Chapter 5: Rejection

44 14 1
                                    

Hari itu menjadi mula bagaimana Satoru semakin menguatkan tekadnya dalam mendekati si gadis pujaan hati. Setiap kali [Name] sedang sendiri tanpa Utahime, di situlah kesempatan emasnya muncul. Entah dengan berangkat sekolah bersama, pulang bersama, bahkan rela menunggunya keluar dari toilet meski harus terkena hantaman cantik dari para gadis.

Seolah-olah Gojo Satoru yang berandalan, nakal, dan hobi keluar-masuk nightclub tidak pernah ada semenjak hatinya luluh pada pesona wanita yang tidak menyukai pria. Misalnya saja sekarang, Suguru mengerutkan kening mendapati teman gilanya itu tengah menguntit [Name] diam-diam dari belakang. Sementara Shoko sibuk menggigit gagang permen dan menatap datar pemandangan tersebut layaknya sudah terbiasa.

"Benar-benar bulol."

"Bucin tolol."

Lantas keduanya beranjak pergi membiarkan satu kawanan mereka bersenang-senang dengan dunia romansanya sebelum bersusah-susah setelahnya.

--

Meski tampak cuek dan tidak begitu memperhatikan sekitar, nyatanya [Name] tak sebodoh itu ketika menyadari seseorang tengah mengawasinya akhir-akhir ini. Ditambah prasangka itu terjadi setelah insiden di apartemennya, dengan kata lain; Satoru tengah menguntitnya saat ini.

Ia berhenti berjalan dan memilih satu kursi panjang sebelum mendaratkan bokong di atasnya. Menancapkan sedotan ke permukaan botol dan menyeruput isinya sambil menatap sekitar. Merasa bahwa dirinya harus membicarakan sesuatu dengan Satoru, [Name] menyerukan panggilan.

"Keluarlah, aku tahu kau mengikutiku," ucapnya.

Tak lama terdengar suara gesekan daun dari balik semak-semak, barulah muncul pria muda bertubuh tinggi melebihi pintu melangkah mendekat dengan kepala menunduk. Jantungnya berdetak kencang antara takut dan euforia berbunga-bunga.

"Duduk."

Bagai kerbau dicucuk hidungnya, Satoru menurut dengan mendaratkan tubuh di atas kursi besi itu. Berjarak satu meter alias duduk di ujung ke ujung, mendatangkan suasana awkward yang membuatnya mendadak sesak.

Keadaan hening sejenak sampai [Name] membuka suara. "Kau mengikutiku."

"Tidak."

"Itu pernyataan, bukan pertanyaan."

Kepalanya reflek menoleh dengan alis menukik dan telinga memerah, Satoru mendadak kesal sekaligus malu karena telah tertangkap basah. Sebenarnya bukan hal yang mengherankan jika [Name] berhasil menyadari keberadaannya selama ini.

Bayangkan saja ketika gerombolan gadis mencuri-curi pandang ke arah [Name] yang sedang berjalan di tengah-tengah koridor, yang ia tahu gadis-gadis di sekolah tidak memiliki penyimpangan seksualitas—kecuali gadis-gadisnya.

Hal itulah yang membuat [Name] segera sadar bahwa Gojo Satoru mengikutinya sejak beberapa hari terakhir ini. Tidak terkecuali sekarang.

"Lalu?"

[Name] menghela nafas, menyandarkan punggungnya di kepala kursi. "Seharusnya kau menjawab dengan kalimat-kalimat yang mengakui perbuatanmu atau lebih baik dengan kata 'maaf'. Lagipula aku tak sebodoh itu untuk tidak menyadari kalau kau menguntitku."

"Aku tidak menguntitmu! Aku hanya.. aku hanya penasaran rutinitasmu di sekolah." Seutas senyuman kaku yang menjengkelkan terlihat di wajah tampannya.

Mata [Name] berputar dengan jengah, punggungnya tak lagi bersandar. Kemudian memusatkan atensi ke sebuah botol kosong di genggaman.

"Apa kau tidak penasaran kenapa aku bisa menyukai perempuan?"

Bibir tipis Satoru masih berkerut, namun kepalanya tetap mengangguk ingin tahu lebih lanjut.

Hela nafas kecil keluar dari mulut sang dara. "Aku menyukai susu kotak rasa coklat, tapi Utahime menghiburku dengan sekotak susu rasa pisang karena dia tidak mengetahui rasa kesukaanku."

"Hanya itu?"

Anggukan kepala ditunjukkan. "That's why, I changed my favorite milk flavor to banana."

Kelopak mata [Name] sedikit menyipit saat angin menerpa memainkan poni panjangnya hingga nyaris menutupi alis ke bawah. Membalas tatapan lugu Satoru yang tengah mencerna jawabannya. Kemudian si rambut putih menunduk, ekspresinya menjadi lebih berbobot karena berbagai perasaan bercampur dan isi kepala berkecamuk.

Merasa tidak mendapat tanggapan apapun, [Name] lanjut berbicara. "Dia mengenalku dan aku mengenalnya lebih dulu. Dalam skenario ini kau tak lebih dari orang baru. Tidak peduli seberapa popularnya kamu."

Usai kalimat tajam yang disuarakan begitu halus ini terucap dan perlahan menghilang disapu angin, Satoru menyadari bahwa sisi tempat duduknya kosong tak berpenghuni, meninggalkan sang adam bersama keheningan.

"Fuck."

--

[!] DEVIANT GIRL [!]
19/06/2024

Deviant Girl | Gojo S.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang