Bab 4 - Merasa kalah, Hyuuga?

500 71 10
                                    

"Bagaimana?" tanya Sakura dengan kerlingan kecil. Menatap Juugo yang terlihat bingung terhadap hasil karyanya.

"Bagaimana bisa kau melakukannya?" tanya Juugo heran. Berjalan mendekat dan sedikit membungkukkan badannya di sebelah wanita itu.

Sakura ganti terkekeh ringan. Menggosok kedua telapak tangannya untuk menghilangkan debu dan memberikan sentuhan terakhir di atas kap mobil tersebut. Scv-Speed memiliki beberapa masalah di bagian mesinnya. Dan itu semua karena formula 80% rancangan mobil tersebut belum seratus persen bagus. Selain itu karena sudah dirancang selama satu dekade lebih, kemungkinan besar mesin yang digunakan sudah ketinggalan jaman atau sekarang sudah diupgrade ke tahap yang lebih baik. Sebagai montir dan engineering, Juugo pun memahami hal tersebut.

"Bagaimana kau bisa memperbaikinya?" tanya Juugo heran.

Mendengus pelan, Sakura bangkit berdiri. Menatap body mobil setengah jadi di depannya dengan pandangan puas.

"Ayahku dulu ahli dalam bidang ini. Jadi tak ada alasan aku tak tahu tentang perbengkelan," jawabnya santai sebelum berjalan menjauh dan duduk di bangku.

"Apakah kontruksi infrastruktur pemerintah atau masyarakat juga menggunakan jasa perusahaanmu?" tanya Juugo ikutan duduk di sebelahnya.

Sakura mengangguk singkat. Bibirnya mencebik kecil. "Sebagian besar ya, tapi kami sedang melebarkan sayap untuk ke luar negeri. Dan itu susah sekali mengingat persaingan di sana. Barangku dan jasaku harus lebih unggul terlebih dahulu, dan sekarang kami sedang berada di tahap proses pengembangan untuk membangun inovasi."

Juugo mengangguk paham. Sedari tadi dibuat tak henti-hentinya berdecak kagum dalam hati. Sebagai keturunan dari keluarga yang bisnisnya tak terkenal bahkan sudah bangkrut total, Haruno Sakura adalah perempuan tangguh yang mampu berdiri sendiri dengan kedua tangan dan menghadapi apapun dengan tangan besi. Entah resiko atau apapun itu yang diambil wanita itu untuk sampai berada di tahap ini, hal tersebut tetap harus diapresiasi karena dia benar-benar menggunakan bakatnya dan tenaganya, bukan bergantung pada usaha orang lain.

"Hebat."

Sakura mendengus pelan. "Ada beberapa hal yang melanggar norma dan kau tidak akan berkata seperti itu jika kau tahu," ujarnya dengan mata berkilat disertai senyuman remeh. Sangat percaya diri bahwa apapun usaha yang akan Juugo lakukan untuk mengorek informasi tersebut, pria itu sama sekali tidak akan mendapatkan apa yang dia inginkan.

Juugo menggelengkan kepalanya pelan. "Tapi Nona Haruno, kau lebih baik dari pada kebanyakan perempuan yang aku kenal." 

Sakura terkekeh pelan. Beberapa hari mengenal Juugo, dapat Sakura simpulkan bahwa pemuda itu adalah orang yang tulus. Selama hari-hari mereka bekerja sama, Sakura tak henti-hentinya mendapat tatapan kagum darinya.

"Kau ini bisa saj-" Baru juga ingin mengangkat tangannya untuk memukul bahu besar Juugo, suara deheman dari pojok ruangan mengalihkan perhatian keduanya. Di sana, bisa dia lihat Uchiha Sasuke datang dengan setelan celana kain hitam dan atasan kaos abu gelap. Di masa mudanya, badan pria tersebut sudah dihiasi oleh otot yang sedikit menonjol. Kini saat usia menjadikan Sasuke sebagai pria matang, tubuhnya sekarang bisa dibilang tinggi, besar dan kekar. Hampir sama seperti Juugo jika pemuda bersurai jingga itu tidak lebih tinggi setidaknya satu cm.

"Sasuke-sama," panggil Juugo sembari berdiri dan membungkuk setengah badan. Berbeda dengan Sakura yang masih nyaman di posisi duduknya dan wanita itu hanya melemparkan sebuah cengiran manis sebagai sambutan.

"Satu-satunya hanya berasal dari perusahaan Iwa. Tapi mereka tidak memiliki pasokan yang banyak." Di tengah-tengah pria itu berbicara, Sakura menangkap tatapan curi-curi pandang Sasuke ke arahnya.

AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang