BAB 9. CURIGA

450 72 6
                                    

Happy reading! ^^

.

.

.

PO PDF RED STRING OF FATE SUDAH DIBUKA YA GUYS.

- PO dibuka sd tgl 20 Juni2024

- Pengiriman pdf tgl 30 Juni 2024

- Harga khusus PO 50 ribu

- Jumlah words lebih dari 100 K words

- Jumlah BAB lebih dari 60 BAB

- Link Pemesanan ada di profile saya.

Terima kasih. ^^

.

.

.

Dilarang menyalin, menjiplak, mempublikasikan sebagian atau keseluruhan cerita tanpa izin penulis!

.

.

.

Kembali ke masa kini, Feng Shi menghela napas beberapa kali. Dia tidak mengerti kenapa kepalanya terus memutar ingatan masa lalu yang tidak ingin diingatnya? Kehidupan pernikahannya jelas bukan sesuatu yang layak untuk dikenang.

Rombongannya beristirahat di Kota Jiaju. Kota kecil itu terletak di kaki bukit Gunung Wotong. Sungai mengalir dari hulu, membelah kota yang damai. Sumber pemasukan desa berasal dari pertambangan besi dan pertanian. Namun, beberapa tahun terakhir tersiar kabar jika beberapa pejabat penting di Kota Jiaju bekerjasama dengan seorang saudagar untuk menjual garam.

Penjualan garam oleh pihak swasta merupakan satu kejahatan besar. Jika diketahui oleh pihak istana, semua yang terlibat dalam perdagangan itu akan dijatuhi hukuman mati.

Merasa bosan, Feng Shi memutuskan untuk keluar mencari udara segar. Salah satu pengawal mengatakan jika rombongan harus mengambil jalan memutar karena jembatan penghubung Kota Jiaju dan Kota Weiyang terputus akibat banjir besar beberapa hari lalu.

Pengawalnya mengatakan jika perbaikan jembatan akan memakan waktu lama karena itu mereka harus mengambil jalan memutar. Xiao Tong berjalan di sisi kiri tuannya. Mereka berjalan-jalan di pusat kota yang terlihat lebih ramai, siang ini.

Ada banyak wanita muda berkumpul di depan sebuah restoran. Wangi bunga tercium hingga ke kejauhan.

Xiao Tong yang penasaran meminta izin untuk mencari tahu, sedangkan Feng Shi memilih untuk membeli kue kacang merah dan permen untuknya juga Xiao Tong.

Dalam waktu singkat, Xiao Tong kembali. Pelayan kecil itu mengucapkan terima kasih karena nona mudanya membelikan beberapa makanan ringan untuknya. "Nona Kedua, mereka tengah menunggu Adipati Fu." Xiao Tong berhasil mengumpulkan informasi hanya dalam waktu sangat singkat. Dia memasukkan permen ke dalam mulut sementara Feng Shi terlihat acuh tak acuh mendengar berita itu.

Setelah terdiam beberapa saat, Xiao Tong lanjut bicara dengan nada berbisik. "Hamba juga mendapat informasi jika Adipati Fu akan menghadiri pesta penyambutan di Kediaman Pemimpin Kota, malam ini." Terselip nada jengkel dalam suara Xiao Tong saat melanjutkan. "Pemimpin Kota Jiaju terkenal menyukai kecantikan. Mereka mengatakan dia menyewa semua bunga dari Rumah Bordil Kebahagiaan untuk menyenangkan Adipati Fu."

Feng Shi masih belum menjawab. Dia mengunyah kuenya, pelan. Untuk mereka yang tinggal di kota-kota kecil, para pejabat tinggi di ibu kota seperti seorang dewa. Karenanya mereka pasti akan melakukan apa pun untuk menyenangkan tamu istimewa itu.

Angin dingin tiba-tiba berembus. Merasa diawasi seseorang, Feng Shi mendongakkan kepala ke sisi kanan bangunan berlantai dua. Pandangannya bersirobok dengan seorang pria yang mengenakan topeng perak untuk menyembunyikan sebagian wajahnya. Dua orang pengawal berdiri, mengapit sang tuan dengan ekspresi tidak terbaca.

Tatapan Feng Shi sedingin Bintang Utara. Karena merasa lebih percaya diri setelah jerawatnya sembuh, Feng Shi tidak menyembunyikan sebagian wajahnya di balik cadar, siang ini. Pakaian merahnya terlihat sangat mencolok, dipadankan dengan jubah berwarna hitam, Feng Shi terlihat seperti seorang pendekar wanita yang keluar dari buku-buku cerita para sastrawan muda.

Feng Shi tahu siapa yang tengah ditatapnya. Bersikap acuh tak acuh, wanita itu memalingkan muka, telinganya terus mendengar ocehan Xiao Tong yang masih berlanjut bahkan saat mulut pelayan kecil itu mengunyah makanan.

"Ah, sepertinya nona kecil sangat tidak menyukai Anda." Suara Wan He memutus keheningan yang tergantung di udara. Pria berusia delapan belas tahun itu memiringkan kepala ke satu sisi, tangannya dilipat di depan dada. Melirik kepada adipati, Wan He kembali bicara, "Bisa-bisanya dia tidak memberi salam kepada Anda." Ucapan Wan He seperti menyiram minyak ke dalam api. "Tuan, sepertinya dia masih kesal karena Anda tidak mengizinkannya untuk melintas terlebih dahulu."

Honghui tidak menjawab. Pria itu kembali duduk setelah berdiri beberapa saat. Di balik topeng peraknya, ekspresi Honghui tidak berubah. Menuangkan teh panas ke dalam cangkir keramik, Honghui bertanya, "Apa sudah ada berita baru yang kalian dengar tentang Ah Li?"

Ji Tai menjawab, "Nama kecilnya Li Er." Ji Tai menekuk kening dalam saat Honghui memberinya tatapan tajam. "Anda tidak membutuhkan detail kecil itu?" tanyanya, polos.

Mengembuskan napas panjang, Honghui terlihat tidak peduli. "Apa kalian tidak bisa memberiku informasi lebih penting daripada sekedar nama kecil Feng Ah Li?" dengkusnya, terdengar kesal.

Ji Tai dan Wan He saling melempar pandang. Keduanya tidak langsung menjawab hingga akhirnya Ji Tai kembali bicara. "Mata-mata melaporkan hanya ada beberapa pelayan yang tahu wajah asli Nona Kedua Feng. Ini pertama kalinya dia keluar dari kediaman utama perdana menteri. Nona Ah Li dikurung selama beberapa tahun di halaman belakang. Menurut informasi, Keluarga Besar Feng malu memiliki putri idiot terlebih setelah Nona Ah Li mengacaukan jamuan ibu suri tua beberapa tahun silam. Dia juga mengatakan jika Nona Ah Li berkebutuhan khusus, bodoh juga aib keluarga—"

"Dia tidak terlihat bodoh di mataku." Wan He memotong ucapan Ji Tai hingga membuat yang lebih tua menggertakkan gigi, kesal. "Jelas sekali Nona Kedua Feng tidak bodoh. Penampilannya juga tidak memalukan. Kurasa mata-mata yang kau kirim salah mendapatkan informasi. Atau wanita itu memang bukan Nona Kedua Feng yang asli?"

Ada jeda pendek sebelum Wan He lanjut bicara. Dia menarik napas panjang sembari memasang ekspresi serius. "Sangat aneh karena tiba-tiba perdana menteri mengirim putri keduanya ke Kuil Utara. Anehnya, penampilan putri keduanya tidak seperti rumor yang beredar."

Terdiam sejenak, tiba-tiba saja kedua mata Wan He terbelalak sempurna. Ditatapnya Honghui, serius. "Tuan, sepertinya perdana menteri sengaja mengirim putri pengganti ke Kuil Utara untuk mengumpulkan informasi tentang Anda. Bukankah Kuil Utara berada dekat dengan Perbatasan Utara?" Saat ini Wan He merasa jika dirinya sangat pintar. "Atau perdana menteri berniat menggunakan pengganti putri keduanya untuk mendekati Anda. Dia mungkin menginginkan Anda menjadi menantunya."

Ji Tai memutar kedua bola matanya, sementara Honghui bicara tenang. "Pernyataanmu terdengar masuk akal. Namun, aku masih menunggu kabar dari ibu kota mengenai latar belakang anak kecil itu. Dia mungkin Feng Ah Li asli dan pasti ada alasan kuat hingga perdana menteri menyembunyikannya selama ini."

Penuturan Honghui berhasil membuat Ji Tai terbelalak sedangkan Wan He menatap rekannya itu dengan ekspresi bangga. Menaik turunkan kedua alisnya, Wan He tersenyum miring kepada Ji Tai.

"Jika benar Li Er dikirim perdana menteri untuk mendekatiku, aku ingin tahu sejauh mana wanita itu akan bertindak untuk menarik perhatianku," ucapan Honghui terdengar sinis dan tidak sabar. Meletakkan cangkir keramiknya di atas meja, Honghui lanjut bicara. "Namun, jika wanita itu memang dikirim untuk membunuhku, dia pasti akan segera datang kepadaku."

Sekali lagi, Ji Tai dan Wan He saling berbalas pandang. Keduanya kini berekspresi serius karena tahu ucapan tuannya jarang sekali meleset.

.

.

.

TBC

BUKU SATU - Red String of Fate (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang