06. Penulis Itu?

46 12 1
                                    

Pesta dibubarkan, semuanya pergi mengungsi ke kamarnya masing-masing. Meyra dan Lula membantu Vereya berjalan menuju kamar mereka, keadaan gadis itu sekarang sangat lemas––hanya bisa dipapah oleh kedua temannya. Sedangkan Sera? Jangan tanya kemana gadis itu berada sekarang.

Ya, Sera sedang bersembunyi di gerbang asrama. Gadis itu takut pergi ke kamarnya sendiri––gara-gara Vereya kemasukan arwah, sedangkan dirinya dengan Vereya satu kamar. Pikirnya, bagaimana jika saat tengah malam gadis itu kembali kemasukan?

"Kenapa kau masih di luar asrama?" tanya Bara yang membuat Sera terkejut bukan main. Gadis itu sampai memegang dadanya dengan kedua telapak tangannya dan mengatur nafasnya.

"Kau membuatku terkejut!" ujar Sera yang masih tersengal-sengal.

"Ini sudah waktunya masuk ke kamarnya masing-masing. Lalu kenapa kau masih ada di luar asrama? Apa yang kau lakukan Nona? Kau ingin pemimpin asrama perempuan marah padamu? Atau memang kau berencana kabur?" Bara berkacak pinggang seraya menggelengkan kepalanya sambil mengatakan itu.

Sera tampak kebingungan dan juga takut. "Sebenarnya aku takut--" cicit gadis itu dengan pupil matanya yang membesar.

"Takut kenapa?"

"Kau tahu Vereya? Gadis yang baru saja kemasukan arwah jahat? Ya, dia sekamar denganku... Bayangkan saja keadaan ku sekarang," keluh Sera.

Bara membuat kepalanya miring lalu membuang nafasnya jengah. "Ya aku tahu ke-khawatiran mu. Namun di kamar kan bukan hanya dua orang, tapi ada empat orang. Seharusnya kau membantu menjaga temanmu bukan kabur seperti ini."

"Dia bukan temanku," jelas Sera. "Dia hanya gadis angkuh dan sombong––lalu berkata seolah-olah dia yang paling tahu segalanya," balasnya seraya memutar bola matanya malas.

"Tapi tetap saja, kau harus berteman dengan teman sekamarmu. Buatlah ikatan kekeluargaan disana––karena kalian akan sekamar selama tiga tahun disini, lalu kalian akan mengalami apapun bersama-sama."

"Tetap saja aku takut!" jelas Sera. "Kau bayangkan saja jadi aku! Aku disuruh satu kamar dengan orang yang baru saja kemasukan? Bagaimana jika sewaktu-waktu dia tak sengaja membunuhku?" marah gadis itu.

"Pikiran mu terlalu berlebihan..." Bara tak bisa berkata-kata lagi. "Ya sudah, terserah kau mau bagaimana. Aku sudah memberikan mu saran untuk segera masuk ke kamarmu. Jika kau ingin tidur disini, silahkan..." setelah mengatakan itu, Bara langsung pergi begitu saja.

"Kau tidak mau menemani ku apa?" keluh Sera dengan kesal ketika Bara pergi.

Gadis itu pun melirik kesana dan kemari. Malam ini sangat dingin––mana dirinya memakai baju yang cukup terbuka. Ia memeluk tubuhnya sendiri yang kedinginan serta merinding.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" gumamnya ketakutan.

"Se...ra..."

Sera langsung menoleh kebelakang dan tak ada siapa-siapa. Kenapa seperti ada yang memanggilnya? Namun tak ada siapa-siapa disini?

"Sera..." panggil seorang perempuan lagi.

Sera semakin merinding disana. "Tolong aku..." gumamnya gemetar.

"Sera... Aku dibelakang mu, hahaha..."

"AAAA!" Sera langsung berlari sekencang-kencangnya menuju ke kamarnya setelah mendengar kalimat barusan.

Setelah gadis itu pergi cukup jauh––Bara yang ada di belakang sana tertawa puas setelah menjahili gadis itu dengan menakut-nakutinya dengan suara yang dibuat-buat.

Sebenarnya Bara tak pergi, dia hanya pura-pura pergi dan bersembunyi dibelakang untuk menakuti gadis itu. Agar Sera mau pergi ke kamarnya dan tidak dihukum oleh Pansy yang super galak dan sinis itu.

Thorny Roses Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang