Cinderella 1

1.8K 166 22
                                    

Aku pernah memberimu mawar segar, tetapi kau membiarkannya mengering di balik jendela.

•••

Resa Anastasia manarik napasnya cukup panjang saat memasuki halaman sebuah rumah bertingkat dengan nama 'Star Light' di depannya. Di sebelah rumah itu ada bangunan baru persegi dengan ukuran cukup besar dan beberapa orang tampak sedang melakukan sesuatu. Kotak-kotak besar bertumpuk di depan dan sebuah truck terparkir tak jauh dari pintu. Seorang lelaki kurus berkaus hitam membawa buku sedikit berlari kecil ke arahnya.

"Selamat pagi, Mbak. Mau interview ya?"

Rere mengangguk kecil. "Iya, saya Resa Anastasia."

"Saya Adam yang menghubungi Mbak Resa. Interviewnya di dalam, langsung masuk aja. Ada ruangan pas di samping ruang tamu, masuk aja ke dalam. Bosnya udah dateng kok."

"Baik, terima kasih banyak."

Resa meninggalkan senyum sesaat dan mengangguk kecil, lalu berjalan menuju rumah itu sedangkan Adam berlari lagi menuju mobil truck dan terlihat sedang mendata sesuatu.

Saat memasukinya, dia bisa menghirup pengharum ruangan beraroma segar dan AC yang dingin. Ini tidak seperti kantor di bayangannya sendiri di mana ada meja kerja dan tempat rapat. Ini lebih seperti rumah biasa dengan satu set sofa dan bunga imitasi di sudut ruangan, ruang keluarga yang lebar berdekatan dengan meja makan dan dapur, dan beberapa ruangan yang tampaknya lebih pantas disebut kamar tidur.

Resa mengetuk pintu tepat di sebelah ruang tamu.

"Masuk aja."

Resa menarik napas sekali lagi. Entah kenapa jantungnya berdebar-debar seolah-olah dia akan diterima kerja di kantor penyedia jasa dekorasi ini. Ayolah, ini adalah interviewnya yang ke tujuh belas kali dan dia mempercayai angka itu sebagai lambang keberuntungan. Karena nekat mencari pekerjaan baru tanpa bantuan siapa pun, dia jadi tahu betapa sulitnya untuk dapat pekerjaan di negara ini.

Maka dia menarik napas sekali lagi, lalu membuka pintunya lebar. Pakaiannya sudah rapi dan senyumnya berusaha dia tampilkan sebaik mungkin. Saat melihat lelaki di balik meja itu, wajah cerianya memudar dan semua harapannya sirna seketika.

Tujuh belas selalu jadi angka kesialan.

Batinnya meralat pikirannya sendiri. Di ulang tahunnya yang ke tujuh belas, dia dipaksa masuk kuliah di universitas ternama dengan jurusan yang bukan minatnya. Di usia itu juga, dia mengalami patah hati karena dua lelaki sekaligus.

Seharusnya aku membatalkan interview ini.

Resa terpaku di tempatnya dan lelaki itu pun tampaknya mengalami hal yang sama. Untuk beberapa waktu lamanya, mereka hanya diam saling menatap, sampai bolpoin di tangan lelaki itu terjatuh.

Resa menarik napas dan siap bicara, tetapi lelaki itu mendahuluinya.

"Kamu yang mau interview?"

Resa cepat-cepat memasang badan dan mengembalikan senyumnya yang sempat pudar.

"Selamat pagi, saya Resa Anastasia-"

"Saya sudah tau nama kamu."

Resa membuka mulutnya sesaat, lalu mengangguk dengan senyuman canggung campur kesal. Dia masih menatap lelaki yang kembali menatap kertas di mejanya itu dengan sabar.

"Kenapa mendaftar kerja dan kenapa saya harus menerima kamu?" tanya lelaki itu tanpa menatapnya.

"Saya-"

Bukan CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang