08. Jadi, waktu kemarin aku berbicara dengan siapa

19 9 0
                                    

Sore Hari pada pukul 04.00 

Saat sedang asik bermain ular tangga sendirian, tiba-tiba Ibu membuka pintu dan berkata, “Youngjae, temanmu ada yang datang. Dia sudah menunggu di ruang tamu.” 

Siapa yang kira-kira datang? Sore-sore begini mengganggu diriku bermain ular tangga walaupun sendirian tetapi ini tetap seru. 

“Baiklah, aku bereskan ini dulu. Aku tidak akan lama,” kataku sambil tersenyum.

Sebelum Ibu keluar, dia menambahkan, “Jangan lama-lama, ya.” 

“Baiklah,” jawabku sambil membereskan kertas ular tangga. Aku ingat, aku membeli ini di toko mainan saat pulang sekolah. Waktu itu, aku mampir dan membeli ular tangga dengan uang sakuku. Setelah menaruhnya dengan benar, aku langsung keluar dari kamar dan turun ke bawah dengan cepat. 

Sesampainya di lantai bawah, aku langsung menyapanya dengan suara riang, “Won-Jin!”

Orang yang sedang duduk pun menoleh, dan ternyata memang Won-Jin. “Hahaha, Youngjae! Aku sungguh merindukanmu,” katanya sambil tersenyum lebar. 

Aku melangkah mendekatinya, “Ada apa kemari?” Setelah dekat, aku langsung duduk di sampingnya, memandangnya dengan penuh rasa penasaran. 

Won-Jin pun menjelaskan niatnya, “Aku datang kesini karena ada tugas bahasa Inggris yang harus kita kerjakan. Tadi, kau sempat tidak berangkat karena seragammu basah, jadi daripada kena tegur, aku memutuskan datang ke sini supaya kau bisa melihat soal-soalnya. Bagaimana? Tidak apa-apa, kan?”  

“Jadi, ada PR? Baiklah, terima kasih karena sudah jauh-jauh kesini untuk diriku. Tunggu sebentar, aku akan mengambil buku khusus bahasa Inggris dulu. Apa kau sudah mengerjakan semuanya?” tanyaku sebelum pergi ke atas lagi. 

“Belum, aku sengaja tidak mengerjakannya agar kita bisa mengerjakannya bersama-sama dan saling bertukar pendapat,” jawabnya dengan santai. “Kau harus bersyukur karena mendapatkan teman seperti diriku.” 

“Hahaha,” aku tertawa kecil. “Sungguh senang bisa bertemu denganmu. Tunggu sebentar, ya.” Aku bangkit dari sofa dan bergegas ke atas lagi untuk mengambil buku.  

Setelah mengambil buku, aku langsung turun ke bawah dengan langkah cepat, siap untuk mengerjakan tugas bahasa Inggris bersama Won-Jin. Setiap hari, jika ada pelajaran bahasa Inggris, guru bahasa Inggrisku selalu memberikan PR. Itu adalah ciri khasnya. 

“Won-Jin, bagaimana tadi?” tanyaku sambil berjalan ke arah Won-Jin. 

Yang tadinya sedang sibuk membolak-balik halaman, Won-Jin langsung menoleh ke arahku dan membalas, “Bagaimana maksudmu?”

Aku langsung menegaskan lagi, “Tadi, bagaimana keadaan sekolah saat aku tidak berangkat?” Setelah itu, aku langsung duduk di sofa tepat di samping Won-Jin.

Won-Jin memfokuskan kembali pandangannya pada buku sambil membalas, “Tidak ada yang terjadi, semuanya sama saja. Dari mengerjakan tugas hingga istirahat.”  

“Ya sudah kalau tidak ada apa-apanya. Coba lihat buku punyamu,” aku langsung menarik buku milik Won-Jin yang berada di atas meja. “Dia memberikan soalnya sampai 33? Astaga…” 

“Sudah, kerjakan saja apa susahnya,” protes Won-Jin sambil masih fokus pada buku materi. “Aku juga sedang memahami lewat buku ini, aku meminjam di perpustakaan tadi. Kau tulis dulu soalnya, nanti kita kerjakan sama-sama.” 

“Baiklah, aku menulis itu tidak akan lama. Jadi, tunggu sebentar,” kataku sambil langsung pindah ke bawah agar bisa menulis di meja yang rendah ini. Tapi sebentar, aku tidak suka dengan meja ini, terlalu rendah. Namun, tidak ada lagi yang bisa diandalkan menjadi tempat belajar selain ruang tamu. 

Who Are You? (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang