Chapter 05

283 51 3
                                    

Keesokan paginya Jennie bangun dalam keadaan demam. Nara membawakan kain dingin dan teh chamomile sambil bersikeras agar putrinya hari ini tidak masuk sekolah.

"Aku baik-baik saja Eomma, aku serius. Aku sudah lebih baik sekarang," protes Jennie dengan sedikit cemberut. Dia sedang mencoba meminta persetujuan ibunya agar dia di perbolehkan pergi ke sekolah.

"Untuk saat ini kamu merasa baik-baik saja, tapi kita tidak tahu apa yang bisa terjadi padamu saat kamu di sekolah Jennie... eomma tidak bisa menjemputmu jika keadaanmu memburuk karena eomma punya pekerjaan sayang." Kata wanita itu sambil menata selimut. Sedangkan Jennie memutar matanya sambil mendengus berat.

"Baiklah..." gumamnya dengan lemah karena kalah. Dia meletakkan cangkir porselen kecil di meja samping tempat tidur, lalu kembali berbaring di tempat tidurnya yang empuk.

"Kenapa kamu tiba-tiba sangat tertarik pergi ke sekolah? Kemarin kamu hampir menangis karena tidak ingin pergi, tetapi hari ini kamu hampir menangis dan memohon agar berangkat ke sekolah." Nara bertanya sambil mengangkat alis.
"Apa ada seseorang yang mencuri hatimu?"

"Eomma..."

"Tidak ada salahnya untuk jatuh cinta nak."

Jennie mendengus sambil menyelinap ke bawah selimut.

Ketika ibunya mulai berbicara tentang hal seperti itu, dia merasa ingin memasang risleting di mulut ibunya lantas menutupnya rapat-rapat.

Nara tersenyum lalu wanita itu mengelus kepala putrinya yang bersembunyi di balik selimut.

"Eomma akan membawakan obatmu." Katanya sambil melihat putri kecilnya untuk terakhir kali, lalu meninggalkan ruangan.

Jennie keluar dari persembunyiannya di balik selimut, lalu dia mengambil ponselnya dari bawah bantal untuk mengirim pesan ke Rosé.

"Hari ini aku tidak bisa sekolah karena salah satu penyakit bodohku menyerangku sehingga aku harus tetap di rumah, tapi jangan khawatirkan aku, aku baik-baik saja... jaga dirimu baik-baik pirang."

Beberapa menit kemudian nada pemberitahuan pesan terdengar. Lalu pesan dari Rosé muncul di pop up, dan Jennie segera membukanya.

"Jangan-jangan Manoban kemarin menenggelamkanmu ke salah satu ember air? Dia tidak melakukan apapun padamu kan?"

Tawa ringan keluar dari bibir Jennie.

"Tidak. Tapi aku membiarkan diriku melakukan semua pekerjaan itu dan itu tidak masalah bagiku."

"Kamu harus belajar karate atau kungfu untuk membela diri dari orang menyebalkan itu Jennie."

Tawa ringan lainnya memenuhi ruangan. Rosé memiliki selera humor yang luar biasa dan Jennie senang berteman dengan gadis itu.

Pada saat yang sama, Nara kembali ke kamar, membawa tas berisi obat-obatan.

"Ini sayang, minumlah dua pil, lalu cobalah untuk tidur, oke?" Jennie mengangguk sedikit.
"Jika kamu membutuhkan sesuatu, panggil saja eomma, sekarang eomma harus menyiapkan makan siang." Jennie mengangguk lagi.

Hampir sepanjang minggu, dirumah itu hanya ada Jennie dan Nara. Ayahnya bekerja hingga larut malam dan Jennie jarang bertemu dengannya. Biasanya gadis bermata kucing itu sedang tidur ketika ayahnya tiba di rumah dengan wajah lelah setelah hari yang melelahkan, sehingga Jennie tidak pernah bisa bertemu atau menghabiskan waktu bersamanya.

Sementara kakaknya, Hyejin mulai kuliah setahun yang lalu, dia tinggal di asrama bersama temannya agar lebih dekat dengan kampus.

Perubahan Ibunya yang mendadak memperlakukannya dengan baik mungkin karena hal itu. Kim Nara tidak punya pilihan selain berdamai dengan putri bungsunya, mungkin wanita itu merasa sangat sendirian di rumah sehingga dia memilih untuk mulai berperilaku baik dengan gadisnya yang sakit.

SOME THING I'LL NEVER KNOW (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang