Arunika membawa Shota duduk di bangku depan kampus mart, yang kebetulan sedang tidak begitu ramai. Ia akan memakan burger di sini saja, keduanya duduk berhadapan. Arunika membelakangi pintu masuk gedung organisasi, posisi kampus mart memang tepat di lantai satu gedung organisasi, bersebelahan dengan pintu masuk gedung.
Arunika berdiri untuk mencuci tangan di wastafel dekat pintu, ia kembali duduk berhadapan dengan Shota setelahnya, membuka box burger kemudian mengambil roti tumpuk tersebut membaginya menjadi dua dengan hati-hati. Shota sendiri memperhatikan dalam diam. Ia tidak menyangka bahwa setengah bagian burger itu akan diberikan kepadanya oleh Arunika
"Buat kamu."
Shota mengerjapkan mata lalu menggeleng menolak.
"Semuanya buat kamu, Arunika" Shota sudah makan dan ia merasa kenyang sekarang. Lagipula ia sengaja membelikan burger itu untuk Arunika, agar gadis itu makan dan kenyang. Jika hanya setengahnya apa mungkin gadis itu akan kenyang.
Lain lagi yang dipikirkan Arunika, ia merasa tidak enak meminta ditemani begini dan Shota hanya akan duduk diam melihatnya makan. Arunika menatap Shota sesaat setelah pria itu menolak setengah burger yang ia beri. Matanya melirik ke dalam kampus mart. Mungkin sebaiknya Arunika membelikan sesuatu untuk Shota agar mereka bisa sama-sama menyantap makanan.
Shota sendiri bertanya-tanya tentang apa yang sedang Arunika rencakan saat ini.
"Tunggu di sini sebentar." Shota mengangguk kaku. Matanya mengikuti kemana Arunika pergi. Gadis itu masuk ke dalam kampus mart, berjalan ke arah rak jajanan kemudian kearah kulkas minuman. Setelah itu ke kasir dan kembali keluar berjalan menghampirinya
"Ini. Gak boleh ditolak udah aku beli."
Itu adalah pocky rasa strawberry dan strawberry latte. Jujur saja keduanya adalah favorit Shota, tapi....
"Arunika..."
"Makan." Arunika benar-benar tidak memberikan keseempatan padanya untuk menolak. Shota baru tau jika Arunika bisa mengeluarkan suara yang galak begitu.
"Iya." Shota berpikir untuk langsung menuruti saja mau Arunika agar gadis itu cepat menyentuh makananya.
Beberapa saat setelahnya Shota melihat para anggota surat kabar keluar dari pintu gedung organisasi. Arunika tidak melihatnya karena posisi duduk gadis itu yang membelakangi pintu gedung. "Oh, anak surat kabar." Ucap Shota.
Arunika langsung menatap Shota, mengikuti arah pandang Shota. Arunika berbalik untuk melihat teman-teman satu organisasinya keluar, mungkin mereka akan langsung pulang.
"Arunika kita pulang duluan."
Arunika mengangguk dan tersenyum "Hati-hati." Setelah itu ia kembali menghadap Shota, wajahnya kembali murung, memakan burger dengan pelan. Sepertinya Shota menyadari perubahan ekspresi itu.
"Kenapa?"
"Apa?"
"Burgernya gak enak?"
"Enak kok, kenapa?" Arunika hanya merasa tidak nyaman setiap kali melihat wajah wajah anggota organisasi. Perasaan rendah diri langsung menguasai dirinya detik itu juga.
"Ngomong-ngomong kamu lagi nulis berita apa?" Shota memilih membelokkan obrolan ke topik lain. Jarang-jarang kan dia bisa mengobrol dengan Arunika. Gadis itu juga makin sulit ditemui jika tidak bersama Otto, pun sekarang Arunika sudah bisa menolak ajakan Otto.
"Oh nulis berita biasa yang lagi rame aja."
"Gitu? Yang lagi rame akhir-akhir ini banyak, kan? Kamu nulis yang mana?" Shota meletakkan kedua lengannya di atas meja, kepala lelaki itu disandarkan diatas lengannya yang terlipat, mungkin untuk menjangkau mata Arunika karena gadis itu terlalu banyak menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRIME
FanfictionLong Live Freedom!!! Arunika yang memiliki cita-cita hidup tenang tanpa gangguan nyatanya tidak bisa menahan diri untuk tidak mengkritik ketika melihat bagaimana sistem pemerintahan di negerinya mulai porak poranda. Arunika bukan anak pejabat, hidup...