15,🍓 pertengkaran 🍓

190 12 0
                                    

Arvi menunduk, tangannya mencengkram erat celana yang dipakainya.

Dihadapannya kini, ada Edzard yang menatap nya datar.

"Tadi janji ke bang Elvan pulang jam berapa?" Tanya Edzard membuat Arvi tersentak, mendengar suara Edzard yang berat, dan terdengar mencekam itu.

"J-jam lima sore..." Balas Arvi.

"Terus, Arvi pulang jam berapa?" Lagi, Edzard mengeluarkan pertanyaan nya, dengan suara yang lebih menekan membuat Arvi merinding.

"J-jam 18 : 30 malam..." Arvi semakin meremat celananya, pikirannya melayang.

Apakah Edzard akan menghukumnya?

Apakah Edzard akan mengurungnya di gudang?

Apakah Edzard akan menyuruh Arvi untuk tidur diluar?

Arvi tidak mau, namun dia harus menerima jika memang iya, lagi pula sedari dulu. Dia sudah terbiasa menerima perlakuan kasar dari keluarganya.

"Bagus... Arvi mau jadi anak nakal?"

Arvi menggeleng, dia tidak berniat untuk pulang malam malam.

Saat Arvi sedang di perjalanan, perutnya terasa mulas, dan dia terpaksa pergi ke toilet umum untuk menuntaskan panggilan alamnya.

Lalu saat sudah menaiki bis, ternyata bis nya mogok, dan Arvi harus menunggu bis selanjutnya selama setengah jam.

Arvi menunduk, dia berusaha untuk melihat Edzard. Terlihat Edzard yang memijat pangkal hidungnya.

Sepertinya mood Edzard sedang buruk, jika benar, Arvi merasa takut.

Dulu Edzard selalu mencari kesalahan dirinya walaupun masalah kecil, ketika Edzard sedang kesal.

Dan melampiaskan nya kepada Arvi, dengan dalih bahwa Arvi telah melakukan kesalahan.

Saat Edzard melangkahkan kakinya mendekat kearah Arvi, Arvi melangkah mundur.

Tubuhnya bergetar, mengingat ingatan-ingatan menakutkan nya dulu. Arvi menggigit bibir bawahnya. Menahan suara isakkan.

Kembali lagi mengingat, dulu, jika Arvi mengeluarkan ringisan, atau Arvi menangis, maka Edzard akan memukulinya.

Hal itu membuat Arvi terbiasa menangis tanpa suara. Dan selalu menahan ringisannya ketika sedang kesakitan.

Edzard terdiam, dia tersadar saat melihat tubuh Arvi yang bergetar.

Dirinya hampir saja melampiaskan emosinya kepada Arvi.

Tadi, di perusahaan Edzard benar benar lelah, ada kendala yang membuatnya pusing.

Lalu saat pulang, dia melihat Arvi yang sepertinya sedang mengendap ngendap untuk masuk kedalam mansion.

Melihat itu Edzard pun langsung menyeret Arvi keruang kerjanya.

"Ah... Arvi, maafkan ayah, ayah tidak bermaksud untuk membuat Arvi takut ayah hanya-"

"Tidak apa ayah," ucap Arvi menggelengkan kepalanya pelan. Dia sedikit melihat kearah Edzard. "Memang salah Arvi juga yang pulangnya telat, dan melanggar janji... Maafkan Arvi," ucap Arvi menunduk.

Edzard menghela nafasnya pelan, dia mengangkat tangannya hendak mengelus rambut Arvi.

Namun, Arvi salah mengartikan, dia kira Edzard akan memukulnya. Dia pasrah jika itu terjadi, jadi Arvi menutup matanya erat.

Namun bukan sebuah pukulan yang Arvi terima, melainkan elusan di rambutnya yang membuat Arvi nyaman.

"Maafkan ayah Arvi, ayah hampir saja melampiaskan nya kepada mu," ucap Edzard penuh rasa sesal.

arviana 🍓(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang