Senin 06.00
"Rosé, aku benar-benar minta maaf soal kemarin, aku telah melakukan hal yang sangat bodoh padamu... tolong maafkan aku."
Hal pertama yang dilakukan Jennie ketika dia bangun adalah mengirim pesan kepada Rosé untuk meminta maaf atas kebodohan yang telah dia lakukan.
Kemarin Rosé berusaha untuk melindungi Jennie, tetapi dia justru memperlakukannya dengan buruk.
Jelas-jelas Rosé sudah bersekolah di tempat itu lebih lama darinya, dia pasti lebih tahu tingkah laku dan kepribadian Lisa. Tapi kenapa Jennie bisa sebodoh itu?
Setelah beberapa menit mengirim pesan, ponselnya berbunyi dan Jennie bergegas menuju perangkat kecil itu sambil berharap Rosé akan memaafkannya.
"Jangan khawatir, kita semua pernah melakukan hal bodoh dalam hidup. Aku memaafkanmu, Jerry :) "
Senyuman hangat yang tulus segera muncul di wajah Jennie bersamaan dengan sedikit kegembiraan yang memenuhi hatinya."Terima kasih. :)" Dia mengetik dengan cepat dan mengirimkannya pada Rosé.
Lalu Jennie berdiri sambil tersenyum memandangi beruang coklat yang mengawasinya dari kursi tua.
"Selamat pagi Muffin." Jennie perlahan mendekati beruang itu, lalu menggendongnya dan memeluknya dengan erat.
Bulunya terasa kasar karena boneka itu sudah tua, tetapi Jennie sangat menyukai aromanya. Itu adalah aroma parfum yang Jennie gunakan ketika dia masih kecil dan itulah kenapa dia sangat suka memeluk Muffin.
Jika dia menutup matanya, dia merasa kembali ke masa empat tahunnya. aromanya masih utuh sehingga dia tidak berani mencuci boneka tua itu. Itu sebabnya, warna bonekanya menjadi coklat.
Nara berkali-kali memberitahu Jennie bahwa warna alami Muffin adalah cream, tetapi Jennie tidak pernah mempercayainya. Baginya Muffin berwarna coklat, tetapi karena tumpukan debu di bulunya, mengubahnya menjadi coklat gelap.
Pagi itu matahari di Sokcho telah terbit dengan sinarnya yang hangat, diiringi dengan awan gelap dan angin yang membuat pepohonan menari, menyebabkan beberapa dedaunan terbang ke mana-mana.
Hari yang khas di musim gugur.
"Selamat pagi, putri tidur." Nara masuk dengan nampan berisi jus jeruk dan roti panggang yang dia letakkan di pangkuan Jennie dengan hati-hati.
"Siap untuk kembali ke sekolah?" Dia bertanya dengan gembira sambil meletakkan kedua tangannya di pinggang dan memberikan senyuman paling murni kepada putrinya."Tidak, tapi aku harus tetap pergi."
Jennie berkata dengan sangat lemah. Dia tahu persis apa yang menantinya hari itu dan dia tidak siap menghadapinya.
Dia sudah bisa mendengar tawa separuh sekolah bergema di telinganya, mereka pasti akan tertawa terbahak-bahak melihat video yang pasti sudah Lisa sebar ke seluruh siswa di sekolah.
***
Saat memasuki gedung sekolah, Rosé sudah menunggunya dengan salah satu senyuman manis di wajahnya.
"Hai Jennie!" Sapa Rosé, sambil menarik gadis bermata kucing itu ke dalam pelukannya.
"Hai Rosé..."
Jennie berusaha sekuat tenaga untuk membalas senyuman ramah itu, tapi betapapun kerasnya dia berusaha, senyuman yang keluar justru seringai kesedihan yang mengerikan.
"Apa semuanya baik-baik saja?" tanya si pirang dengan prihatin saat melihat temannya tampak begitu terpukul.
"Ya, semuanya baik-baik saja... Ayo kita masuk?" Jennie mencoba menghindari topik dan Rosé mengangguk lalu kedua gadis itu mulai berjalan menuju ruang kelas mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOME THING I'LL NEVER KNOW (GXG)
Fanfic"Wajah cantikmu tersenyum lelah, sepertinya kamu sakit, baiklah aku tidak akan menyakitimu lagi... Tapi, hanya itu yang bisa aku lakukan, karena kebahagiaan menyerbu hatiku setiap kali aku melihatmu menitikkan air mata."