Anak-anak telah tiba dan semua berkumpul di ruang tengah menunggu Rion memimpin evaluasi siang ini. Namun yang mereka dengan samar-samar adalah teriakan Sui. Echi sudah berusaha berkali-kali untuk lari menuju kamar Sui dan melihat bagaimana kondisi orang tersayangnya itu.
___________________________________________
Setelah sedikit perdebatan di kamar Sui mereka bertiga turun dan duduk bersama anak-anak lainnya. Rion mulai membuka tas yang dibawa oleh Gilbert. Hasil yang mereka dapatkan cukup banyak, semuanya mendapat bagian masing-masing. Ruang tengah kini menjadi sangat canggung tidak ada satupun yang bersuara kecuali, uang kertas yang saling bergesekan bahkan Echi yang selalu berisik memilih diam karena atmosfer ruangan ini begitu mencekam.
Gilbert berdiri dan langsung menarik Exu untuk ikut dengannya menuju arena balapan sesuai janji mereka kemarin. Key dan Elya memilih untuk pergi dan menonton drama kesukaan mereka pada kamar mereka masing-masing diikuti oleh Aenon, Echi dan, Selia. Mia dan Mako juga memilih untuk pergi berdua berkeliling kota. Kini tersisa Sui, Caine, Rion, Krow, Jaki, Garin, Funin mereka hanya saling berpandangan sampai Krow angkat bicara.
"Kini kusadar" Krow membuka obrolan.
"Kop sekop sekop" balas Garin.
Mendengar itu Jaki langsung tertawa terbahak-bahak bahkan kini air mata telah turun pada pipinya. Sementara Funin menutup mulutnya menahan tawa namun ketiga orang dewasa itu hanya diam memperhatikan seakan tak tertarik. Karena mereka muak akhirnya mereka berpamitan untuk pergi bersama menuju bar, mereka tidak untuk bermain kesana mereka hanya ingin melihat-lihat bisnis baru Papi mereka itu. Rion mengangguk tanpa suara dan akhirnya mereka tersenyum lebar karena sudah muak dengan suasana pada ruangan itu.
Mereka berempat sudah sampai di sana lalu mulai menelisik ke beberapa penjuru bar, Krow mengambil beberapa minuman lalu meneguknya rasa hangat mulai menjalar di seluruh tenggorokannya. Tenang ia hanya minum beberapa teguk bahkan 1 botol saja mereka bagi 4. Mereka mulai masuk ke ruang kerja dan melihat-lihat apapun yang bisa dilihat. Mereka sebenarnya bingung apa yang harus dilakukan, tidak ada hal apapun yang harus di urus pada saat ini mereka pergi kesini hanya untuk menghindari 3 orang dewasa tadi.
"Eh, mereka marahan kah? Serem bet anjir. Rasanya kek gua lagi di cekek" Jaki membuka obrolan kali ini sambil memutar-mutar gelasnya yang terisi setengah.
"I don't know bro, Mami Papi juga kalo ada apa-apa gak pernah cerita jadi kita ga tau masalahnya" jawab Garin dengan logat khasnya.
"Kalo marahan jangan depan kita lah babik, takut aku apalagi tatapan Mami pas itu beh" timpal Krow.
"Bener, Mami jarang banget ngelemparin tatapan kayak gitu kecuali ke musuh kalo menurutku mereka ada selisih pendapat si" Funin mengangguk dan menjelaskan apa pendapatnya.
"Males, iya bener mereka anggota paling tua tapi masa ga pernah cerita masalah ke kita apalagi Mami. Gua sama Echi aja ga pernah tau background Mami kayak gimana, karena dia emang se tertutup itu." keluh Krow sambil menunduk, ia merasa gagal sebagai orang yang selalu dekat dengan Caine tapi tak pernah dijadikan sandaran oleh orang tersayangnya itu, ia ingin Caine juga bersandar padanya namun semua usahanya sia-sia.
"Jangankan lo, gua yang temen kecilnya aja kagak tau" timpal Gin yang tiba-tiba ada di sana.
Nyatanya Gin, Riji dan, Souta juga berkeliling bersama. Mereka ikut muak dengan para orang-orang itu walaupun umur mereka tidak terpaut jauh apalagi Caine dengan Gin yang hampir seumuran hanya Caine lahir 2 bulan lebih cepat dari Gin.
"Apasih yang mereka sembunyiin?" tanya Riji wajahnya terlihat khawatir apalagi pada Papinya. Semua orang tau temperamen Rion itu sangat buruk emosinya dari awal adalah api dan terus membesar dan melebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Center
FanfictionMereka terlihat seperti keluarga bahagia yang saling melengkapi tapi siapa sangka mereka adalah mafia, sosok yang dianggap keji oleh banyak orang. Pembuatan senjata, penjualan narkoba, dan perampokan sudah sering mereka lakukan. Setelah lama mereka...