03

135 25 27
                                    

Seharusnya Serena bisa menebak apa yang akan terjadi pada sebuah kencan buta. Terdapat dua kemungkinan. Kemungkinan bahwa kencan itu berhasil, dan kemungkinan bahwa kencan itu gagal total.

Naasnya Serena lebih banyak mengalami yang gagal total.

Partner kencan butanya kali ini cukup membuat jengkel Serena. Pasalnya pria itulah yang menentukan di mana tempat mereka berkencan, yang mana adalah sebuah restoran yang cukup mewah bagi Serena, yang kemudian tanpa rasa malunya meminta Serena untuk yang membayar bill mereka dengan alasan bahwa ia lupa membawa dompetnya.

Serena yang enggan merasa malu berkelanjutan segera membayar tagihan bill mereka. Sedikit meratapi ketika melihat saldo rekening di kartu debitnya yang berkurang drastis.

Inilah mengapa kita tak boleh terlalu berharap pada kencan buta.

Yang lebih membuat jengkel lagi adalah ketika mereka memutuskan untuk mengakhiri kencan buta sialan mereka, partnernya, Serena enggan mengatakan siapa itu, dengan wajah tanpa dosanya malah berujar.

"Next date kita rencana mau kemana?"

-

Pada akhirnya Serena segera memblokir kontak pria itu setibanya ia di rumah.

"Mokondo."

Tidak salah jika Serena membuat standar yang tinggi baginya untuk mencari pasangan, sebab bukan kali pertama ini kencan buta selalu bernasib sial. Mungkin itu juga alasan mengapa Serena sulit menyukai seseorang.

Gerald?

Percuma juga Serena berlagak denial dengan menyangkal perasaannya itu. Mungkin sedari awal perasaannya ini memang belum padam, hanya menunggu waktu yang tepat untuk muncul kembali. Dan saat dirinya pertama kali bertemu Gerald setelah bertahun-tahun itulah yang kembali memunculkan perasaannya tersebut.

Terkadang Serena merasa bahwa dirinya terlalu pengecut dengan menyangkal perasaannya ini. Dalam lubuk hati terdalamnya sebenarnya ia tahu bahwa tidak ada kata move on baginya jika itu menyangkut Gerald. Tapi Serena tak tahu apapun tentang hidup Gerald selain tentang kehidupan kerjanya.

Nyatanya walaupun mereka akrab di tempat kerja, Gerald tak pernah menceritakan apapun mengenai kehidupannya. Di sisi lain Serena merasa bahwa mereka begitu dekat, namun seolah-olah ketika Serena ingin meraih Gerald sosok itu ternyata berada jauh dari genggamannya.

Terasa begitu jauh.

Sedikit nostalgia pahit bagi Serena. Merasa dèjavu karena sosok Gerald yang saat ini dikenalnya terkadang seperti sosoknya yang dulu sering Serena lihat dari belakang.

Mungkin ini waktunya bagi Serena untuk menyerah pada cinta monyetnya ini. Cinta monyet sialan yang bahkan ketika ia telah dewasa ternyata masih ada. Sungguh sebuah ironi.

Pada akhirnya hanya ada satu hal yang paling rasional bagi Serena, yaitu melepaskan rasa sukanya terhadap Gerald. Mungkin saja perasaannya ini kembali tumbuh karena pertemuannya lagi terhadap pria itu, mungkin hanya sekedar perasaan rindu akan perasaan bagaimana menyukai Gerald.

Hidup Serena juga bukan hanya berfokus pada masalah cinta, bukan?

-

"Lesu banget. Gimana blind date nya kemarin? Sukses?"

Serena menengok dengan lemas, tubuhnya terasa sakit semua akibat kurang tidur. Dan pelaku utama yang membuatnya tak bisa memejamkan matanya kemarin adalah orang yang saat ini sedang menanyakan keadaannya sekarang. Siapa lagi jika bukan Gerald.

"Gagal total. Dia ngerampok uang tabunganku." Serena berujar lemas sambil menyeruput kopi yang baru saja diberikan Gerald padanya

"Told you."

"Iya, makasih atas perhatiannya."

Gerald tertawa kecil mendengar kalimat sarkasme dari Serena. Lalu duduk di kursi kosong di seberang Serena duduk. Sambil terus tertawa mengejek Gerald berujar, "Coba kalau kamu ngedate sama aku nggak mungkin tabunganmu terkuras gara-gara kasih makan anak orang."

"Salahmu nggak ngajak ngedate duluan." celetuk langsung Serena.

Setelahnya Serena terdiam kala memahami kalimat apa yang terlontar dari bibir pria itu tadi. Sedikit malu karena merasa terjebak akan kalimatnya dengan caranya yang asal membalas ucapan Gerald.

"What's wrong with you?" Rasanya Serena ingin mengacak-acak raut menyebalkan yang terpancar pada Gerald. Maksud perkataan dia apa, hah?

"Nggak ada yang salah kok dari ucapanku itu."

Serena mengusap dahinya kasar, "Terus maksudnya?"

Gerald tersenyum miring kemudian dengan wajahnya ramahnya yang tanpa dosa pria itu mengucapkan satu kalimat yang sukses membuat Serena melongo.

"Shall we go to date?"




Tbc

[A/N]
Nyaris menuju ending😉
Karena ini short story jadi aku bikin alurnya nggak terlalu mendetail. Mungkin cuma akan ada 5 chapter.

Sorry for typo/'s
Jangan lupa berikan vomment!

See u, next

Paekukiess

[16-06-2024]

BLOOM AGAIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang