Naruto tersenyum tipis sambil membelai pipi Mirai yang kini tengah tertidur. Setelah disuapi makanan juga diberi obat oleh Naruto, kondisi Mirai berangsur-angsur membaik. Sepertinya alasan utama Mirai sakit adalah karena ia terlalu merindukan Naruto. Terbukti dengan keberadaan Naruto membuat kondisinya seketika membaik.
"Kasihan sekali kamu, Mirai. Kamu masih terlalu kecil untuk menghadapi semua ini"
Hati Naruto merasa iba pada nasib Mirai. Ia merasa seperti melihat dirinya sendiri di masa lalu. Bedanya, Mirai sedikit lebih beruntung karena memiliki Asuma Yang begitu menyayanginya. Sepeninggal ibunya dulu, Naruto terpaksa tinggal dioanti asuhan dan menjalani kehidupan tanpa kasih sayang orang tuanya. Hidupnya sedikit membaik setelah sang ayah angkat menemukan dirinya lalu mengadopsinya.
Asuma yang sejak tadi diam dan menunggu di sudut ruangan memberanikan diri untuk duduk disamping Naruto. Ia lalu memeluk pinggang Naruto dan mendekapnya erat seolah takut Naruto akan menghilang.
"Tuan...."
"Maafkan aku Naruto. Semua salahku"
"Ini bukan salah anda, tuan"
"Tidak. Semua salahku. Seharusnya aku bisa berpikir jernih dan tidak menyentuhmu. Seharusnya aku tahu diri dan tidak merusakmu. Akibat keserakahanku, kau terluka dan Mirai sakit karenanya"
Asuma mungkin seorang pria dewasa tapi hatinya sudah cukup rapuh karena menerima cobaan yang bertubi. Mulai dari sikap Kurenai yang berubah, anaknya yang berkah dan perselingkuhan Kurenai yang menjadi penyebab utamanya merasa hancur. Naruto hadir disaat ia dalam kondisi berantakan. Meski pada awalnya semua hanya pelampiasan, namun Asuma perlahan menaruh hati padanya.
"Aku baik-baik saja tuan. Maafkan Shikamaru, dia pasti mengatakan sesuatu pada tuan. Dari dulu sikapnya memang seperti itu kalau marah. Tapi nanti kalau Shikamaru tak marah dia juga pasti akan minta maaf pada tuan"
Mendengar Naruto menyebut nama Shikamaru dengan nada suara lembut, membuat Asuma semakin terbakar cemburu. Diraihnya dagu Naruto lalu ia cium ganas sampai Naruto kepayahan.
"Mphhhhh...!"
"Jangan sebut nama pria lain saat kita sedang berdua, Naruto!"
Naruto melihat ada kilat kemarahan di mata Asuma. Mungkinkah saat ini Asuma sedang cemburu?
"Aku tak mengerti. Mengapa tuan bersikap ini padaku? Aku hanya pekerja rendahkan. Aku datang untuk mencari uang demi ayahku. Tapi kenapa tuan malah memeorlakukanku seperti ini. Tuan membuatku bingung!"
Naruto sudah cukup menahan diri selama ini. Ia membiarkan Asuma berbuat sesuka hati terhadap dirinya karena merasa tak tega. Akan tetapi sikapnya yang seperti itu malah membuat Asuma semakin menjadi.
"Aku tak bermaksud membuatmu kebingungan. Aku hanya ingin kau paham mengenai perasaanku. Aku mencintaimu, Naruto"
Bibir Naruto bergetar. Haruskah ia menjawab pernyataan cinta itu? Pantaskah ia menerima perasaan Asuma padahal jelas sekali tujuan utamanya datang ke rumah ini karena menginginkan hal lain? Untuk saat ini Naruto belum bisa menjawabnya.
"Aku tidak tahu.... Aku tidak tahu..." jawab Naruto dengan suara parau.
Air mata meleleh begitu saja dari sudut mata Naruto. Asuma yang melihat Naruto menangis merasakan dadanya seakan dihimpit beban berat tak kasat mata.
Asuma segera memeluk Naruto.
"Maafkan aku, Naruto. Maafkan aku"
Pada akhirnya Naruto hanya bisa terdiam dengan segala ke amuk yang dirasakannya. Sampai waktunya ia pulang, tak ada lagi pembicaraan berarti. Naruto tak tahu harus menjawab apa sementara Asuma takut mendengar penolakan jika ia kembali menyatakan cintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Nanny ✔️
FanfictionAsuma dan Kurenai sudah cukup lama menikah. Namun semakin lama sifat Kurenai berubah, terutama setelah anak pertama mereka lahir. Hubungan mereka semakin dingin dan renggang. Khawatir pada tumbuh kembang anaknya, Asuma mempekerjakan Nanny baru untuk...