Kurenai menatap pemandangan dibalik jendela dengan mata kosong. Ia merasa hidupnya kini tak lagi berarti. Ia hidup hanya untuk sekedar menjalaninya, bukan untuk menikmatinya.
Hati Kurenai sudah mati rasa bertepatan dengan perginya orang yang ia cintai. Pria yang ia sangat kasihi bahkan ia sanggup menggadaikan harga dirinya demi pria itu.
Sayangnya,kebahagiaan mereka tak lama. Pria itu memutuskan meninggalkannya namun bagian paling menyakitkan adalah ketika pria itu pergi untuk selama-lamanya.
Kurenai sudah menikah, namun ia menikah bukan karena cinta. Kurenai hanya butuh teman hidup. Ia merasa hidupnya hampa tanpa kekasihnya. Asuma yang menjadi pilihannya kala itu, namun setelah sekian lama bersama Kurenai muak.
Keberadaan Mirai tak mampu meluluhkan perasaannya. Kurenai tak pernah berniat memiliki anak. Kehadiran Mirai bukan sama sekali bukan keinginannya. Asuma yang menginginkan seorang anak dari Kurenai jadi Asuma lah yang harus merawat dan membesarkan mirai.
Meski Kurenai tak mencintai Asuma, Kurenai belum mau berpisah dengannya. Asuma selalu memanjakannya meski ia bersikap seenaknya. Kurenai merasa bebas melakukan apapun selama ia menikah dengan Asuma, karena itu ia memanfaatkan pernikahan ini dengan baik.
"Sayang, aku masih belum puas"
Sepasang tangan melingkari pinggang Kurenai yang hanya terbungkus lingerine tipis. Pria itu memeluk Kurenai mesra dan hanya menutupi tubuh bagian bawahnya dengan sehelai handuk.
Pria itu jelas bukan Asuma. Sebab Asuma tak bisa meluangkan waktunya diluar jam kerja karena ada Mirai yang harus diperhatikan.
Kurenai membalikkan tubuhnya lalu mencium bibir pemuda itu dan memojokkannya diatas ranjang. Kembali ia mengejar hasrat bersama pria yang menjadi teman kencannya semalam.
Beginilah cara Kurenai hidup, mengisi kekosongan hatinya dengan menghabiskan malam bersama pria berbeda setiap saat. Baginya komitmen tak lagi penting. Asuma dan Mirai tak sebegitu berarti untuknya. Yang terpenting baginya hanya memuaskan keinginannya demi mengosongkan hati dan pikiran dari satu sosok pria yang sudah dengan kejamnya meninggalkan ia seorang diri di dunia ini.
Asuma acungi jempol pada Naruto yang sangat telaten menjaga Mirai. Ia tahu karakter putrinya seperti apa. Manja, Cengeng, keras kepala dan pemaksa ulung. Namun Naruto bisa sabar menghadapi semua sikap mirai dan mengakrabkan diri dengan cepat. Ia juga bisa menasehati Mirai dan membuat putrinya itu perlahan bersikap lebih baik.
Tak ada lagi drama Mirai tiap kali ia hendak pergi bekerja. Keberadaan Naruto di rumah ini membuat Mirai bukan hanya membuat Mirai ceria tapi juga membuatnya lebih tenang dan merasa rak sendiri lagi.
"Enggak! Mirai gak suka makan brokoli! Huwek!"
Mirai memasang wajah jijik. Disebrangnya Asuma hanya memperhatikan dalam diam. Sekarang hari minggu, ia tak perlu pergi ke kantor, Naruto juga sebenarnya tak perlu datang namun Mirai yang merasa kehilangan setiap kali Naruto tak ada memaksanya tetap datang meski di akhir pekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Nanny ✔️
FanfictionAsuma dan Kurenai sudah cukup lama menikah. Namun semakin lama sifat Kurenai berubah, terutama setelah anak pertama mereka lahir. Hubungan mereka semakin dingin dan renggang. Khawatir pada tumbuh kembang anaknya, Asuma mempekerjakan Nanny baru untuk...