5

774 77 6
                                    

"Wah, parah sini lu Chi!" teriak Rion yang langsung mengejar Echi.

Anak yang lainnya tertawa nyaring, menampakkan giginya masing-masing. Namun ada 1 orang yang menunduk dengan tatapannya yang lelah

"Tinggal sebentar lagi"

__________________________________________

Ditengah keributan itu, Rion sedang kejar-kejaran bersama yang lain. Riji dan Gin sedang bermain catur di pojokan lalu yang lainnya menonton film sambil memakan cemilan. Di tengah kebisingan itu tiba-tiba pintu terdobrak menimbulkan suara nyaring, mungkin pintunya sudah rusak.

Brak!

Itu adalah Mako dengan wajahnya yang sudah berantakan. Tubuhnya memiliki beberapa bekas sayatan, ia berlari menuju Caine.

"Mami, Mia- Mia mami" suaranya bergetar matanya terus bergerak kesana kemari dengan panik apalagi dengan tatapan yang dilemparkan Rion, Gin dan, Key, ia semakin panik saat ini.

Menyadari hal itu Caine menyuruh 3 orang itu berbalik badan terlebih dahulu. Caine memeluk Mako dan mengusap surainya.

"Tenangin diri dulu, ayo ikut Mami" Caine menarik anaknya itu menuju pantai belakang rumah mereka. Caine kembali memeluk putranya itu.

"Mami, Mako gagal maafin Mako. Mako gagal jaga dedek." Suaranya bergetar tubuhnya terjatuh pada pasir yang berterbangan. Deru ombak terdengar sangat berisik baginya, semuanya seolah mengatakan bahwa ia gagal dan ia bodoh. Ia tutup indra pendengarannya dengan rapat enggan mendengar suara apapun. Dari awal dia bukanlah sosok kakak yang baik, dia adalah yang terburuk.

"Mako dengerin Mami dengan kamu nangis Mia ga akan ketemu. Kamu mau Mia cepet ketemu kan? Sekarang bukan waktunya nangis kita cari bareng-bareng oke?" Suara parau itu mulai masuk pada indra pendengaran pemuda bersurai putih itu. Kulitnya yang pucat itu dihiasi oleh bercak ungu kebiruan serta kulit yang robek. Wajahnya yang semula tegas dan gagah kini mulai memerah. Dihiasi dengan kilauan air di pipinya. Hanya satu yang ia minta, ia ingin adiknya aman tanpa gangguan apapun ia rela mati untuk adiknya, ia rela jika harus ditusuk untuk menggantikan adiknya, jika berjauhan dengan adiknya ia tak akan pernah tenang.

Pelukan hangat menghampirinya, merengkuh tubuhnya yang bergetar sejak tadi, bahkan tanpa ia sadari lukanya telah terobati dan telah tertutup berkat orang dihadapannya ini. Matanya mulai berat entah kenapa suara-suara yang ada di kepalanya mulai menghilang digantikan dengan bisikan lagu penenang yang hangat, suaranya lirih penuh kasih sayang seorang ibu, ini yang ia harapkan sebuah kasih sayang walaupun sedikit saja. Memang kemana saja ibunya dulu, saat ia dan adiknya menderita ibunya malah pergi bersama kekasih barunya.

Pandangannya menghitam, tubuhnya mulai melemas jatuhlah dirinya pada rengkuhan sang ibu barunya itu. Badannya diangkat menjauh dari pasir yang masih berterbangan, Caine membawanya ke dalam rumah. Entah kekuatan apa yang dimilikinya padahal Mako jauh lebih gagah daripada dirinya tapi ia bisa mengangkatnya walaupun ia sangat kesusahan. Anak-anak lain mulai berkumpul melihat kondisi saudara angkat mereka itu, entah kenapa mereka hanya bisa diam melihat bekas air mata masih ada pada pipi Mako. Sosok yang biasanya menjadi pelawak dan menjadi pelindung mereka, kini menangis sejadi-jadinya karena kehilangan adik kecilnya.

"Kita cari Mia, sekarang. Sui, Elya, Souta, Garin diem di rumah jaga Mako sampai kita pulang." Suaranya berubah, sosok dengan suara itu berubah menjadi menyeramkan secara tiba-tiba suaranya jauh lebih dingin sekarang. Tapi yang lainnya tidak masalah karena memang ini saatnya untuk serius.

Semuanya mulai bersiap, saat semuanya telah siap diskusi singkat mereka lakukan. Ketika Caine sudah ada diambang pintu seseorang menarik tangannya, ia menoleh dan itu adalah Sui dengan tatapan tajamnya lalu menggeleng, yang ditarik hanya berdecak kesal lalu menarik tangannya paksa. Kali ini Caine yang memegang komando entah kenapa ia tiba-tiba melakukan hal ini. Terakhir kali ia memegang komando, ia telah membuat anak-anaknya masuk penjara dan ia berusaha untuk kali ini. Sui mengejar pria bersurai merah itu namun tetap gagal, mobil miliknya sudah melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Key duduk disampingnya sambil mengelus tangan maminya dengan penuh kasih sayang.

The Center Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang