17 - Pembunuh?

281 15 2
                                    

"Kiev." panggil Siena masuk kedalam kamar pemuda itu, namun Kiev sepertinya sedang berada di kamar mandi.

Siena sudah menyusun rencana kali ini dia akan membuat Kiev kembali bersemangat dan mengembalikan kesukaannya pada musik.

Siena mengambil gitar biasa yang tersimpan menggantung di tembok.

Dia mencoba memainkan gitar itu, walau tidak terlalu mahir namun gadis itu tau sedikit kunci dasarnya, membuatnya tidak terlalu buruk dalam memainkan gitar.

Tak lama Kiev keluar dari kamar mandi dan hanya menggenakan handuk yang melingkar di pinggangnya dan satu lagi handuk kecil yang dia letakan asal di rambutnya.

"Kiev-" ucap gadis itu terhenti dan langsung memalingkan wajahnya yang mulai memerah saat melihat Kiev.

"Ngapain lo? Ngintip gue mandi?" tanya Kiev pada Siena membuat gadis itu makin memerah.

"Orang gue mau pinjem gitar lo." ucapnya membela diri dan langsung duduk kearah berlawanan agar tidak melihat Kiev.

"Gue mau ganti baju, lo masih tetep mau disini?" tanya Kiev tak tau malu membuat Siena buru-buru pergi kearah teras dan menutup pintu penghubung teras dan juga kamar Kiev.

"Gue tunggu di sini sampe lo selesai." ucap Siena membuat Kiev menghela nafas. Entah apa yang direncanakan gadis itu kali ini.

Siena memainkan gitarnya sembari mencoba menyanyikan lagu rewrite the star dengan suaranya yang diatas rata-rata dan terdengar sangat khas.

Kiev sedikit tersenyum tipis mendengar nyanyian gadis itu yang menurutnya lumayan dan tidak terlalu buruk.

Hingga pada akhirnya Siena salah membunyikan kunci gitarnya yang membuat suaranya jadi ikut sumbang.

Terdengar sangat lucu hingga membuat Kiev terkekeh dan geleng-geleng.

Kiev menghampiri gadis itu setelah selesai berpakaian, dia membuka pintu teras sontak membuat Siena refleks menoleh kearahnya.

"Lo salah, sini biar gue yang mainin gitarnya." Kiev merebut gitarnya dan duduk di depan Siena sembari bersandar pada pagar teras.

Kiev memainkan gitarnya sontak membuat Siena terdiam melihat Kiev yang terlihat menikmati permainan gitarnya yang berbeda level dengan Siena.

Kiev menatap Siena memberi kode agar dia siap-siap bernyanyi.

Mengerti dengan maksudnya Siena tersenyum dan segera bernyanyi menyanyikan lagu yang dinyanyikannya tadi.

"What if we rewrite the stars?"

"Say you were made to be mine." Kiev menyambung nyanyian Siena membuat mereka berdua menyanyikan bersama-sama lagu ini.

"Nothin' could keep us apart
You'll be the one I was meant to find
It's up to you, and it's up to me
No one could say what we get to be
So why don't we rewrite the stars?
And maybe the world could be ours, tonight"

Hingga akhirnya lagu itu selesai mereka nyanyikan, membuat Siena menatap Kiev berbinar karena dia benar-benar handal memainkan gitar. "Ajarin gue main gitar." ucapnya tiba-tiba.

"Harusnya lo gabung band sekolah, katanya mereka lagi butuh gitaris and lo jago banget main gitar pasti penampilan mereka makin bagus kalo ada lo."

"Gak." tolak Kiev cepat dan langsung masuk kedalam kamar.

"Kiev kalo lo punya bakat tuh kembangkan jangan cuma di pendem."

"Gue bilang enggak ya enggak." tolak Kiev dingin menatap gadis itu.

"Kalo gitu ajarin gue main gitar listrik, gue cepet belajarnya kok. Biar gue aja yang masuk jadi anggota band."

ucapan gadis itu membuat Kiev tak habis pikir dengan pemikirannya. "Apa urusan lo sama anggota band? Sampe lo segitunya, huh? Karena si Arsa?" tanya Kiev makin menatap dingin Siena membuat gadis itu sedikit merasa tersentak dan merasa sesak didadanya karena tatapan tajam dan juga sikap dingin Kiev.

"Jawab!"

"Itu karena gue mau lo suka lagi sama band." ucap Siena membuat Kiev terlihat makin marah menatap gadis itu.

"TU COWOK CERITAIN GUE SAMPE MANA?" Bentak Kiev membuat Siena langsung menatapnya sedikit takut.

"GUE NANYA, JAWAB!" Kiev mencengkram kasar lengan Siena.

"JAWAB SIEN, DIA NGOMONG APA AJA? DIA BILANG GUE YANG BUNUH MEREKA IYA KAN?!"

Lagi dan lagi Siena menyaksikan mata cowok itu mengeluarkan air mata. Ini benar-benar membuat Siena ikut tersiksa melihat kondisi Kiev yang seperti lebih terpuruk dari yang Siena pikirkan.

"Kiev itu bukan salah lo." Siena mencoba menenangkan Kiev dan hal itu makin membuat air mata Kiev kembali berjatuhan.

Kiev melepas cengkraman tangannya pada lengan Siena.

"Gue emang udah bunuh mereka. Gue yang salah. Gue egois. Karena gue mereka semua mati. Ini salah gue." Kiev memukul-mukul dadanya yang terasa menyakitkan.

Melihat kondisi Kiev membuat gadis itu ikut merasakan sakit di dadanya. Siena langsung meraih tengkuk leher pemuda itu dan menariknya ke pelukannya, tak tega melihat kondisi Kiev yang seperti ini.

"Ini bukan salah lo." Siena mencoba menenangkan.

Hal ini membuat Kiev terduduk lemas dan menyembunyikan wajahnya pada bahu Siena dan mulai menangis dalam diam sembari membalas pelukan gadis itu.

Kiev mulai sedikit terisak membuat Siena mengelus dengan lembut rambut pemuda itu.

TBC

The Story About Siena ||Jeon Somi||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang