Bab 10 - Menjatuhkanmu, Hanya Butuh Satu Jentikkan Jariku

382 51 6
                                    

"Sakura-san, jadi bagaimana hubunganmu dengan Sasuke?"

Mendengar pertanyaan itu, seringai kecil muncul di bibir Sakura. Ia tatap Itachi dengan kerut mata geli. Tak mengindahkan pria di sebelahnya yang sedari tadi sudah bergerak kepanasan ketika nama Sasuke dibawa-bawa.

"Sangat baik, Itachi."

"Adikmu tak pernah berubah."

"Sakura," gerutu Rey dengan cemberut kecil saat Sakura tidak peka dengan perasaannya.

Sakura menoleh, memberikan tatapan mengingatkan kepada pria itu. Hasilnya cukup mengejutkan. Itachi tak menyangka orang seperti Rey akan kicep hanya dengan lirikan saja. Ia tak tahu sedalam apa hubungan mereka. Jadi yang hanya bisa ia simpulkan adalah Sakura memiliki pengaruh atas pengendalian diri pria tersebut.

"Masih sama seperti dulu," ujar Sakura tiba-tiba tak minat.

Itachi yang melihat itupun hanya bisa menghela nafas pelan. Seingatnya Sakura dan Sasuke dulunya sangat dekat. Namun entah mengapa, keduanya tiba-tiba berperilaku bak musuh bebuyutan yang akan membunuh satu sama lain ketika bertemu. Sudah lama ia tak tinggal dengan keluarganya, jadi Itachi ketinggalan banyak berita tentang adiknya itu.

Namun jarak yang ada di antara dirinya dan Sasuke masih membuat Itachi tahu betul menumbuhkan karakter terbuka di diri Sasuke itu sangat sulit. Dan seingatnya hanya Sakura yang bisa membuat adiknya itu bereaksi. Reaksinya hampir sama seperti perilaku Rey terhadap Sakura. Tak akan pernah menolak apapun permintaannya. Bedanya adiknya itu akan menurut tapi masih dibersamai dengan gerutuan serta ejekan. Walaupun begitu, Sasuke tetap akan menuruti permintaannya. Sedangkan Rey terlihat pasrah-pasrah saja tanpa perlawanan.

"Aku tidak tahu kenapa dia justru malah menikah dengan Hinata."

Ucapan pelan itu benar-benar membuat wajah Sakura yang tadinya cerah menjadi dingin. Kedua tangannya terdiam, sedangkan sang empu terlihat merenung. Rey yang disebelahnya pun juga sedari tadi meliriknya penuh perhatian. Khawatir jika topik tentang 'Sasuke' membuatnya berpaling.

Masih dalam pikirannya, Sakura akhirnya menoleh. Mendongak dan menatap Itachi dengan senyum kecil. Mengetukkan jarinya pelan, akhirnya bibir mungilnya pun berkata,

"Dia 'kan, memang tukang iri. Bukankah dulunya dia hampir menikah dengan Naruto?" tanya Sakura dengan remeh.

Itachi sedikit tertegun. Agak kaget lebih tepatnya. Seingatnya, reputasi Hinata Hyuuga itu cukup baik di kalangan masyarakat. Cantik, penyayang, lembut, penuh kasih.

Namun apa yang dia dapati dari ucapan Sakura barusan tentu menimbulkan tanda tanya di hati Itachi. Sedikit rasa tidak percaya serta ingin menyangkal sebenarnya. Akan tetapi, ketika melihat gurat amarah terpatri di wajah Sakura, Itachi pikir apa yang selama ini ditampilkan di media seorang Hyuuga Hinata itu hanyalah citra semata. Apa lagi saat ia melihat sebelah tangan Sakura mengepal hingga memutih.

Berbanding terbalik dengan tubuh tegangnya, wajah Sakura yang tadinya kaku berubah ceria kembali. Senyum lebar hingga menghilangkan kedua sorot bola mata emeraldnya itu terbit. Menggantikan suasana yang tadinya penuh sesak dengan atmosfer gembira lagi.

"Dia tidak pernah puas, Itachi-san. Tapi aku juga begitu kok," ujar Sakura santai.

"Jadi, jangan kaget ya nanti kalau aku jadi adik iparmu," tambahnya enteng. Yang membuat kedua pria di ruangan itu menoleh padanya dengan kaget.

Itachi beralih terkekeh pelan, menganggap bahwa perkataannya barusan merupakan sebuah guyonan.

"Kau ini lucu sekali Sakura-san. Di garis Uchiha tidak ada yang bercerai."

AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang