Senin pagi Resa sudah dibangunkan oleh Pak Min, penjaga kost yang super duper ramah. Lelaki tua itu datang bersama dua orang lainnya, membawa sekardus besar bergambar AC merek terkenal.
Tentu saja Resa mengerutkan kening sebab dia tidak pernah membeli AC kepada Pak Min.
"Kayaknya AC di kamar Neng udah nggak adem ya, jadi yang punya kost suruh ganti secepatnya."
Resa semakin mengerutkan kening tidak paham mendengar penuturan itu. "Kok tau kalau AC-nya nggak dingin, Pak?"
"Katanya udah lama belum diganti sendiri di kamar ini, Neng. Saya sih nggak tau, soalnya belum lama kerja di sini."
Resa yang baru bangun cepat menyingkir dari pintu, membiarkan tukang AC itu memasuki kamarnya. Dia menyandar di pembatas lantai sambil melihat-lihat tukang AC yang mulai mematikan aliran listrik AC lama. Pak Min kelihatan melihat-lihat isi kamarnya, memeriksa sprei dan kasurnya, mengecek kamar mandi dan isi-isinya, lalu mengecek dapur mini yang hampir tidak pernah Resa pakai.
Setelah selesai, lelaki itu menghampirinya sambil senyum-senyum. Giginya yang ompong terlihat lucu.
"Kalau ada keluhan bilang aja, Neng. Kasurnya nggak enak, atau spreinya mau ganti baru, atau gasnya habis, atau airnya nggak wangi."
"Memang airnya bisa wangi?" tanya Resa serius.
"Bisa. Disiram aja pake minyak wangi."
Resa tertawa pelan mendengarnya.
"Kalau spreinya mau diganti, pagi-pagi taruh aja di situ Neng. Nanti saya ambil, saya cuci, terus saya ganti sprei baru." Pak Min menunjuk rak di depan kamar Resa yang berisi dua pot tanaman.
"Saya kira itu cuma buat naruh tanaman," kata Resa jujur, sebab rak sepatu ada sendiri di belakang pintu kamarnya.
"Pemilik kost-nya sangat memperhatikan kepuasan penghuni."
Resa mengangguk-angguk. Dia menyerahkan urusan ganti AC kepada penjaga kost itu. Hanya membawa dompet dan ponsel, Resa meninggalkan kamarnya. Di parkiran motor dia memandangi Scoopy miliknya dengan tatapan lelah.
Naik motor melelahkan. Hari ini dia libur kerja setelah satu minggu penuh tidak libur, maka dia tidak akan naik motor. Maka, Resa memesan taksi dengan tujuan ke hotel, dan menelepon seseorang untuk mengirimkan satu setel pakaian dan kebutuhan lainnya.
***
Resa mematut dirinya di cermin setelah menyemprotkan parfum ke beberapa bagian tubuhnya. Ah, suasana kamar ini sungguh melegakan, tidak seperti kamar kost-nya yang sempit dan terbatas.
"Jadi Nona tidur di mana selama setengah bulan ini?" tanya perempuan yang berdiri di belakang tubuhnya.
Resa berbalik badan, melihat gadis itu teliti. Pakaiannya sangat formal dan hampir tidak pernah libur kerja. Selalu mengenakan kemeja putih, celana hitam, jas hitam, dan harus mengikat rambutnya. Dia menunjuk gadis itu sambil membayangkan betapa muaknya selalu tampil seperti itu.
"Kamu nggak mau ganti baju?"
"Apa?"
"Kamu pasti ingin pakai baju seperti ini, yang bebas dan nyaman," kata Rasa melihat dirinya sendiri.
"Saya nyaman dengan pakaian ini."
Resa berdecak, lalu berdiri dan menepuk pundak perempuan itu.
"Jangan terlalu keras pada dirimu, Gyu. Cukup balas budimu pada ayahku."
Perempuan itu, Gyuri membalasnya dengan senyuman kecil. Dia sudah mengabdi di keluarga ini hampir lima belas tahun dan Resa hampir seperti saudaranya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinderella
ChickLit(18+) ❝Kutukan jatuh cinta hanya sekali seumur hidup itu nyata, dan saya belum pernah mencintai orang lain lagi selain kamu. Saya kira hanya belum menemukan orang yang tepat, tapi ternyata bukan karena itu: karena cinta saya masih tersimpan sepenuh...