13 - You Can Cry

253 17 2
                                    

"Ups gue ganggu yah?" polos Zia menggoda mereka dua.

Mereka berdua langsung berubah kikuk, berusaha terlihat biasa saja. Namun itu terlalu sulit bagi Arsa yang sepertinya sudah sangat salting itu.

Arsa segera berdiri terlihat ingin pergi.

"Gapapa lanjut lagi aja, gue tunggu di luar yah, sekalian ngejaga pintu biar gak ada yang masuk." Zia sedikit merasa bersalah walau sebenarnya dia sangat puas sudah menggoda mereka berdua yang langsung salah tingkah itu.

Arsa menghembuskan nafas mencoba sabar. "Gak usah Zia:)." jawab Arsa tersenyum karir.

"Gue keluar dulu." ucapnya lanjut pergi.

Zia menghampiri Siena dengan wajah sedikit menyesal. "Sorry." ucapnya.

"Ngapain minta maaf? Justru tadi tuh bahaya banget, lo masuk di moment yang pas. Gue gak tau lagi kalo gak ada lo Zi, makasih." ucap Siena merasa sangat berterimakasih.

"ARSA." panggil seseorang diluar kelas, samar samar percakapan mereka yang heboh sampai terdengar ketelinga tajam Siena.

"Gue udah nemu gitaris."

***

"Vano lepas!" rintih Rachel kesakitan saat Kiev menyeret tangan gadis itu dengan kasar.

Rachel melepas tangannya sekuat tenaga membuat Kiev langsung berbalik dengan ekspresi yang tak bersahabat.

"What do you want? Gak cukup waktu itu lo nyerang Siena huh? Sampe lo suruh preman segala buat nyerang dia lagi tadi malam. That's what you did, right?"

"Kamu ngomong apaan sih aku gak ngerti?!" pura-puranya memasang wajah tanpa dosa.

"Ini peringatan terakhir. Lo mati kalo lo berani ganggu Siena lagi!"

Kiev langsung buru-buru meninggalkan gadis itu, membuat Rachel mengacak-acak rambutnya frustasi.

Abel yang tak sengaja melihat kejadian tadi langsung buru-buru menghampiri Rachel. "Kayanya dia udah di pelet sama tuh cewek, Hel." kompornya makin membuat Rachel panas.

"Pikir aja dehh, tuh cewek culun banget and gak ada pesona nya sama sekali. Masih cantikan lo sama dia juga jauh bangettt. Terus kenapa si Kiev bisa suka sama tuh cewek. Udah asti di pelet." lanjutnya makin membuat Rachel memanas.

"Lo yang kirim preman tadi malem?" tanya Rachel tiba-tiba membuat Abel terdiam sesaat dan langsung memasang senyum tanpa dosa.

"Habisnya gue greget banget sama dia. Tuh cewek centil banget, terus aja nempel sama Arsa."

"Harusnya lo ngomong sama gue dulu!" Rachel mendorong bahu Abel dan segera memegangi kepalanya yang langsung terasa pusing.

"Kalo udah kaya gini mending langsung di hadapin langsung tuh cewek. Gue ada ide." Abel tersenyum licik. Pikirannya sudah penuh dengan strategi untuk menghancurkan Siena.

***

(Pulang sekolah)

"SIENAAAA!!" Panggil Abel heboh menghampiri gadis itu yang berjalan setelah keluar dari toilet

Siena menatap Abel beberapa saat, dia benar benar tak ingin berurusan lebih lanjut dengan gadis itu.

"Siena gue minta maaf banget tapi kali ini gue pengen minta bantuan lo lagi boleh yah." mohonnya sembari memegang kedua tangan gadis itu.

"Kenapa lagi sekarang?"

Abel tersenyum senang karena Siena mau mendengarkannya. "Gue di ancam sama Rachel."

"Rachel?"

"Iya dia ngancem gue, katanya dia mau ngomong sama lo dan kalo lo gak muncul, dia bakal buat hidup gue disekolah menderita tiap hari Siena. Tolongin gue pliss..." Abel terduduk lemas sembari menutup matanya berpura-pura agar Siena prihatin.

The Story About Siena ||Jeon Somi||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang