-------------------------------------------------------
selamat datang dan selamat membaca^
--------------------------------------------------------
***Gelap. Tidak ada cahaya sedikit pun akibat padamnya listrik sedari tadi yang akhirnya memutuskan untuk menyalakan lilin. Di kamar masing-masing, mungkin anak-anak belum tertidur tetapi pasti ada juga yang sudah tertidur lelap dengan redupnya cahaya dari lilin. Mengingat sebentar lagi masuk sekolah, Aileen sudah bersemangat sekali sedari sekarang, menyiapkan seluruh peralatan untuk sekolah, dan katanya besok akan dilaksanakan masa pengenalan lingkungan sekolah.
Pukul 19.45, "Rasanya aku mengantuk, Aileen, padahal kita selalu tidur jam sembilan atau jam sepuluh." ucap Utari membaringkan dirinya di kasur.
"Baiklah, kamu tidur saja Utari," Aileen menjawab seraya menyelimuti dirinya sendiri.
"Susah, sudah memejamkan mata tapi tidak kunjung tertidur, padahal rasanya aku mengantuk sekali," Utari bangkit dari tidur, terduduk menatap wajah Aileen yang tidak terlalu jelas.
"Matikan saja lilinnya, kamu pasti akan tertidur dalam kegelapan," Aileen setengah sadar, ia sebetulnya sudah tertidur tetapi Utari mengganggu tidurnya.
"Tertidur dalam kegelapan? Seperti apa saja bahasamu," tawa Utari yang terbahak-bahak membuat Aileen semakin terganggu, ia melempar Utari yang tidur di kasur sebelah kiri dengan bantal kecil.
Seketika tawa Utari terhenti, semuanya diam. Hening, sepi dan sunyi sampai akhirnya mereka semua sudah tertidur dengan lelap.
***
Anak-anak ramai bersarapan sebelum melakukan aktivitas, hari ini libur telah usai dan kebanyakan anak-anak di panti akan bersekolah. Setelah melewati tiga hari masa pengenalan lingkungan sekolah, Aileen, Utari, dan Ryo kini akan memulai hari dan aktivitas sebagai anak SMA. Dengan seragam putih abu dan atribut yang lengkap sehingga terlihat rapi Aileen bercermin, menatap lamat-lamat dirinya yang sekarang sudah memakai seragam putih abu, terlihat ia mulai berkaca-kaca mengingat ayah dan ibunya tak bisa melihat ia memakai seragam putih abu. Padahal mereka yang paling antusias untuk melihat anak gadisnya memakai seragam itu.
"Aku sangat rindu dengan Ayah dan Ibu," lirih Aileen mengusap air matanya kasar.
Melihat Aileen menangis, Utari yang baru menyadarinya langsung mendekat kepada Aileen. "Kamu baik-baik saja kan Aileen?" tanya Utari tetapi membuat Aileen semakin menumpahkan air mata. Utari memeluknya, ikut hanyut dalam tangis di pagi hari. Mereka tampaknya tidak baik saja, keduanya sama-sama ingin melihat kedua orang tuanya ada saat ini tetapi tak akan mungkin.
"Sama-sama kuat dan semangat ya, Aileen? Menangis tidak ada salahnya ... menangis salah satu emosi yang juga harus diutarakan dan jangan di pendam bila kau sedih, maka ayo menangis lah sebelum sarapan." Mengakhiri tangis mereka sama-sama berdiri di depan cermin, Aileen mengambil handphone kemudian memotret dirinya bersama Utari dengan senyum yang terukir.
Waktu baru menunjukkan pukul 06.05 tapi karena hari ini akan bersekolah, jadi sudah ramai berkumpul di meja makan untuk sarapan. "Ryo, kita akan menggunakan mobil Bu Sari untuk berangkat sekolah bukan?" tanya Utari antusias.
"Iya, lagi pula kalau menggunakan kendaraan umum pasti ongkosnya mahal karena cukup jauh," Ryo, Aileen dan Utari sudah di luar rumah menunggu mobil keluar dari dalam garasi yang akan di kendarai oleh supir sekaligus satpam di panti.
Utari berjalan mendekat kepada laki-laki seumurannya yang sedang memandangi mereka bertiga. "Dzaki, ini kan hari pertama masuk sekolah, kau tidak sekolah hari ini?" tanya Utari penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIKA ESOK BERTEMU
Teen Fiction"Jika esok bertemu, aku ingin menggenggam tangamu lagi seperti dulu." - Aileen "Jika esok bertemu, akan aku pastikan bahwa aku akan mencintaimu lebih dari kamu yang mencintaiku." - Marseno ••• Tentangnya yang kehilangan. Tentangnya yang berusaha men...