Asuma menunggu di luar ruang operasi dengan hati gusar. Ia sangat khawatir dengan kondisi Naruto. Bagaimana jika terjadi hal buruk padanya? Ia tak akan pernah memaafkan dirinya sndiri jika terjadi sesuatu pada Naruto.
"Sensei!"
Asuma menoleh mendengar suara yang begitu ia kenal. Terlihat Shikamaru datang menghampirinya dengan penampilan kacau. Asuma yang menghubunginya karena bingung harus memberi tahu siapa tentang kondisi Naruto.
"Bagaimana dia bisa terluka?"
Shikamaru terlihat sangat panik. Shikamaru juga merasa bersalah. Ia yang sudah membuat Naruto celaka secara tak langsung. Kalau saja ia bisa memaksa Naruto menerima bantuannya, keadaan mungkin tak akan seperti ini.
"Semua ini salahku. Kalau saja aku lebih cepat Naruto tak akan terluka. Aku lengah dan tak sempat menghentikan Kurenai yang menyerah ke arahku"
"Aku tak mengerti, kenapa istri sensei berusaha menyakiti kalian? Kenapa juga Naruto berada diantara pertengkaran kalian?"
Asuma kebingungan menjawab. Ia tak mungkin bilang bahwa selama ini ada hubungan diantara dirinya dan Naruto. Ia tak kau Naruto dianggap sebagai orang ketiga yang menyebabkan rumah tangganya hancur.
"Shikamaru, sebenarnya—
"Wali pasien atas nama Naruto?"
Shikamaru yang mendengar suara suster segera menghampiri diikuti Asuma dibelakangnya. Mereka kemudian masuk kedalam ruangan untuk mendengarkan penjelasan donter mengenai kondisi Naruto saat ini.
"Bagaimana kondisi Naruto, dokter?" tanya Shikamaru cepat.
"Lukanya cukup dalam, karena itu ia sempat mengalami pendarahan hebat. Tapi semuanya sudah ditangani. Masa kritisnya sudah lewat. Tinggal menunggu pemulihannya"
"Kapan aku bisa membawanya pulang?" tanya Shikamaru lagi. Ia ingin segera membawa pulang Naruto.
"Tunggu dulu seminggu, kita harus melihat perkembangan pasien. Jika dalam seminggu keadaannya berangsur membaik. Kalian bisa membawanya pulang"
Asuma hanya bisa diam mendengar penjelasan dokter. Dalam hati, ia sangat bersyukur karena Naruto bisa bertahan. Namun rasa bersalah di dalam hatinya semakin membesar.
"Maafkan aku, Shikamaru. Seharusnya aku tak menyeret Naruto kedalam permasalahanku"
Shikamaru terdiam. Entah mengapa perasaannya tak enak. Ia ingin segera membawa Naruto keluar dari rumah sakit dan merawatnya sendiri di rumah.
"Sensei, setelah Naruto sembuh. Aku akan membawanya"
"A—apa? Tapi bagaimana dengan Mirai? Aku—"
"Maaf sensei, aku tak yakin membiarkan Naruto kembali ke rumahmu. Bagaimana kalau dia terluka lagi? Aku sudah berjanji pada ayah Naruto untuk selalu melindunginya. Aku sudah lalai menjaga Naruto. Tak seharusnya aku meminta bantuan Sensei karena Naruto menolak bantuanku"
Asuma tak bisa berkata apa-apa kalau Shikamaru sudah bicara begitu. Lagi pula, jika ia bersikeras sekarang, pasti tak akan ada hasil. Ia ingin Naruto tetap berada disampingnya namun untuk itu ia harus memiliki alasan kuat. Sedang diantara mereka saja tak memiliki kejelasan hubungan.
"Aku mengerti, kau bisa membawa Naruto setelah dia pulih"
Mirai tak sepenuhnya paham dengan apa yang terjadi, namun dalam benaknya timbul rasa benci terhadap Kurenai. Dulu, mirai selalu ingin diperhatikan, disayang dan dimanja Kurenai tapi ibunya itu selalu mengabaikannya. Lalu datanglah Naruto kedalam hidupnya.
Naruto memberinya semua yang Mirai inginkan dari Kurenai. Kasih sayang, perhatian, kesabaran. Mirai tak lagi merasa kesepian. Mirai tak lagi perlu menjerit menangis bahkan marah demi keinginannya tercapai.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Nanny ✔️
FanfictionAsuma dan Kurenai sudah cukup lama menikah. Namun semakin lama sifat Kurenai berubah, terutama setelah anak pertama mereka lahir. Hubungan mereka semakin dingin dan renggang. Khawatir pada tumbuh kembang anaknya, Asuma mempekerjakan Nanny baru untuk...