Galaksi bersungut-sungut ketika sampai di bandara. Ia sangat kesal dengan Dhiva. Kenapa ia begitu sensitif, padahal dari awal sudah bersepakat untuk nikah sementara, tapi kenapa kini Dhiva menginginkan pernikahan yang sesungguhnya. Galaksi justru senang ketika Dhiva pulang ke rumahnya, namun oma dan Izora yang memaksanya untuk menjemput Dhiva.
"Captain Galaksi?" Tanya seorang pilot di kursi tunggu. Galaksi tersenyum lalu menunduk. Beliau adalah Captain Roy, captain yang sudah sangat melegenda. Meskipun umur sudah menua, namun wajahnya masih terlihat muda.
"Hari ini captain mau jadi seorang penumpang juga?" Kekeh captain Roy.
"Iya capt" jawab Galaksi seadanya.
"Baiklah kalau begitu, saya pergi briefing dulu ya. Semoga penerbangannya menyenangkan" sambil menepuk pundak kokoh Galaksi kemudian melenggang pergi.Akhirnya pesawat siap untuk take off. Ternyata lebih menyenangkan menjadi penumpang,karena bisa melihat pemandangan dari take off hingga landing tanpa harus memperhatikan komponen-komponen di dalam kokpit.
Tak terasa pesawat sudah siap untuk landing. Penerbangan ini terasa singkat. Lalu Galaksi turun dari pesawat dan segera memesan taxi untuk mengantarkan ke rumah Dhiva.
Taxi yang dinaiki Galaksi telah sampai di depan pekarangan rumah yang tak terlalu besar dan sederhana. Terlihat ada sebuah baner bertuliskan Dhiva's Colection. Ternyata Dhiva punya usaha jahit di rumah. Ialu Galaksi memasuki pekarangan rumah yang terlihat sepi itu.
"Assalamu'alaikum" Galaksi mengetuk pintu tiga kali namun tak ada jawaban. Kemudian Galaksi mengulangi lagi, namun sama tak ada jawaban.
Galaksi bercedak kesal. Apakah alamat yang diberikan sahabat Dhiva itu salah. Atau Dhiva sedang tidak ada di rumah.Galaksi mencoba menelfon Dhiva, namun nomornya tidak aktif, apakah mungkin dirinya sudah di blok?
Galaksi mendudukkan dirinya di kursi kayu yang terletak di teras. Sambil memegangi pelipisnya yang berdenyut. Nanti jika Dhiva ditemukan ia akan memarahinya habis habisan.
Tiba-tiba ada sebuah taxi yang berhenti tepat di depan rumah. Itu adalah sosok yang ia cari sedari tadi. Netra keduanya berjumpa saat Dhiva telah turun dari mobil. Matanya membulat, terlihat seperti orang yang terkejut. Kemudian turun lah Rahma sambil memapah Ratna.
"Dhiva, cepat ambil kursi rodanya" Seru Rahma,namun tak di gubris oleh Dhiva
"Dhiva cep_" ucapannya terpotong ketika melihat Galaksi di teras. Galaksi tersenyum."Iya bi, segera Dhiva mengambil kursi roda di belakang mobil.
Galaksi mengalami keduanya.
"Kamu siapa ya?" Dengan lirih Ratna bertanya pada Galaksi. Ia melirik ke arah Dhiva yang mengisyaratkan agar Galaksi tak berkata yang sebenarnya.
"Saya sahabat Dhiva dari Jakarta tante" Ratna mengangguk."Ayo kita ngobrol di dalam saja" ajak ratna.
"Kalau boleh tau,tante kenapa?" Tanya Galaksi basa basi."Tadi pagi, saya mengalami kecelakaan tunggal saat akan mengantarkan orderan" jawab Ratna lesu. Galaksi manggut-manggut.
"Lekas sembuh ya tante" ucap Galaksi di sambut senyuman dari ratna.
"Kalau begitu,kalian lanjut ngobrol dulu ya, saya mau istirahat dulu" lalu Ratna bersama Rahma."Kamu kok bisa kesini?" Dhiva penasaran.
"Oma yang nyuruh, kalau bukan karena oma, aku gak bakalan mau kesini" jawabnya datar."Sekarang kamu balik ke Jakarta. " Titah Galaksi.
"Nunggu ibu sembuh baru aku kembali ke Jakarta " elak Dhiva."Pokoknya,hari ini kamu harus ke Jakarta, urusan setelahnya kamu balik lagi atau gak, itu urusan kamu. Oma akan percaya kalo kamu yang bilang sendiri" jelas Galaksi panjang lebar.
Dhiva menghela nafas panjang.
"Ibu kamu pasti ada yang jagain kok"lanjutnya.Dhiva mengangguk.
Setelah seribu alasan Dhiva katakan pada ibu dan bibinya, Dhiva kemudian kembali ke Jakarta bersama Galaksi.
"Loh, kok kita ke bandara sih?" Tanya Dhiva dengan raut wajah khawatir.
"Kenapa?" Kini giliran Galaksi yang bertanya.
"Kita naik kereta api aja ya" Dhiva memohon.
"Tiketnya udah saya beli, lagian kalau naik kereta gak nyaman" sangkal Galaksi. Namun Dhiva tetap memohon agar naik kereta api."Gini aja, kamu naik pesawat, aku naik kereta api aja"
Sungguh Dhiva sangat merepotkan. Karena kesabaran Galaksi sudah habis, segera ia menarik pergelangan tangan Dhiva menuju pesawat yang sebentar lagi akan take off.
Dhiva tak bisa mengelak karena cengkeramannya begitu kuat. Setelah sampai di pesawat keringat Dhiva bercucuran. Galaksi berpikir,kenapa Dhiva tak mau naik pesawat, segitu takutnya kah dia?
"Aku mau turun" Wajah Dhiva pucat pasi. Ia benar-benar takut akan ketinggian, apalagi naik pesawat.
"Tolong aku mau turun" Dhiva hampir menangis. Ada sedikit rasa tak tega, namun rasa kesal pada Dhiva tetap menguasai hatinya.Pramugari mengucapkan announcement, badan Dhiva semakin bergetar. Galaksi melirik Dhiva yang belum memakai sabuk pengaman. Di pakaikanlah sabuk di kursi Dhiva. Ternyata Dhiva benar benar menangis. Dengan terpaksa Galaksi mencoba menenangkannya. Digenggamanlah tangan mungil yang sekarang begitu dingin. Dhiva hanya melirik ke arah Galaksi. Tak bisa di pungkiri, mata Dhiva menyorotkan ketakutan.
"Kamu takut naik pesawat?" Tanya Galaksi terasa lembut di gendang telinga Dhiva. Dhiva mengangguk sambil terisak.
"Sekarang tutup mata kamu, rileks kan nafas kamu, saat take off nanti, kamu genggam kuat tangan saya" perintah Galaksi kemudian di angguki Dhiva.Pesawat mulai berjalan dari lambat ke cepat. Hati Dhiva sudah tak karuan, sontak Dhiva memeluk erat Galaksi yang berada di sampingnya. Mereka menjadi pusat perhatian para penumpang. Galaksi mengelus lembut punggung Dhiva. Saat pesawat sudah berhasil mengudara, Galaksi meminta Dhiva agar melihat ke sekeliling. Awalnya Dhiva menolak, namun bujukan demi bujukan berhasil membuatnya menurut.
"Lihat, bukankah pemandangan dari atas sini sangat memanjakan mata?" Tanyanya pada Dhiva. Dhiva mengangguk dengan tangan yang masih bertautan dengan Galaksi.
"Udah ya,jangan takut lagi. Ada saya disini" Galaksi meyakinkan Dhiva,lalu mengangguk.
![](https://img.wattpad.com/cover/305637609-288-k884687.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You,Capt(Ending)✔️
RomancePerjalanan kisah asmara antara seorang pilot dan dokter.Banyak sekali rintangan yang mereka hadapi. Apakah mereka bisa melewatinya?