New Mommy

449 37 7
                                    

"Ibu kenapa ayah tidak pulang pulang? Aku rindu ayah"

Kala itu Naruto baru berusia 6 tahun. Hampir sebulan ia tak melihat sosok ayahnya dan Naruto sangat merindukannya. Kushina tak mampu menjawab. Apa yang harus ia katakan pada anaknya?

Ayahmu berselingkuh dan lebih memilih wanita lain, haruskah Kushina mengatakan kejujuran pahit itu?

"Sabar ya, sayang. Nanti ayah akan pulang. Sekarang ayah sedang bekerja untuk membelikanmu mainan"

Naruto menurut saja saat itu. Ia menanti dengan sabar. Sebulan, dua bulan, tak terasa satu tahun pun berlalu. Waktu berlalu lama sekali tapi ayahnya tak pernah kembali. Jangankan pulang, memberi kabar saja tidak. Padahal Naruto sudah bersabar seperti kata ibunya tapi ayahnya tak pernah datang.

Sebagai ibu tunggal, kushina berusaha bertahan demi anaknya. Namun lama kelamaan mentalnya tak kuat menahan beban yang begitu banyak. Dicampakkan disekingkuhi, dibuang dan sekarang ia harus menanggung kehidupan berat bersama putranya yang masih kecil. Dunia begitu kejam untuk mereka berdua.

"Ibu lihat, aku membawa ini"

Naruto kecil membawa beberapa makanan yang ia peroleh dari tempatnya bekerja. Sejak 4 bulan lalu Kushina tak bisa bangun dari tempat tidur Naruto terpaksa bekerja sebisanya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka berdua. Untung saja pemilik kedai dekat rumahnya bersedia mempekerjakan Naruto sebagai buruh cuci piring. Setiap hari Naruto akan memambawa sedikit sisa makanan dari kedai dan membaginya dengan Kushina.

"Ibu harus makan. Setelah makan ibu harus  minum obat"

Hati Kushina begitu sedih melihat keadaan putra kecilnya saat ini. Bajunya lusuh, nyaris tak layak pakai. Tubuhnya begitu kecil, kurus dan mungil. Kushina merasa ia telah gagal melindungi anak satu-satunya.

"Maafkan ibu Naruto, seharusnya ibu yang bekerja. Karena ibu tak berguna kau harus mencari uang sendirian"

"Tidak apa-apa bu, yang penting ibu sehat. Cepat sehat ya bu, aku ingin kita jalan-jalan lagi bersama di taman"

Keinginan Naruto begitu sederhana. Ia sudah tak mengharapkan kehadiran ayahnya lagi saat itu. Pintanya hanya satu, semoga ibunya segera diberikan kesehatan dan kesembuhan.

Seiring berjalannya waktu, kondisi Kushina semakin parah. Tubuhnya terasa semakin lemah. Rasanya ia sudah tak lagi sanggup untuk melanjutkan hidup akan tetapi ia takut meninggalkan Naruto sendirian.

Malam itu tanpa Naruto sadari Kushina berniat mengakhiri semua penderitaannya. Ia menghampiri putranya yang sedang tertidur. Mungkin cara ini kejam tapi ini caranya agar bebas dari rasa sakit dan hidup damai bersama putranya.

Kushina meraih bantal tidur Naruto lalu meletakkannya diwajah sang anak. Ia menekannya sekuat tenaga membuat Naruto yang tertidur perlahan tersadar karena merasa sesak.

"Mmmmbbbb!!!"

Naruto meronta. Kaki kecilnya menendang udara. Tangannya menggapai tangan Kushina dan berusaha mendorongnya sekuat tenaga.

"Maafkan ibu Naruto, ibu hanya ingin tenang. Ibu tak mau meninggalkanmu sendirian. Ayo kita pergi bersama"

Sesak, paru-parunya semakin lama terasa semakin panas. Naruto yang hampir kehilangan kesadarannya hampir menyerah pada keadaan. Entah tenaga dari mana Naruto lalu menendang kakinya ke samping tepat mengenai tubuh Kushina. Kushina terjatuh seketika.

"puaaahhh.....hahhh..mhahhh"

Naruto mengais udara sebanyak ia bisa. Nafasnya terasa lega. Dilihatnya sang ibu yang terduduk diatas lantai dengan tatapan kosong bak mayat tak bernyawa.

New Nanny ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang