1

1.5K 99 7
                                    

Sang surya telah naik memperlihatkan dirinya pada pagi hari ini. Sinar kekuningan itu langsung menerobos masuk ke dalam kamar dengan nuansa hitam abu-abu yang terlihat amat elegan. Sepasang mata mulai terbuka dan berkedip pelan, mata berwarna hijau zamrud itu kini terbuka sempurna. Pemuda itu duduk sejenak sebelum berdiri menuju tirai dan membukanya, di depan sana terdapat pantai dengan desiran halusnya. Pemuda itu merenggangkan tubuhnya dan melihat kearah pantai itu. 

"Selamat pagi dunia, semoga agenda apapun hari ini berjalan lancar," ucap pemuda dengan surai merah dan mata sehijau zamrud itu. 

Setelah lama memandang pantai dan mendengar bisikan air itu ia turun menuju dapur dan memakai apronnya. Apron berwarna hitam itu sangat pas untuknya. Tangannya dengan lihai mengambil dan mengolah bahan yang telah ia siapkan. Tak berselang lama beberapa menu masakan telah siap, ia langsung menatanya di meja makan panjang dengan total kursi sekitar 16 sampai 20. 

Sebanyak itukah anggota keluarga mereka? jawabannya adalah iya. Rata-rata dari mereka adalah anak yang dibuang kejalanan atau korban dari kekerasan orang tuanya.  Mereka semua berkumpul di satu mansion besar, menjadi keluarga dan pembisnis handal entah itu bisnis legal ataupun ilegal. Matahari pagi sudah berada pada tempatnya jam di dinding pun menunjuk angka 7. Pemuda bersurai merah itu mulai naik dan membangunkan anak-anaknya terlebih dahulu. 

"Mia, Shouta ayo bangun kita sarapan bareng-bareng, oke?" ujar pemuda bersurai merah itu membangunkan anak paling bungsu dikeluarga ini.

Sang gadis bersurai putih bernama Mia sementara lelaki bersurai biru di sebrang sana bernama Shouta. Pemuda itu menggoyangkan badan mereka dengan pelan hingga mereka berdua mulai membuka matanya. Mia mendekat dan langsung melompat, meminta untuk digendong oleh pemuda itu. Sementara itu Shouta memandang hal itu dengan perasaan iri akhirnya ia berdiri dan langsung menerjang pemuda itu dari belakang.

"Mami Caine, Shouta juga mau digendong." Souta berbisik dengan suara khas bangun tidurnya. Bibirnya mengerucut kedepan dengan ia yang terus mengeratkan pelukannya.

Pemuda bersurai merah itu tertawa kecil. Seperti yang kita ketahui dari panggilan Shouta, pemuda itu bernama Caine. Dalam keluarga ini dia memang sering dipanggil 'mami' karena,  tutur katanya yang halus dan caranya memperlakukan anggota lain bagaikan ibu yang tengah mengasuh anaknya. 

"Sudah-sudah ayo cuci muka dulu setelah itu turun ya, Mami sudah masak" Caine mengantarkan mereka menuju kamar mandi dan langsung membangunkan yang lain.

Di depan sana terdapat kamar bertuliskan 'Rion Kenzo' yang merupakan kamar terakhir untuk dibangunkan orangnya. Caine melangkah masuk dan melihat pria bersurai ungu itu tengah merokok di balkon kamarnya. Pria itu menoleh saat mendengar suara pintu, ia langsung membuang rokoknya dan menghampiri Caine lalu memeluknya. Caine yang melihat itu memeluknya dan mengusap punggungnya dengan pelan, berusaha memberikan kenyamanan. Pria itu diam di dalam pelukan hangat itu, ini terasa seperti pelukan ibunya dulu. 

"Rion, mau makan bersama anak-anak atau aku akan membawa makanan kesini?" Caine membuka topik pembicaraan dengan pertanyaan sambil melanjutkan mengelus punggung Rion. 

Rion Kenzo, ia adalah ketua keluarga ini atau sering dipanggil 'papi' oleh anggota lainnya. Kemarin malam ia terus bertarung dengan komputer yang ada di hadapannya, ia terus mengetik dengan keyboard yang ada di sana. Kepalanya berputar sekarang, ia harus selalu siap untuk bisnisnya dalam keadaan apapun. Sebenarnya ia lelah, ia muak dengan semua ini tapi dia harus tetap bertahan untuk anak-anaknya. 

Rion melepaskan pelukan yang diberikan oleh Caine dengan perlahan. Ia pergi menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya sementara Caine duduk di kasurnya untuk menunggu dirinya. Tidak lama Rion pun datang dan menarik Caine agar turun dan ikut sarapan bersama yang lainnya. 

The Center Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang