09 | MAIRA

187 40 8
                                    

Yang malam minggunya di rumah aja, jom kita ke Vhallscavepe~🧝🏻‍♀️

*

"Bagaimana bisa ini terjadi?!" Pertanyaan dengan nada kesal itu berasal dari Narayan. Ia tidak bisa terima eksistensi Hendery di Vhallscavepe, orang yang paling tidak dia inginkan untuk menginjakkan kaki di tanah kelahirannya ini. Sedangkan Nenek Mago yang merupakan sasaran utama dari pertanyaan tersebut kelihatannya juga tidak menyangka bahwa Hendery akan ikut terbawa.

"Bagaimana lagi? Tentu saja dia mengikuti kita diam-diam." Sosok tenang Nenek Mago tak membuat Narayan lantas berluas hati untuk menerima kenyataan bahwa Hendery kini berada di antara kami. Diliriknya Hendery yang sedang duduk tak begitu jauh dari tempat kami sedang berkumpul saat ini, Hyrin andalan Narayan terus mengawasinya dengan tatapan waspada.

Udara malam di hutan Dreafts selalu teduh, bisa kurasakan bagaimana tubuhku seolah direngkuh kesejukan air sungai yang mengalir damai. Ranting pohon yang melambai-lambai membuat beberapa dedaunan kering terlepas dari tempatnya berada, kedua mataku terus menyusuri kemagisan alam yang disuguhkan hutan Dreafts seolah ini adalah kali pertamaku tiba di dunia ini. Sampai tatapanku tak sengaja menangkap sosok Hendery yang sedang terjelengar mendapati dirinya berada di tempat asing penuh kemustahilan. Dengan kemeja polos hitam yang satu kancing atasnya ia biarkan terbuka, Hendery lebih mirip seorang bangsawan dari negeri ini alih-alih seorang rakyat biasa dari dunia nyata. Pesona pria terhormat.

"Maira!" Seruan Hendery membuat semua kepala kini menoleh padanya, satu telapak tangannya bergerak-gerak memanggilku agar segera mendatanginya. Sisa-sisa kebingungan masih tergurat jelas di seluruh wajah rupawan itu, poni-poninya tersibak ke belakang hingga memamerkan alis tegasnya yang kini sedang mengkerut tujuh lipatan. Tidak juga.

Kakiku sudah melangkah dari tempatnya saat Narayat tiba-tiba mencegat pergelangan tanganku. Ia menggelengkan kepala begitu mataku sudah terkunci pada wajahnya, menekankan dengan sangat jelas dari kedua alis tebal yang nyaris menyatu di pangkal hidungnya bahwa ia tidak mau aku menghampiri Hendery. Menanggapi sikapnya itu, aku melepas ekshalasi berat dengan tatapan lelah. Tidak mungkin aku mengabaikan Hendery saat lelaki itu hanya mengenalku di sini.

"Jangan kekanakan, Narayan! Kau menyusahkan Maira." Omelan dari Nenek Mago berhasil membuat Narayan melepaskan genggamannya meski dengan perasaan tidak ikhlas.

Dengan senyum lembut aku mengelus pelan pipinya menggunakan ibu jariku, membuat Narayan akhirnya mengangguk setuju meski guratan murung itu sengaja ia nampakkan terang-terangan. Menggemaskan sekali.

"Ry? Lo stalker, ya?" Aku tak menatap ke arahnya saat mulai berjalan semakin mendekat. Lebih memilih untuk menyebarkan pandangan ke sekitar karena beberapa jamur pekerja terlihat sedang mengamati dari balik pepohonan.

"Ada yang nggak beres, Ra. Jelas-jelas tadi ...." Ucapannya terpotong saat melihat peri pohon melintas di atas kepala kami sambil memeluk dedaunan yang bercahaya dalam gelap. "Lo liat itu, Ra? Gue nggak gila, kan?"

Embusan angin sekali lagi meniup rambut Hendery ke belakang, gurat wajahnya tercengang hingga mulutnya tak lagi terkatup. Mungkin seperti inilah ekspresiku dulu saat pertama kali menginjakkan kaki di Vhallscavepe, seolah garis hidupku baru saja menukik tajam hingga membuatku harus terhempas kuat ke tanah. Membuatku sempat menyangka bahwa diriku mungkin sudah mati dan berada di kehidupan selanjutnya. Hendery pasti sangat kebingungan, belum lagi jika aku memberitahunya bahwa ada kemungkinan bahwa kami tidak bisa kembali.

"Kita pulang sekarang, Ra! Tempat ini nggak beres." Diraihnya pergelangan tanganku dengan cepat. Tangan Hendery terasa dingin, seolah darahnya mengering ditelan kegelisahan. Di belakangku bisa kudengar sedikit kerusuhan dari Kieran yang berusaha menahan Narayan.

Vhallscavepe: Tales of the Dead Sea [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang