
Ratna menarik selimut Jihan."Nggak bisa, Jihan. Kamu harus bangun sekarang. Sarapan sudah siap dimeja, ibu mau jemur baju."
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Jihan & Langit
Genç KurguJihan senja, seorang gadis remaja dengan penyakit conductive hearing loss. Kekurangan membuatnya mendapatkan perundungan. menghadapi ejekan dan perlakuan buruk meruntuhkan kepercayaan diri, membuat nya merasa semakin terpuruk Hari-hari membosankan...