Chapter 6: Her Selfishness

23 9 1
                                    

"She doesn't like girls, she likes Utahime."

Mata biru kemilau Satoru mengikuti pergerakan Shoko yang sesekali menjentikkan ujung rokoknya ke asbak yang penuh dengan abu. Kalimat tersebut membuat pria yang sedang galau ini mendadak mendapatkan secercah sinar harapan.

"Ingat ketika aku mengatakan bahwa aku pernah menciumnya?"

Tatapan penasaran Satoru mendadak berubah datar lantaran api kecemburuan tiba-tiba menyulut emosi. "Yeah."

Shoko mendengus kecil mendapati tanggapan tersebut. "Dia hanya diam, tak ada hasrat berciuman sama sekali."

"Bisa saja karena dia sedang tidak mau berciuman, kan?" tanya Satoru lagi.

Si perokok menggeleng. "Tidak, aku pernah melakukan percobaan dengan gadis lesbian lainnya dari club. Tidak peduli siapa yang mereka cintai, nyatanya ketika gadis lain mencium mereka, selalu ada hasrat meski hanya percikan. Berbeda dengan [Name]."

Suguru yang sedari tadi hanya diam menyimak pun turut ikut campur. "Jadi, dia tidak benar-benar menyukai perempuan?"

"Like I said before, dia tidak menyukai perempuan, dia menyukai Utahime."

--

Beberapa minggu berlalu semenjak penolakan itu terjadi, [Name] benar-benar terlepas dari sosok lengket Satoru. Seharusnya gadis itu merasa senang dan lega lantaran bisa fokus belajar untuk persiapan masuk ke universitas pilihan. Namun, yang dia rasakan justru sebaliknya.

Selama libur musim dingin nanti, [Name] berencana untuk fokus belajar dan mengejar ketertinggalannya selama bersantai-santai di tahun-tahun pertama. Meski harus menghadapi perpisahan dengan Utahime. Mengingat gadis itu membuat perasaannya mendadak mendung.

Saat asik melamun dengan pikiran, tiba-tiba bel istirahat yang berbunyi nyaring membangunkan [Name] dari imajinasi. Mata hazelnya menelusuri sekitar kelas yang hampir kosong. Ia berencana mengunjungi kelas Utahime untuk makan siang bersama.

Kaki berbalut sepatu hitamnya berhenti tepat di depan pintu kelas lain, namun tak menemukan satupun manusia di dalamnya. Mendapatkan ide untuk mencari gadisnya ke tempat lain, gadis itu lanjut melangkah menuju rooftop.

"Hime-"

Nafas yang biasanya terasa lega setiap kali menatap wajah si pemilik nama, kini mendadak tercekat tatkala mendapati sosok yang dicari tengah bercumbu dengan pria lain. Sialnya lagi, laki-laki itu adalah Gojo Satoru.

Sesuatu yang tak kasat mata mendadak menusuk batinnya, pikirannya kebingungan akan rasa cemburu yang dirasa untuk si gadis atau mungkin untuk si pemuda. Membawa langkah kaki kembali mundur perlahan sebelum berbalik dan berlari kembali memasuki gedung sekolah.

--

Dunia seperti turut merasakan duka yang dirasa, meski awan mendung melayang sejauh ratusan kaki dari permukaan bumi, hal itu tak mengganggu sang gadis yang tengah diselimuti kesedihan luar biasa. Lebih menyakitkan lagi saat tak mendapati setetes air mata turun menelusuri dagunya.

Nafas [Name] terasa sesak, berulangkali menghela nafas untuk mengendalikan kontrol diri. Onigiri yang belum sempat disantap siang tadi, akhirnya berhasil masuk ke dalam lambungnya yang kosong.

Ilalang liar menunduk paksa saat angin menerpa lembut namun penuh kepercayaan diri, bersamaan dengan rambutnya yang bergerak-gerak turut dihempas udara.

Setelah memastikan isi makanan di kotak bekal sudah benar-benar masuk ke dalam perut, sekotak susu rasa pisang menjadi minuman penutup kegiatan makan sorenya. Melanjutkan lamunan hingga benar-benar menenggelamkan diri dari kenyataan di sebelahnya. Gadis itu duduk, Utahime tepat di sebelahnya setelah mencium pria lain.

"Kenapa belum pulang?"

Hening selain suara alam.

"Bukankah sudah kukatakan untuk berhenti meminum susu rasa itu?"

Lagi-lagi tanpa tanggapan.

"[Name]?"

Dengusan kesal lolos dari si pemilik nama, menyadari bahwa diri tak lagi tenggelam dalam lamunan. "Untuk apa? Agar aku melupakanmu? Aku tidak sebodoh itu untuk menuruti permintaanmu," ketusnya sebelum meraih kotak bento dan menyampirkan tas ke bahu. Melangkah pergi sebelum suara berikutnya mengucapkan kalimat baru.

Netra Utahime terpejam sejenak sebelum mengambil nafas dalam dan lanjut berbicara, namun belum sempat suaranya keluar, pasukan rintik air turun dari atas langit membasahi bumi. Meski begitu, Utahime tetap melanjutkan keinginannya untuk berbicara, bahkan mengeraskan suara.

"Aku tidak akan melupakanmu."

"Setelah mencium pria gila itu?"

"Aku akan tetap menyukaimu."

"Lalu muncul di hadapanku tanpa rasa bersalah?"

"Jaga dirimu baik-baik."

"Hentikan, Hime!"

Sudut bibir tertarik ke atas, mengulas senyuman tipis yang selalu menjadi favorit [Name]. Tapi kali ini berbeda, respectful-nya hangus dalam sekejap mata. Tepat sebelum satu kalimat terakhir keluar, kecupan singkat didaratkan di sudut bibirnya oleh Utahime Iori, menyatu dengan tetesan hujan yang menyerap ke dalam pori-pori.

"I am selfish, but I still like that nickname."

--

[!] DEVIANT GIRL [!]
19/06/2024

Deviant Girl | Gojo S.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang