25. Film (3)

1.2K 260 8
                                    

NOTE: BUKAN TARGET CINTA EKSTRA EPISODE 4 SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA. Selamat membaca teman-teman.

***

“Apa mereka punya hobi baru?” tanya Keanu dengan polosnya, seakan tidak ada hal besar tengah berlangsung. “Airin, kamu nggak usah ikut-ikutan. Jauhi penyakit. Biasanya kebodohan itu menular dan berbahaya.”

Tori, Zena, Mike, Peter, dan yang lain: “...”

Oh astaga. Bukan salahku andai Keanu mendapat satu dua pukulan di kepala. Pasalnya dia memang pantas dipukul secara beramai-ramai.

“Mereka nggak sedang main lho,” aku memperingatkan, berusaha menyadarkan sepupuku sebelum tidak bisa terselamatkan. “Apa kamu nggak bisa memilah kalimat baik yang tanya maupun penegas? Kesannya sedikit, BANYAK, menyentil perasaan deh.”

“Sudahlah,” Keanu mengabaikan saranku, “kamu cepat selesaikan pengambilan gambar. Aku pengin makan malam di rumahmu.”

Bilang saja mau cari makan gratis! Dasar pelit!

Tori berdeham. Suara yang ia buat cukup keras hingga aku saja bisa mendengarnya dengan jelas. Langkah berikutnya, dia bicara sesuatu kepada Peter. Itu saja. Mungkin ancaman, tapi aku tidak mau tahu lengkapnya. Tidak penting.

Tidak lama kemudian, ketiga pejuang itu memilih mundur dan kembali merapat ke posisi semula. Alias, menghampiriku. Zena duduk di dekatku, Mike melirik tas karton yang kuletakkan di sampingku, lantas Tori memilih memelototi Keanu.

“Kamu emang nggak bisa baca suasana, ya?” Tori menuduh Keanu.

“Suasana? Emangnya penting?” Keanu membalas, tidak kalah menyebalkan. “Aku ke sini karena perlu mengecek kondisi sepupuku.”

“Aku nggak perlu kamu cek, sih,” celetukku yang tentu saja diabaikan Keanu. Terima kasih.

“Airin aman.” Tori mendecih. Dia tidak melanjutkan omongannya karena grup kelompok bahagia kami kedatangan tamu baru: Peter.

Sungguh tidak tahu malu. Asli kulitnya Peter istilahnya tebal-oh tebal muka! Iya, dia tebal muka. Urat malu pastilah telah putus hingga dia berani, setelah mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari pemain film utama, mendekati sarang macan.

“Boleh gabung?” Keanu menebak. “Kamu mau bilang gitu, ya? Nggak usah. Aku nggak pengin kamu ke sini. Kalau kamu mau ngajak tunanganmu jalan-jalan, sih, nggak masalah.”

“Siapa?!” seloroh Tori dengan nada mengejek. “Tunanganmu, ya? Iya, Keanu Haas?”

“Aku kalau mau pacaran sama cowok, sih, milih-milih,” sambung Mike tanpa dosa. “Nggak nyangka Keanu tertarik dengan yang begitu.”

“Jangan asal ngomong,” Keanu menolak didorong ke zona terlarang. “Aku nggak tertarik dengan cowok!”

Yang tidak kusangka, ternyata Zena justru langsung menunjukkan ketertarikan terhadap tema dunia terlarang. Dia memperhatikan dengan cermat, lalu tidak lupa meneggakkan kepala seolah tidak ingin kehilangan satu momen pun.

“...” Aku curiga!

Peter mendengkus. Dia memasukkan kedua tangan di saku celana. Berlagak tidak merasa terancam dengan segala perlakuan yang orang-orang sekitarku perlihatkan. “Menarik. Kalian suka menyerang orang lain dengan cara bergerombol.”

“Soalnya kalau sendirian kurang ramai,” ujarku menuang minyak dalam api yang tengah berkobar. “Lagi pula, prinsip di alam liar pun hampir mirip. Maksudku, sangat nggak aman berkeliaran sendirian. Predator akan dengan mudah melumpuhkan mangsa yang tidak memiliki kelompok alias sendirian. Apa kamu pernah nonton sekelompok lele berenang bersama demi menjauhi pemangsa? Atau kepiting laut yang bersama-sama melawan pari demi membebaskan kawan?”

“Wah Airin kami ternyata suka biologi!” seru Tori. Terlalu riang. Dia bahkan berani menepuk kepalaku. Puk. Puk. Puk. Begitu! “Nanti aku traktir makan kepiting saus asam di restoran langgananku. Kalau kamu perginya bareng aku, kujamin bisa makan sepuasnya.”

“Airin,” Keanu memanggil seraya menyingkirkan tangan Tori dari kepalaku, “ingat nggak kata guru? Hati-hati dengan orang asing.”

“Sepupuku ada yang punya usaha resor di pantai,” Mike ikut terjun ke topik pembicaraan perikanan ini walau temanya beda. “Ada yang pengin liburan ke sana?”

“Bagaimana usai menyelesaikan seluruh episode,” Zena mengusulkan, “kita pergi berlibur ke sana?”

Kenapa arah pembicaraan jadi bertiup ke sana?! Apa mereka sengaja mengabaikan Peter? Ini tidak oke! Cara mengusir seseorang yang tidak dikehendaki dengan cara membuat mereka tidak diinginkan siapa pun. Sungguh kekanakan!

“Peter,” kataku sembari mengabaikan euforia pantai, “kalau kamu masih di sini ... jadi, kamu akan mengalami diskriminasi dalam setiap topik pembicaraan. Saranku, sih, kamu minta maaf ke Tori. Kalau perlu kamu janjikan saham di perusahaan keluargamu deh.”

“Aku sudah kaya dan nggak butuh sahamnya!” Tori mulai kesurupan. Semoga saja dia kesurupan. Soalnya sedari tadi dia sibuk berusaha mengelus kepalaku, sementara Keanu menghalangi dengan cara menepis tangan Tori. “Dan kamu, Keanu Haas, bisa minggir?”

Tolong pawang Tori dan Keanu cepat keluar! Mereka berdua bisa mengancam keselamatan semua orang yang ada di sini!

“Kamu peduli?” tanya Peter. Dia mengamatiku dengan tatapan yang bisa kuartikan begini. Aku pengerat mungil hobi makan biji bunga matahari. Iya, di mataku dia terlihat menganggapku spesies pengerat! “Padahal kamu nggak suka juga.”

Aku mengedikkan bahu. Dalam hati berharap Keanu dan Tori menyudahi aksi saling tepis tangan. “Soalnya kalau nggak suka seseorang sampai membuat mereka merasa dijauhi dan nggak diinginkan oleh dunia itu perbuatan yang-aduh! Rambutku! Tori, kamu kalau mau pukpuk yang lembut dong! Jangan cabut topiku! Keanu, mending kamu pacarin Tori. Siapa tahu dia berubah jinak dan nggak melakukan-aaaaaah! Sakit! Mommy Zena, mereka melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadapku!”

Lekas aku menghambur ke pelukan Zena. Kubiarkan Zena menepuk lembut bahuku seraya berkata, “Oke. Mommy akan hukum Tori dan Keanu.”

Aku mengangguk. Setuju.

Lantas kuberi lirikan kode kepada Mike. “Papi Mike, cepat jinakkan Keanu dan Tori. Mereka kelebihan gula dan butuh dikerangkeng. Cepat panggil penjaga kebun binatang!”

Mike tertawa sampai terpingkal-pingkal. Dia menepuk paha, sangat keras, dan mengabaikan riasan yang bisa saja pudar akibat air mata tawa.

Adapun yang terjadi berikutnya ialah, sutradara menegur kami semua. Riasan pun diperbaiki, kostumku dirapikan, dan aku menyelesaikan proses pengambilan gambar dengan sukses.

Peter? Anehnya dia memperhatikan kami semua dari jarak aman. Satu kali pun tidak mendekati Zena maupun berusaha menyulut kemarahan dari Tori. Sangat aneh, sih.

Akan tetapi, Peter tidak seaneh Keanu. Di antara manusia aneh dan terasing, Keanu-lah yang paling kucemaskan. Dia kadang mengusik penata rias atau kru lain yang sedang bertanggung jawab pada pencahayaan.

Ternyata yang paling menakutkan memang keluargaku!

Hiks.

***
Tori: “Cermin. Wahai cermin, siapa cewek paling pintar, seksi, dan menawan?”
Mike: “Kamu nggak sedang ngebadut, ‘kan?”
Tori: “Cermin. Wahai cermin, tolong usir lelembut yang sering menempeli Airin.”
Keanu: “Kamu memang berencana mengganggu kehidupanku!”
Tori: “Cermin. Wahai cermin, kira-kira kenapa dua cowok lajang nggak punya pasangan padahal ada banyak kupu-kupu beterbangan di sekitar mereka?”
Mike: “Halo, kantor polisi? Tolong kirim tim pengaman. Ada satu pasien kabur dari RSJ.”

***
Selesai ditulis pada 14 Juli 2024.

***
Huhuhu akhirnya bisa update lagi! Yeiy!

Terima kasih telah mampir menengok Airin. Hihihi terima kasih.

Jangan lupa minum air putih secukupnya agar terhindar dari dehidrasi.

Loooooooove untuk kalian semua teman-teman.

Bukan Target Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang