Delapan tahun kemudian.
Senin 06.00
"Jennie! Jennie, bangun, bocah pemalas!" Kim Nara menggedor pintu kamar dengan keras dan terus-menerus. Dia sedang mencoba membangunkan putrinya,
"Ini sudah jam enam Jennie, kamu akan terlambat jika kamu tidak bergegas!"Gadis bermata kucing kemudian menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut untuk meredam jeritan ibunya. Namun sia-sia, karena suara Ibunya bergeming di seluruh ruangan.
Dia kemudian melihat jendela yang ada disisi tempat tidur. Diluar, hari tampak sangat indah, matahari musim panas menyinari dedaunan pepohonan, membuat daun-daun itu tampak seperti terbuat dari emas, dan di kejauhan, samar-samar Jennie mendengar nyanyian gembira burung-burung kenari.
Gadis bermata kucing itu menghela nafas dengan berat. Dia berharap, keajaiban ilahi akan membuat hari itu penuh dengan bencana, semacam hujan atau badai, supaya dia tidak perlu datang ke hari pertamanya di sekolah yang mengerikan itu.
Beberapa tahun terakhir, Jennie bersekolah di Kangwon National School. Namun karena nilai rendahnya di setiap mata pelajaran akibat depresi yang biasa menyerangnya, membuat ibunya memutuskan untuk memindahkan Jennie ke sekolah yang lebih kaku dalam pendidikan.
Ada rumor yang mengatakan bahwa siswa yang paling bermasalah dari masing-masing sekolah yang ada di Provinsi Gangwon akan dibawa ke Sokcho Comprehensive School karena sekolah mereka tidak mampu menangani mereka lagi.
Namun Jennie memutuskan untuk mengabaikan rumor itu, hanya untuk menenangkan pikirannya yang gugup.
Ya, Jennie merasa khawatir dan gugup karena dia akan bertemu dengan orang-orang baru disana. Dia takut di hari pertamanya di sekolah, dia akan bertemu dengan para pengganggu yang akan membuat dia mendapatkan beberapa pukulan di wajahnya.
Itu jelas tidak bagus.
Jennie menarik napas dalam-dalam untuk mengumpulkan keberanian dalam menghadapi apapun yang akan terjadi, lalu dengan malas, dia bangkit dari tempat tidurnya yang hangat setelah itu dia pergi ke kamar mandi kecil yang terletak di dalam kamarnya.
Rambut coklatnya tampak lebih berantakan dari biasanya, jadi setelah mandi, dia memutuskan untuk mengenakan topi beanie biru agar rambutnya terlihat rapi.
Jennie mengenakan kaos katun putih dan celana jeans yang ketat, karena pagi itu cuacanya cukup hangat jadi dia tidak perlu memakai mantel.
Jennie kemudian memasukkan semua obat-obatan yang dia perlukan ke dalam ranselnya. Tapi untuk sesaat, dia tetap diam di tempat. Dia bertanya-tanya, apakah di sekolah baru itu juga akan ada siswa idiot yang membuat kehidupan sehari-harinya menjadi siksaan?
Dia lalu menjawab pertanyaannya sendiri.
Ya, Tentu saja ada, semua sekolah pasti mempunyai kelompok berandal yang mengambil keuntungan dari pihak yang lemah dan tak terlindungi.
Tapi bagaimanapun juga, sekolah bukanlah sekolah jika tidak ada orang-orang seperti itu.
Disana akan ada berbagai jenis, umumnya gadis-gadis murahan yang tidur dengan separuh murid laki-laki di sekolah.
Lalu ada sekelompok kecil kutu buku cerdas yang datang dan pergi dari perpustakaan.
Ada juga siswa-siswa munafik yang bersikap baik kepada semua orang, namun mereka berbicara buruk di belakang orang itu.
Terakhir adalah orang-orang yang dijadikan sebagai bahan lelucon, dan Jennie termasuk dari orang-orang itu.
Dia kemudian menuruni tangga untuk menyesap susu coklatnya lalu menaruh roti panggang di saku ranselnya karena dia akan memakannya nanti di perjalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOME THING I'LL NEVER KNOW (GXG)
Fanfiction"Wajah cantikmu tersenyum lelah, sepertinya kamu sakit, baiklah aku tidak akan menyakitimu lagi... Tapi, hanya itu yang bisa aku lakukan, karena kebahagiaan menyerbu hatiku setiap kali aku melihatmu menitikkan air mata."