Oma menunggu di depan pintu dengan gusar, apalagi Izora yang selalu melantunkan doa berharap mereka pulang dengan keadaan baik baik saja. Datanglah taksi di depan pekarangan rumah oma. Galaksi turun sambil menggendong Dhiva yang pingsan ala bridal style. Oma langsung berlari menghampiri mereka.
"Ya Allah nak, Dhiva kenapa?" Ucap oma khawatir.
"Nanti Gala jelaskan, sekarang kita harus bawa Dhiva ke rumah" titah Galaksi. Oma mengangguk lalu mengekori Galaksi dari belakang.Galaksi merebahkan Dhiva di kasur. Mengambil minyak kayu putih lalu di dekatkan pada hidung Dhiva. Kemudian ia mulai mengerjapkan matanya. Sensasi pusing yang hebat membuat Dhiva memegangi kepalanya.
"Apanya yang sakit?" Tanya Galaksi lembut. Dhiva menggeleng.
"Hanya pusing sedikit" lirih Dhiva. Kemudian ia menengok ke arah Galaksi. Raut wajahnya sangat khawatir dengan bibir yang penuh luka lebam. Dengan tangan yang bergetar Dhiva hendak merain dagu Galaksi.
"Ini harus di obatin " Ucap Dhiva kemudian hendal merubah posisi menjadi duduk.
"Et... Kamu jangan dulu bangun, kamu tiduran aja. Ini biar aku yang obatin sendiri" Galaksi melarang Dhiva bangun.Kemudian oma datang dengan semangkuk bubur dan air putih. Sementara Izora membawa nampan yang berisi kompresan untuk lebam Galaksi.
"Dhiva, apa yang terjadi padamu nak?" Oma duduk di samping kasur.
"Tadi ada orang asing yang mau menculik Dhiva Oma" bukan Dhiva yang menjawab, namun Galaksi.
"Betul begitu?" Oma kembali bertanya dan Dhiva mengangguk.
"Ya Allah, jahat sekali mereka. Siapa sebenarnya mereka?" Ucap oma menggebu.
"Gala juga gak tau oma, apa maksud dari semua ini. "
"Sekarang kamu harus lebih hati-hati Dhiva, aku akan selalu menemani kamu" lanjut Galaksi.Dhiva yang mendengar itu tersenyum hangat. Begitu juga oma dan Izora. Oma sangat bersyukur Galaksi sudah mau menerima Dhiva di kehidupannya.
"Abang, tolongin ini berat" keluh Izora saat nampan yang berisi kompresan masih ia pegang.
"Eh, abang lupa" Galaksi terkekeh.
"Haish.. abang ini, sini biar Zora yang obatin" Izora mengambil handuk lalu di celupkan ke air hangat.
"Emang Zora bisa?" Galaksi memastikan.
"Bisa dong, kan kak Dhiva yang ngajarin waktu Zora jatuh dari sepeda" Izora meyakinkan. Galaksi melirik Dhiva lalu keduanya melempar senyuman."Sini abang"
Izora dengan telaten menempelkan handuk itu ke luka lebam Galaksi. Si empunya kadang menyengir kala rasa perih datang.
"Udah " Izora berbangga diri.
"Makasih dokter kecil" Galaksi mengacak lembut puncuk kepala Izora.
"Hwwaaa" Izora menguap.
"Zora udah ngantuk, sana bobo dulu. "Titah Galaksi. Izora mengangguk.
"Abang sama kak Dhiva juga bobo ya, ingat abang gak boleh ninggalin kak Dhiva sendiri. Abang harus nyuapin kak Dhiva dulu. Awas kalo abang gak mau" Izora menatap Galaksi tegas sambil berkacak pinggang.Galaksi menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal.
"Iya Zora bawel" Galaksi meyakinkan.
"Tenang Zora, abang pasti jaga kakak, sekarang Dhiva bobo ya" kini Dhiva yang membuka suara. Izora menghampiri Dhiva, lalu memeluk Dhiva yang masih terbaring.
"Zora sayang kakak" ucapnya sambil berkaca kaca. Dhiva tersenyum lalu mengelus lembut pipi gembul itu.
"Kakak juga" Dhiva menimpali.
"Sama abang?" Galaksi ikut mencampuri pembicaraan Izora dan Dhiva."Zora sayang semuanya." Izora kembali tersenyum sumringah.
"Yaudah yuk Zora, oma anter ke kamar dulu." Ucap oma lalu Izora mengangguk. Kemudian mereka berdua melenggang pergi."Dhiva, kamu makan dulu ya aku suapin" Galaksi mengambil semangkuk bubur yang masih sedikit mengepul. Dhiva mengangguk.
Suap demi suap telah ia lahap.
"Kalau gitu, aku bersih bersih dulu. Kamu tidur duluan aja ya" Dhiva hanya kembali mengangguk. Galaksi menarik selimut yang tebal itu lalu menyelimutkan Dhiva, kemudian ia melenggang pergi.Setelah sekitar 15 menit Galaksi keluar dari kamar mandi dengan handuk yang hanya melilit pada pinggangnya. Dhiva yang saat itu belum tertidur pun merasa kaget. Pipinya bersemu merah. Apakah saat Galaksi menatapnya sambil tersenyum manis. Dhiva sangat mengakui kalau tubuh Galaksi sungguh indah. Bahu yang kokoh dan perut yang sispax. Dhiva menarik selimutnya lalu menutupi wajahnya. Setelah beberapa menit, Selimut yang menutupi wajah Dhiva ditarik oleh Galaksi. Mata Dhiva membulat saat wajah Galaksi tepat di depan wajahnya, hanya berjarak sekitar 20 cm.
Cukup lama mereka berpandangan. Jantung Dhiva seakan maraton melihat wajah Galaksi sedekat ini.
Galaksi terkekeh sedikit lalu menjauhkan wajahnya.
"Kamu kenapa Dhiva?" Tanya Galaksi lalu ikut merebahkan diri di samping Dhiva.
Dhiva menggeleng. Pipinya sudah memerah seperti kepiting rebus.
Galaksi tidur menghadap ke Dhiva.
"Udah, sekarang kita tidur. Kamu harus istirahat yang cukup Dhiva" Ucap Galaksi lalu Dhiva mengangguk.Galaksi mengambil tangan Dhiva lalu di genggamannya.
"Aku akan selalu ada di sini" lanjutnya. Dhiva kembali mengangguk lalu keduanya terlelap.-----
Fajar telah tiba, Galaksi menyadari bahwa Dhiva sudah tidak ada di posisi tidurnya. Ia mencari kesekeliling namun tak ada. Di kamar mandi pun tak ada gemericik air. Galaksi beranjak lalu mencari keberadaan Dhiva. Seluruh penjuru rumah sudah ia datangi namun tak ada sesosok yang ia cari. Galaksi sudah panik. Kemudian melihat pintu ruang tamu sedikit terbuka. Kemudian ia melanjutkan mencari Dhiva keluar rumah. Terlihat seorang sedang duduk di kursi taman. Ia menyipitkan mata lalu mendekat.
"Dhiva, kenapa kamu di luar sepagi ini. Udaranya dingin banget loh" tanyanya dengan raut khawatir.
"Aku cuma ingin menikmati suasana pagi. Rasanya menenangkan banget" Dhiva menjawab dengan memejamkan mata.Terdengar Galaksi menghela nafas panjang.
"Hari ini jadwal kamu kemana?" Tanya Dhiva sambil melirik Galaksi.
"Kosong" Galaksi ikut mendudukan dirinya di samping Dhiva.Dhiva mengerutkan dahinya.
"Hari kamu gak ada jadwal terbang?" Dhiva memastikan lalu Galaksi menggeleng.
"Tumben ya" ucap Dhiva lalu Galaksi mengangguk.Suasana menjadi canggung.
"Em, kamu mau gak nemenin aku ke supermarket?" Dhiva kembali membuka suara.
"Boleh," Galaksi mengangguk.
"Sebelumnya, kamu suka kue gak?" Dhiva kembali bertanya.
"Tergantung siapa yang bikin sih" jawab Galaksi santai.
"Kok gitu?" Dhiva kebingungan.
"Eh, maksudnya aku suka kalau aku liat sendiri proses bikinnya gitu" Galaksi menjawab sambil cengengesan. Sebenarnya ia berbohong.Aku sebenarnya hanya suka sama kue buatan seseorang, tapi aku gak mau bikin kamu tersinggung batin Galaksi. Ia tak mau melihat Dhiva sedih hanya karena tentang kue. Lagian itu hanya masalalu yang sudah ia pendam rapat.
"Yudah,nanti kamu sekalian temenin aku buat kuenya ya" Pinta Dhiva lalu Galaksi mengangguk.
"Aku siap siap dulu ya" lanjutnya. Galaksi mengangguk. Dhiva melenggang pergi meninggalkan Galaksi yang masih termenung.
![](https://img.wattpad.com/cover/305637609-288-k884687.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You,Capt(Ending)✔️
عاطفيةPerjalanan kisah asmara antara seorang pilot dan dokter.Banyak sekali rintangan yang mereka hadapi. Apakah mereka bisa melewatinya?