-Part 32-

489 93 14
                                    

Chaeyoung kini sudah sadar namun sedari tadi dia terus saja melamun tanpa mempedulikan Jiyeon dan yang lain.

"Chaeyoung," panggil Jiyeon.

Chaeyoung menatap Jiyeon namun sedetik kemudian pandangannya tertuju kearah Jisoo, Seulgi dan Wendy.

Badannya langsung gementar "P-Pergi,"

"Chaeyoung," panggil Jiyeon lagi.

"Pergi!" teriak Chaeyoung mula terisak dengan menutup kedua kupingnya.

"Aku sama Wendy dan Seulgi akan menunggu diluar," Jisoo yang peka langsung saja membawa Seulgi dan Wendy keluar dari ruangan itu.

"Chaeyoung-ah," lirih Jennie.

Tidak tinggal diam, Joy langsung menekan tombol merah yang ada di headboard kasur Chaeyoung.

Beberapa menit kemudian, Dokter Henry memasuki ruangan itu bersama seorang suster.

"Permisi," Jiyeon menjauh untuk memberi ruang kepada sang Dokter.

Nafas Chaeyoung tersedat-sendat bersamaan dengan isakannya yang terus saja kedengaran. Badannya yang gementar itu menunjukkan kalau dia cukup ketakutan.

"Suntikan," pinta sang Dokter.

Dengan segera suster memberikan jarum suntikan kepada Dokter.

"Pegang dia," arah Dokter yang membuat sang suster langsung memegang Chaeyoung dengan erat.

"Chaeyoung-ssi, tenanglah," bujuk Dokter sebelum memberikan suntikan kepada Chaeyoung.

Tatapan Chaeyoung mula buram. Isakannya juga sudah perlahan-lahan terhenti. Bersamaan dengan itu, matanya tertutup dan deru nafasnya mula stabil.

"Itu hanya suntikan penenang untuk pasien. Seperti yang sudah saya jelaskan, Chaeyoung mengalami trauma yang parah. Saya juga sudah bicara sama Dokter Jessica yang menjadi Psikiater Chaeyoung. Dia bilang kondisi awal Chaeyoung memang sudah parah. Sekarang saya yakin kejadian yang terjadi kepada Chaeyoung ini membuat kondisinya bertambah parah. Untuk sementara waktu, saya menasihatkan kalian untuk terus berada disamping Chaeyoung. Jangan biarkan dia merasa sendirian karena itu bisa memberi pengaruh yang buruk untuk mentalnya," jelas sang Dokter dengan serius.

"Tadi Chaeyoung ketakutan ketika melihat cowok. Apa kita perlu menjauhkan cowok dari Chaeyoung?" tanya Jennie.

"Saya sarankan kalian membiarkan Chaeyoung tenang duluan. Nanti Dokter Jessica akan kesini dan Chaeyoung akan melakukan terapi bersama dengannya,"

"Baiklah Dok. Terima kasih," ujar Jiyeon.

Sang Dokter mengangguk lantas dia berlalu pergi dari sana bersama sang suster.

"Ini semakin sulit," keluh Jennie.

"Untuk sementara waktu, kita tidak bisa membiarkan Limario dekat sama Chaeyoung," ujar Irene.

"Dan kita butuh Lisa," lanjut Joy membuat Jennie dan Irene sontak menatapnya dengan senyuman.

"Ide yang bagus!" seru Jennie disetujui oleh Irene sementara Jiyeon hanya menatap mereka dengan bingung.





Sementara itu didepan ruang inap Chaeyoung, terlihatlah Jisoo, Seulgi dan Wendy yang hanya duduk diatas bangku. Mereka sudah mendengarkan semua penjelasan dari sang Dokter dan sekarang mereka bingung bagaimana caranya untuk menjelaskan kondisi Chaeyoung kepada Limario.

"Kalian kenapa diluar?" ketiganya mendongak menatap Limario yang menghampiri mereka bersama sosok Ha-Won.

"Chaeyoung takut melihat gue sama yang lain Lim," ujar Seulgi.

"Takut?" ulang Limario.

"Iya. Trauma Chaeyoung semakin parah. Dia takut ketika melihat cowok," jelas Jisoo.

Limario mengusap wajahnya dengan kasar. Apa yang harus dia lakukan? Jika Chaeyoung takut ketika melihatnya, bagaimana caranya untuk dia mendekati gadis itu?

"Terus sekarang bagaimana kondisi Chaeyoung?" tanya Ha-Won khawatir.

"Tadi Dokter sudah memberikan suntikan obat penenang kepada Chaeyoung. Sekarang Chaeyoung lagi tidur jadi Om bisa masuk untuk melihat Chaeyoung," ujar Jisoo.

Ha-Won mengangguk lantas dia membuka pintu ruang inap sang anak.

"Oppa," panggil Jiyeon.

Ha-Won mendekati Chaeyoung membuat Jennie dan yang lain memutuskan untuk keluar dan memberi waktu untuk orang tua Chaeyoung menemani Chaeyoung.

"Aku sudah menjadi Appa yang buruk untuk anak aku," lirih Ha-Won mengelus kepala Chaeyoung.

"Masih ada waktu untuk kita perbaiki semuanya. Aku harap Oppa tidak akan keras kepala lagi. Tolong biarkan Chaeyoung bahagia dengan caranya sendiri," ujar Jiyeon.

Ha-Won mengangguk "Selagi itu yang terbaik, aku tidak akan menghalang Chaeyoung untuk melakukan apa yang dia inginkan,"

*
*

Hari seterusnya, Limario datang kerumah sakit dengan menggunakan identitas Lisa. Dia memutuskan untuk kembali menjadi Lisa demi membantu menghilangkan trauma Chaeyoung.

Jennie bersama yang lain pula tidak bisa datang karena mereka harus ke kampus.

Tok tok tok

Ceklekk

"Permisi," sapa Lisa membuka pintu ruang inap Chaeyoung.

Terlihatlah sosok Chaeyoung yang sekarang lagi duduk diatas kasur dengan sang Eomma yang berada disampingnya.

"Lisa," gumam Chaeyoung.

Lisa tersenyum "Chaeng!" dengan semangatnya dia menghampiri Chaeyoung lantas dia memeluk gadis itu dengan berhati-hati agar tidak menyakiti sang gadis.

Untuk beberapa detik, badan Chaeyoung tersentak ketika menerima pelukan itu. Setiap menerima pelukan dari Lisa, dia merasa berbeda. Pelukan itu terasa aneh namun dia malah merasa nyaman.

"Kamu kemana Li? Kenapa sudah lama tidak datang ketemu aku?" lirih Chaeyoung.

Jiyeon yang melihat kedatangan Lisa akhirnya memutuskan untuk keluar. Dia sudah mengetahui identitas asli Lisa karena Ha-Won sudah menceritakan semuanya.

"Maafkan aku Chaeng," ujar Lisa beralih menangkup kedua pipi Chaeyoung "Tapi selama aku pergi, Limario ada bersama kamu bukan? Dia pasti menjaga kamu dengan baik,"

Chaeyoung menunduk "A-Aku tidak ingin bertemu Limario lagi,"

Deg

Lisa menelan ludahnya dengan kasar "K-Kenapa? Dia melakukan kesalahan?"

Chaeyoung menggeleng "Aku yang bersalah Li. Dia terluka gara-gara aku,"

"Chaeng-ah, tatap aku," Lisa kembali menangkup kedua pipi Chaeyoung "Limario terluka bukan gara-gara kamu. Dia bahkan sanggup terluka demi kamu. Dia mencintai kamu Chaeng. Dia benar-benar tulus mencintai kamu,"

Chaeyoung menggigit bibir bawahnya "A-Aku tidak pantas bersama dia Li. Aku gadis gila. Aku-"

"Chaeng," potong Lisa "Kamu tidak gila. Kamu hanya trauma Chaeng,"

"Tapi-,"

"Sudah ya. Jangan dipikirkan lagi," potong Lisa lantas dia membawa Chaeyoung kedalam dakapannya.

"Kamu pasti akan sembuh. Aku janji!" batin Lisa penuh yakin.







Tekan
   👇

Sacrifice of Love✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang