Chapter 7: Blue

45 14 0
                                    

Suhu di Jepang kian menurun lebih rendah dari hari ke hari. Menyesuaikan waktu musim yang mulai tiba di penghujung tahun, Desember. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, liburan musim dingin tahun ini membuat [Name] justru dilanda feeling blue. Terlebih melihat pemandangan pintu yang tertutup rapat di hadapannya menjadi pembatas ruangan yang telah kosong melompong entah sejak kapan.

Tanpa kata, tanpa suara, tanpa sinyal, gadis berpita putih itu benar-benar angkat kaki meninggalkan Tokyo tanpa menyisakan jejak sedikitpun—kecuali sekotak susu rasa pisang yang dilindungi paper bag mini tak jauh dari jarak ruangannya.

Hela nafas kecil lolos dari mulut [Name], duduk bersandar di dinding dan menikmati minuman tersebut dengan tatapan menerawang. Menggerutu dengan bibir bergetar menahan tangis. "Dia pikir dia siapa bisa pergi seenaknya?"

Tentu, tak menyadari kehadiran pemuda yang dia tolak ternyata diam-diam mengikutinya. Duduk di anak tangga dan menyesap rokok sambil merenungi nasib gadis pujaan yang tengah memikirkan orang lain.

--

Es krim vanilla menetes menuruni sisi cone, segera ditahan dengan lidahnya yang sedikit menjulur dan menyeruput lelehan itu. Di sinilah [Name], berdiri di depan toko es krim dengan tiga orang familiar yang sepertinya sengaja menemuinya.

Ketika Satoru diam-diam mengikuti [Name] tanpa ikut campur, rupanya Suguru dan Shoko mengikuti pemuda itu yang tengah menguntit kekasih- calon kekasihnya. Tanpa alasan yang jelas, hanya bentuk kepedulian terhadap teman jikalau terjadi sesuatu yang tak mengenakkan. Tapi Satoru tahu itu hanya alibi dari dua suku kata 'kepo'.

Kendati merasa segan usai penolakan terang-terangan tempo hari, nyatanya [Name] hanya bisa mengalah dan membiarkan Satoru bersama dua temannya mengikuti gadis itu.

"Jadi, sudah putus dengannya?" Shoko bertanya, sesekali mengambil gigitan pada es krimnya.

Keterdiaman menjadi jawaban selama beberapa saat sebelum gelengan ditunjukkan. "Aku tidak berkencan dengannya."

Alis rapi Shoko terangkat, lanjut menikmati krim dingin itu dengan tatapan menerawang, seolah memikirkan sesuatu. Namun, segera diurungkan dan diganti pertanyaan lain yang lebih umum.

"Sudah ada rencana untuk lanjut ke perguruan tinggi pilihanmu? Atau, langsung bekerja?"

"Keduanya, setelah berhasil masuk universitas, aku akan bekerja untuk bayaran kuliahku." Merasa aman berbincang dengan salah satu gadis yang pernah menciumnya, [Name] balik bertanya. "Bagaimana denganmu?"

"Aku akan mengambil jurusan kedokteran..."

Kepala Satoru menoleh, menyaksikan dalam diam ketika dua gadis itu melakukan percakapan. Atensinya terganggu saat rangkulan pada bahu terasa membebani lengan, tampak Suguru ikut menyaksikan mereka sambil menikmati es krim.

"Tidak heran, dia memang cantik," ucap si rambut hitam dengan tiba-tiba.

"Ini bukan soal cantik."

"Oh, yeah? Seorang Satoru Gojo?" Suguru melirik, tatapan pemuda itu tampak mengejek dan meremehkannya. Tepukan bahu dilayangkan sebelum melepas rangkulan dan berdiri bersandar di pagar pembatas toko. "Aku heran, dari banyaknya gadis yang sudah pernah kau cium, kenapa kau memilih seseorang yang menyimpang?"

Satoru menghela nafas, mengunyah sisa cone sekaligus dengan rasa frustrasi yang terpendam. Wajahnya diusap kasar seolah berusaha menghalau ketidaknyamanan. "Aku juga tidak tahu. Tapi melihatnya menangis.. aku sadar, aku benar-benar menyukainya."

Mata sipit Suguru semakin menyipit mendapati jawaban tersebut. "Fetish with crying people?"

"Is that on your dirty mind?"

--

Hampa, benar-benar hampa. Katakanlah [Name] gila sekarang, mungkin itu faktanya. Kekosongan terasa dalam batin dan pikiran, namun setitik cahaya terasa menghangati suasana hatinya yang mendung. Aneh, seharusnya ia menangis tersedu-sedu setelah ditinggal seseorang yang telah mengisi hari-harinya selama ini.

Notifikasi ponsel dari kontak favoritnya tak dihiraukan, membiarkan menumpuk seakan bukan nomor itu yang ditunggu. Pun beberapa menit setelahnya muncul kontak lain yang menerbitkan kilat tertarik di lingkar pupil. Membuka ruang pesan dalam sepersekian detik.

Isi pesan tersebut membuat bibirnya mengatup rapat.

"Dia menciumku agar kau cemburu dan membencinya. Dia juga mengatakan bahwa ciuman itu akan membuatmu bisa berpikir jernih kedepannya. Hanya itu yang Utahime katakan sebelum dia menciumku dan kau tiba di rooftop."

"Maafkan aku."

--

[!] DEVIANT GIRL [!]
19/06/2024

Deviant Girl | Gojo S.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang