Semua tau jika Shota itu ganteng, kecuali Shotanya sendiri. Secara biologis remaja dengan tinggi badan 180 cm itu merupakan keturunan campuran dari dua bangsa yang berbeda. Makanya namanya Shota. Shota Bagaskara.Shota jago basket, setiap sore selalu menyempatkan diri main basket dengan teman sebaya. Sekolah ini melarang orang luar untuk menggunakan fasilitas sekolah, sepertinya semua sekolah menerapkan aturan yang sama. Oleh sebab itu, Shota memiliki agenda menyelundupkan teman-teman beda sekolahnya untuk bisa bermain basket bersama di lapangan dalam.
Shota suka makan indomie goreng original, meskipun saat ini Indomie mengeluarkan produk indomie goreng dengan kemasan versi jumbo. Shota tidak menyukainya. Lelaki itu lebih memilih membuat dua kemasan indomie goreng original dibanding membeli yang versi kemasan jumbo. Rasanya beda katanya. Shota juga suka strawberry latte. Ia suka makanan dan minuman yang berwarna pink.
Akhir-akhir ini Shota sedang giat belajar bermain gitar, Shota memiliki perpaduan yang indah jika sedang bermain gitar dengan didampingi satu cup strawberry latte.
Shota seorang bilingual, bukan bahasa inggris ataupun jepang tapi bahasa jawa dan indonesia. Karena hal ini juga ia sering mendapat ledekan dari teman-temannya
"Aneh. Wong jepang ga iso boso jepang ki gek piye to, Shot?" (Aneh. Orang jepang tapi gak bisa bahasa jepang tuh gimana deh, Shot?)
Shota pasti hanya mengangguk, seakan ledekan itu meminta persetujuannya "Hooh." (Iya.)
"Iso aku sitik." (Aku bisa sedikit)
"Jal!" (Coba!)
"Yamete kudasaiiii."
Shota tidak pandai di pelajaran hitung menghitung, kendati demikian dia selalu mencoba seserius mungkin menyimak pelajaran yang tidak ia kuasai. Kata Shota, setidaknya dia sudah berusaha. Bangku Shota ada di paling depan, barisan tengah. Posisinya sudah seperti center di sebuah boygroup. Shota memang suka jika kehadirannya mudah dideteksi oleh orang-orang sekitar.
Seandainya, jika seandainya Shota itu agak dingin atau bersikap misterius sedikit saja. Pasti banyak sekali murid perempuan yang akan menyukainya. Tapi itu hanya angan-angan yang mustahil untuk terwujud. Shota memang tidak seberisik teman-temannya tapi kehadirannya sering dianggap sebagai manusia freak. Paling freak seangkatan.
Bagaimana cara lelaki itu selalu mengiyakan apapun hal yang dilontarkan padanya membuat ia terkenal sebagai lelaki tanpa emosi.
"Shota, ibu bapakmu itu kalo berantem suka bahas-bahas sejarah, ndak? Kaya dulu kan negara ibumu jajah negara bapakmu gitu-gitu?"
Shota diam sebentar, kemudian mengangguk
"Iyo. Kadang bapak sambil bikin bambu runcing." Menyeruput strawberry lattenya dengan tenang kemudian.
Shota terlihat tidak suka bercanda, tawa lelaki itupun sangat jarang terbahak-bahak. Mungkin hanya beberapa detik saja dan itupun tawa yang terdengar garing dan tidak bertenaga. Tapi faktanya Shota suka sekali bercanda, meskipun dia terlihat yang paling jarang tertawa. Malahan, membuat Shota tertawa menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi para temannya.
Shota sering menghabiskan liburan sekolah dengan berlibur ke negara sang ibu, itu pula yang menjadikan Shota jago bermain snowboard. Si blasteran itu memiliki daya tarik di bidang olahraga. Tubuhnya yang tinggi dan sehat juga mengindikasikan bahwa keluarganya memperhatikan asupan gizi Shota. Anak orang berada.
"Shota bayar kas dong, kamu udah nunggak dua minggu." Shota melirik sinis bendahara kelas sampai si gadis mengambil beberapa langkah mundur.
"Pungli gak sih iki? Masaknya udah bayar SPP masih suruh bayar kas. Tak laporne bapakku kamu nanti." Shota tetap mengeluarkan uang dari sakunya, tetap membayar.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRIME
FanfictionLong Live Freedom!!! Arunika yang memiliki cita-cita hidup tenang tanpa gangguan nyatanya tidak bisa menahan diri untuk tidak mengkritik ketika melihat bagaimana sistem pemerintahan di negerinya mulai porak poranda. Arunika bukan anak pejabat, hidup...