Semuanya sudah berkumpul di sebuah gudang sekolah yang jarang dikunjungi orang-orang. Gudangnya tidak seperti gudang kebanyakan yang banyak barang-barang atau kotor––disini gudangnya sangat bersih, bahkan seperti ruang tamu.
"Ini sungguhan gudang? Atau rumah pribadi?" tanya Sera kebingungan––ruangannya benar-benar diluar ekspektasinya.
"Ini tempat kumpul kami," terang Bara sejujurnya. Awalnya Bara tak ingin mengajak yang lainnya datang kesini karena ini adalah ruangan pribadi mereka. Namun tempat ini sangat aman untuk pembahasan mereka.
"Waw..." Sera terkagum-kagum. Gadis centil itu berjalan menelusuri ruangan.
"Bisa mulai sekarang?" tanya Argi yang tak mau banyak basa-basi.
"Jadi kita harus membagi-bagi tugas," kata Alam seraya berjalan ke arah papan tulis dan menuliskan sesuatu.
"Ide pertama, kita akan memasang cctv di balkon sekolah tanpa diketahui siapapun––termasuk kepala sekolah. Hanya kita-kita saja yang tahu keberadaan cctv itu. Dan jangan ada yang menyebar rumor tentang cctv itu."
Sejak dulu Alam memang ingin sekali memasang cctv disana––Namun ia tak berdaya karena sendirian.
"Maka dari itu kita membutuhkan empat orang untuk pemasang, pengawas, serta penyimpanan data dengan baik. Kalian akan stay disini, untuk pengawasan," jelas Alam kembali menatap anak-anak yang lain.
"Jadi aku membutuhkan empat orang ini untuk berjaga-jaga disini, siapa yang berminat?" tanya Alam.
Meyra mengacungkan tangannya. "Aku--"
"Kecuali Meyra, tugasmu sudah ku tentukan," jelas Alam.
Meyra pun kembali menyimpan tangannya dibawah dengan malu.
"Lebih baik kau saja yang tentukan," saran Theo. "Kau yang lebih paham kasusnya," tambahnya.
"Aku biar aku yang pilih..." Alam kembali membalikan badannya menuju papan tulis dan menuliskan empat nama disana.
[•BARA
•THEO
•SERA
•LULA]"Nama-nama ini yang akan memasang, mengawasi dan menjaga cctv itu agar tetap berjalan," terang Alam.
"Lalu aku dan Meyra akan pergi ke kota untuk menemukan draft kisahnya Alexa dan Rigel."
"Kenapa hanya kalian berdua?" tanya Bara yang agak kesal.
"Pertama; disini posisi ku sebagai pemimpin asrama, maka dari itu satu-satunya orang disini yang bisa pergi sesuka hatinya adalah aku. Kalian tahu sendiri kan? Aturan asrama ini? Kalian tidak boleh meninggalkan asrama ini tanpa se-izin pemimpin asrama, sedangkan posisinya kita harus pergi diam-diam."
"Lalu mengapa aku membawa Meyra denganku? Kalian tahu sendiri kan? Siapa penulis asli cerita itu. Jadi jelas aku dan Meyra harus pergi ke rumahnya Meyra untuk mencari draft cerita itu." Alam menjelaskan sedetail-detailnya.
Sudah tampan, pintar pula batin Meyra dengan senyuman tak pudarnya dan dengan tatapan berbinar kepada Alam.
"Okey..." Semuanya mengangguk mengerti.
"Sedangkan Argi dan Vereya..." Alam mengantungkan kalimatnya.
Vereya menatap Argi datar, sedangkan Argi menatap Vereya sebal––walaupun awalnya kikuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thorny Roses
DiversosSekolah "Thorny Roses" terkutuk. Murid-murid Thorny Roses harus selalu waspada di setiap semester, terutama anak-anak tingkat D yang selalu menjadi sasarannya. Kutukan tersebut membuat sekolah Thorny Roses harus kehilangan satu persatu muridnya di...