Cinderella 3

600 108 12
                                    

Rere mulai meragukan apakah keputusannya bekerja bersama Defandra adalah keputusan yang tepat. Seharusnya dia tidak langsung senang saat mendengar kabar diterima kerja. Namun, mendaftar kerja luar biasa sulit tanpa menyebut nama ayahnya, dan dia hampir menyerah setelah 16 kali interview tetapi masih ditolak.

Sebegitu tidak berartinya kah, Resa bagi perusahaan-perusahaan itu? Wah, ayahnya pasti takjub kalau tahu dia ditolak berkali-kali.

Memikirkan betapa sulitnya mendapat kerja di masa sekarang, Resa tidak berpikir panjang saat mendengar dia diterima. Meskipun itu oleh Defandra, mantan kekasihnya satu-satunya.

Kini dia berpikir mungkin kerja di sini adalah keputusan yang salah. Bukan pekerjaan yang berat, tetapi hatinya yang keberatan. Saat termenung melihat Defandra akrab dengan karyawannya, Resa memikirkan sesuatu yang tidak asing.

Kenapa dia masih mempesona. Bukan wajahnya, tetapi karakternya. Dia bergaul dengan siapa pun, tidak peduli apakah dia orang kaya atau miskin. Seolah, ada cahaya bersinar terang dari wajahnya. Mungkinkan itu keistimewaan dari air wudhu?

Saat lelaki itu memberinya plaster luka, dia berpikir jauh ke masa lalu.

Saat Defandra berlari ke arahnya, Resa mengingat masa-masa mereka SMA. Hubungan mereka singkat tetapi kenangannya banyak. Singkat tapi berkesan. Singkat dan berakhir menyedihkan.

Namun kenapa Defandra berlari? Kenapa dia menggerakkan tangannya seolah Rere harus menjauh.

"Rere! Rere!"

Kenapa mulutnya berseru begitu? Kenapa....

Bruk!

Dia pasti masih rajin membersihkan wajah saat malam hari sehingga kulitnya putih bersih. Dia pasti masih merawat rambutnya dengan baik sehingga helaian-helaian hitam di kepalanya itu tampak sehat dan terawat.

Namun kenapa wajahnya kesakitan.

"Kamu bisa pergi dari sini? Aku nggak bisa nahan lagi."

"Apa?"

"Rere, please cepet sadar dari apa pun yang sedang kamu pikirkan, atau kita-"

Bruk! Bruk!

Resa langsung tersadar saat tubuhnya di rengkuh erat dan mereka jatuh ke lantai. Tidak ada adegan slow motion seperti di film, apa lagi ciuman tanpa sengaja. Yang ada, kepala Resa didekap erat dan Defandra meringis terhadap apa yang menimpanya.

"Apa yang terjadi?" tanya Resa dengan mata mengedip. Jantungnya bertalu-talu merasakan tubuhnya ditindih Defandra.

"Hari pertama kerja pasti sangat berat," gumam Defandra. Wajahnya memerah menahan beban yang sedang coba disingkirkan oleh karyawannya yang lain.

Resa menatap ke rangkaian scaffolding yang mulai diangkat dari atas tubuh Defandra. Setelah itu, lelaki di depannya bernapas lega dan melepaskan kepala Resa perlahan-lahan, sehingga kini Resa merasakan rambutnya tepat menyentuh lantai.

Resa cepat tersadar dan berhasil berdiri setelah Defandra mengulurkan tangannya. Lelaki itu menatap para lelaki yang sedang memasang dekorasi. Napasnya sedikit memburu dan wajahnya masih tampak syok.

"Lebih hati-hati lagi, jangan sampai ada yang terluka," katanya yang dibalas dengan permintaan maaf.

Resa menatap rangkaian scaffolding itu dengan kepala yang masih kosong. Dia menyambungkan kejadian demi kejadian, lalu saat tersadar tangannya sudah diseret Defandra menuju lift.

"Kamu nggak bisa fokus? Di mana pun tempatnya dan apa pun keadaannya tetap fokus, Resa!"

Resa menunduk dan menarik napas. Biasanya dia tidak seburuk itu dalam mengambil sikap. Biasanya dia lebih aware pada keadaan sekitar. Namun entah kenapa hari ini dia sering bengong.

Bukan CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang