8. Halo, Tunanganku (2)

1.7K 358 8
                                    


Apa artinya bila seseorang menyamakanku dengan seekor hamster? Dari sekian makhluk lucu yang ada di dunia, Luke memilih hamster. Hamster? Haruskah aku mulai bernyanyi, “Apa yang paling dia senangi? Biji bunga matahari. Ya, Hamtaro senang berputar.” Dih yang benar saja?!

“Mohon maaf,” kataku berusaha terlihat tidak gusar dan tegang, tegangan tinggi! “Nggak ada kesamaan antara aku dan hamster. Kami berbe....”

“Bagaimana dengan pertunangan kita?” tanyanya memotong gerutuanku. “Kamu bebas memilih tema, undangan, bahkan gedung.”

“Se-secepat itu? Apa kamu nggak pengin memilih orang lain?” tanyaku memastikan, sekadar mengecek kesehatan pikiran lawan bicaraku. Kutunjuk diriku sendiri, tepat di hidung. “Yakin nggak menyesal?”

“Anggap saja penjajakan.”

Penjajakan kepalamu! “Aku nggak kuliah lho. Cuma lulusan SMA. Apa kamu nggak takut jadi buah bibir di kalangan masyarakat kelas atas? Setahuku bibit, bebet, dan bobot sangat penting dalam sebuah hubungan.”

“Pendidikan memang penting. Tapi, menilai seseorang hanya berdasarkan dari itu saja tidaklah baik. Nggak semua orang peduli dengan penilaian masyarakat tertentu. Aku mengenal banyak orang yang lulus dari universitas terkenal, tetapi caranya berperilaku sangat tidak mencerminkan manusia yang bersentuhan dengan pendidikan.”

Pantas saja Luke sulit disentuh pemain! Dia terlalu S. Bukan sadistik, tapi level atas.

“Orangtuamu,” kataku berusaha menemukan celah apa pun, “apa mereka nggak keberatan?”

“Justru kamu akan menyayangi mereka. Orangtuaku nggak sulit diajak berkomunikasi. Mereka tipikal orang tua yang berusaha memahami sesuatu dari sudut pandang baru. Kamu pikir bagaimana cara usaha keluargaku tetap bertahan, huh?”

Lewat jalur belakang dan sogok. “...”

“Ehem, baiklah,” kataku pura-pura terpaksa menerima, padahal tidak. (Dia ikan emas woey! Mana boleh kuabaikan!) “Kalau kamu memaksa. Hehehe awas saja kalau kamu selingkuh, mengejar cewek, dan membuatku memakai topi hijau!”

“Aku nggak paham maksudmu mengenai topi hijau, tapi setidaknya kamu nggak melakukan hal serupa. Selingkuh, main belakang, dan membuatku jadi bahan lelucon.”

Kulipat kedua tangan di depan dada dan mulai berlagak congkak. “Oke, nggak masalah. Eh? Boleh enggak kalau pertunangannya nggak perlu digelar secara mewah?”

“Ada apa? Kamu nggak suka?”

“Nggak suka keramaian,” kataku sembari menggeleng. “Lebih baik dibuat tertutup saja, untuk keluarga dekat.”

Minimal bila di masa depan, semoga saja tidak terjadi, Luke jatuh hati kepada seseorang ... hahaha aku tidak akan terlalu malu. Minimal bisa melindungi sedikit harga diriku yang tipis ini.

“Sesuai kehendakmu,” katanya menyetujui.

Gampang sekali. Ternyata Luke semudah ini dibujuk. Hahahahahahahaha kena kau! Akan kumanfaatkan akses VIP tidak terbatas demi kemakmuran pribadi. Cerdas! Aku memang cerdik!

***

Papa sempat berusaha membujukku agar mempertimbangkan keputusanku. Jelas itu tidak perlu. Dalam dunia ini ada tiga hal penting: relasi, kekuatan, dan uang. Aku tidak mau harus mengundurkan diri dari sesuatu hanya karena orang yang lebih sakti daripada diriku memaksaku melakukan sesuatu. Contoh, Tori.

Adapun yang tidak kusangka, keluarga Luke ternyata sangat ... errr ramah?

Mereka mengirimiku beberapa gaun sekaligus pesan bahwa aku boleh minta desain maupun perancang lain bila tidak sesuai dengan ekspektasi.

Bukan Target Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang