Rabu 5:30 pagi.
Seperti yang telah diprediksi Jennie, hari itu dimulai dengan gerimis ringan. Itulah hari-hari biasa di Sokcho, langitnya selalu berawan, mengundang siapa saja untuk mengunci diri di kamar, tetapi hari ini dia harus pergi ke sekolah.
Jennie melihat wajahnya yang mengantuk di cermin. Pagi ini rambutnya tampak bagus sehingga dia hanya perlu penyesuaiannya dengan jari-jarinya untuk membuat rambut coklatnya menjadi sempurna.
Semoga hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan.
Gadis itu dengan tenang menuruni tangga kayu besar yang berderit di setiap langkah yang dia ambil.
Jennie akan sarapan dengan tenang.
Dia menuangkan susu hangat dan sarapan dalam diam. Beberapa saat kemudian terdengar langkah kaki Nara menuruni tangga."Wah, kejutan sekali melihatmu bangun sepagi ini nak." Nara berkomentar lucu sambil duduk di sebelah Jennie. "Ternyata Eomma tidak salah ketika mengatakan bahwa ada seseorang yang mencuri hatimu... Jarang sekali kamu bersemangat pergi ke sekolah," ucap Nara sambil menatap Jennie dengan tatapan nakal. Wanita itu lalu menuangkan susu hangat ke dalam gelas putihnya.
"Eomma..." Gadis bermata kucing memberinya tatapan peringatan sebagai tanda agar Ibunya berhenti.
Jennie tidak ingin pembicaraan itu berlanjut, karena sekarang dia sedang melupakan Lisa untuk sementara waktu.
"Baiklah, jika kamu tidak mau, kita tidak akan membicarakannya sekarang. Ayo habiskan susumu sayang."
Jennie mengangguk sedikit lalu dia meminum cairan hangat yang terasa nikmat mengalir di tenggorokannya di pagi yang sejuk itu.
Ketika keduanya selesai sarapan, Nara berdiri, mengambil dua cangkir lalu menaruhnya di wastafel.
Setelah itu dia mengambil mantel wol halus berwarna hijau muda untuk dia pakai dan mengambil tasnya yang mencolok untuk di gantungkan di bahunya."Sayang, kamu harus pakai mantel, di luar agak dingin, kamu tidak boleh sakit lagi."
Jennie mengangguk dan berjalan menaiki tangga, lalu turun dengan mantel biru di tangan.
Ketika mereka berdua keluar menuju mobil, tetesan air dingin menerpa wajah mereka. Gerimis ringan pagi itu semakin intensif, membuat suhu dilingkungan itu berubah secara total.
Nara masuk ke dalam mobil lalu menyalakan pemanasnya. Sekalipun cuacanya tidak terlalu dingin, wanita itu harus melakukan tindakan pencegahan terhadap Jennie agar putrinya tidak sakit. Itu yang membuat pengeluarannya menjadi dua kali lipat. Itulah sebabnya dia dan suaminya sama-sama bekerja. Itu semua demi kesehatan putri bungsunya.
Lalu lintas menjadi lambat karena cuaca, aspal jalanan menjadi licin akibat genangan air, sehingga mobil melaju dengan lambat.
Jennie mendengus. Sepertinya tidak ada gunanya bangun pagi, karena dia yakin hari ini akan terlambat.
Setelah beberapa saat, Nara memarkir mobilnya di depan gerbang sekolah dan setelah memberi salam singkat, Jennie mulai berjalan cepat menuju ruang kelas.
Sekolah itu benar-benar sunyi, dan itu membuat gadis berambut coklat semakin gugup. Pasti semua orang sudah berada di kelasnya masing-masing.
Entah kenapa perjalanannya terasa lebih lama dari biasanya, dan ketika Jennie akhirnya tiba, dia dengan gugup meraih kenop pintu kelas, lalu masuk dengan gugup dan sedikit ketakutan.
Seketika beberapa pandangan tertuju padanya dan di antaranya adalah kepala sekolah yang berdiri di samping seorang guru.
"Selamat Malam Nona Kim." Kata Wanita itu dengan ironi, menyebabkan seluruh kelas tertawa terbahak-bahak, termasuk guru muda di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOME THING I'LL NEVER KNOW (GXG)
Fanfiction"Wajah cantikmu tersenyum lelah, sepertinya kamu sakit, baiklah aku tidak akan menyakitimu lagi... Tapi, hanya itu yang bisa aku lakukan, karena kebahagiaan menyerbu hatiku setiap kali aku melihatmu menitikkan air mata."