Sejak malam itu keadaan berubah. Semula Asuma merasa canggung jika berada bersama Naruto. Ia selalu terbayang bagaimana erotisnya Naruto malam itu. Namun disisi lain ia merasa bersalah karena sudah memaksa Naruto melakukannya.
Naruto bersikap seolah malam itu tak pernah terjadi. Ia bersikap biasa pada Mirai juga yang lainnya, namun terhadap Asuma ia menjaga jarak. Bagaimanapun Naruto sadar akan posisinya di rumah ini. Ia hanya satu dari sekian pekerja yang ada, ia tak boleh besar kepala hanya karena pernah menemani tidur tuannya semalam.
Menjauhnya Naruto membuat Asuma merasa tersiksa. Padahal jelas tak ada ikatan diantara mereka kecuali majikan dan bawahan. Namun Asuma tak rela jika Naruto mengabaikannya.
"Naruto mengapa kau terus menghindar dariku?" tanya Asuma dengan wajah kesal.
Naruto memalingkan muka. Ia tak bisa melarikan diri jika tubuhnya dipojokkn seperti ini.
"Tuan, tolong. Saya hanya ingin bekerja disini dengan tenang"
"Tidak kah kau merasakan hal lain setelah malam itu? Apa hanya aku yang merasakannya?"
"Tuan..."
Mata Naruto berkaca-kaca. Ia tak bisa menyangkal bahwa ada perasaan lain yang timbul setelah malam itu. Tapi semua itu salah. Asuma sudah memiliki keluarga. Naruto tak mau jadi orang ketiga dalam rumah tangga orang lain.
"Jawab aku Naruto? Apa kau tidak merasakannya?"
“Tuan, tolong berhenti. Saya hanya ingin bekerja seperti yang lain. Saya membutuhkan pekerjaan ini. Kalau anda bersikap seperti ini saya terpaksa mengundurkan diri"
"Tidak, jangan pergi Naruto. Aku akan membayarmu lebih tapi jangan tinggalkan rumah ini. Mirai membutuhkanmu dan.... Dan aku juga membutuhkanmu"
"Tuan...."
"Untuk pertama kalinya, hatiku berdetak kepada orang lain selain istriku. Aku yang selalu setia padanya meski tak dianggap dan berujung tersakiti. Kau lah yang sudah mencuri hatiku untuk kedua kalinya, jangan menjauh dariku"
"Tapi istri anda"
"Aku akan mengurus perceraianku dengannya nanti. Tunggulah, tetaplah berada disiku dan Mirai. Kami membutuhkanmu"
Naruto dilema. Satu sisi ia menyayangi Mirai karena merasa nasib mereka sama. Tapi masalahnya adalah ayah mirai yang notabene adalah majikannya itu malah melakukan hal yang iya iya padanya. Naruto memang butuh uang, sangat butuh, tapi bukan berarti dia rela menghalalkan semua cara untuk mendapat uang, termasuk menjual kehormatan serta tubuhnya.
"Tuan...... Saya.... Saya....tidak..."
Asuma tak mau dengar. Ia segera membungkam mulut Naruto dengan ciuman agar Naruto tak bisa menolaknya. Asuma mungkin tak bisa melepas Kurenai dalam waktu dekat, juga tak mungkin melupakannya dengan mudah. Namun Asuma memiliki keinginan untuk memulai lembaran baru dan ia ingin melakukannya bersama Naruto.
"Aku akan membantu biaya pengobatan Ayah angkatmu, Naruto. Sebagai gantinya, tetaplah disini. Tetaplah disampingku dan Mirai" Kata Asuma setelah ciuman mereka terlepas.
Naruto semakin bingung. Tawaran Asuma begitu menggiurkan. Ia sedang butuh banyak uang untuk membiayai pengobatan ayah angkatnya. Dokter bahkan berpesan padanya agar ayahnya ditangani dengan cepat. Tak boleh telat makan obat dan harus segera mungkin di operasi. Naruto sedang berusaha mengumpulkan uang dan tawaran Asuma telrlau sulit untuk ditolak.
"Aku juga akan membiayai kuliamu, Naruto. Kau bisa melanjutkan kuliah mu lagi. Apapun itu aku akan memberikannya. Tapi tolong, tetaplah bersama kami"
Lama sekali Naruto berpikir, Asuma menantikan jawabannya Naruto dengan sabar. Ia tak akan melepas genggaman tangannya pada Naruto sebelum mendengar jawaban yang memuaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Nanny ✔️
FanfictionAsuma dan Kurenai sudah cukup lama menikah. Namun semakin lama sifat Kurenai berubah, terutama setelah anak pertama mereka lahir. Hubungan mereka semakin dingin dan renggang. Khawatir pada tumbuh kembang anaknya, Asuma mempekerjakan Nanny baru untuk...