💜🐨 09. Make a Wish! [1]

96 13 20
                                    

Happy Reading!

💐🏥🥼🩺📋
_____________________
_______________________________

Juna pada akhirnya berangkat naik taksi online, setelah melihat tingkah heboh Lestari yang sangat berterima kasih padanya karena membawakan seorang tukang tambal ban langsung ke rumah. Berasa tamu VIP dilayani seperti ini. Padahal Mang Ujang memang tukang kebun yang juga biasa datang ke rumah, mungkin karena Mang Ujang bukan tipe yang mudah mengobrol banyak, jadi Lestari tidak tahu kalau Mang Ujang bisa menambal ban.

Tujuan Juna bukan ke rumah orang tuanya di Sentra Duta, tapi ke daerah Jalan Cikutra, Bandung. Di sana ada tempat servis mobil langganan keluarga, karena tempat servis itu menawarkan jasa memperbaiki mobil dengan cara diambil dan diantar ke rumah oleh pihak bengkel. Ibu Juna bilang kalau Mobil Civic Turbo milik ayahnya yang rusak parah pasca kecelakaan seharusnya sudah selesai diperbaiki hari ini, tapi belum diantar juga ke rumah dan Juna diminta memeriksa. Hal yang membuat Juna malas punya mobil sendiri adalah yang seperti ini, bolak-balik pergi ke bengkel hanya untuk memeriksa mobil. Juna bukan tipe orang yang mampu sabar menunggu, kecuali pada perasaan Harmoni untuknya, tapi yah ... apa boleh buat? Lakukan saja perintah Mama.

Keempat roda taksi yang ditumpangi Juna sudah membelah jalan raya, hanya butuh waktu sekitar lima belas menit perjalanan dari Jalan Bahureksa ke Jalan Cikutra. Semoga tidak memakan waktu lama dan mobilnya benar-benar sudah selesai diperbaiki, Juna juga harus kembali pulang untuk mengatur pengiriman pesanan para pelanggannya bersama Lestari.

Suara bising khas bengkel, bau oli, para pekerja yang mukanya cemong, dan di sana. Mobil civic putih milih ayahnya sudah diperbaiki seperti semula, tidak ada bekas atau tanda-tanda habis mengalami kecelakaan parah. Juna merasa sedikit lega, proses perbaikan mobil berlangsung cepat.

"Ada yang bisa dibantu, A'?" Seseorang yang tidak jelas, salah satu montir atau kepala bengkel menyambut kedatangan Juna.

"Oh? Iya. Saya mau ngambil mobil civic turbo putih atas nama Bu Yunia Nam. Itu yang di sana." Juna langsung menjawab sopan sambil menunjuk letak mobil milik ayahnya yang terparkir tidak jauh, "Katanya diantar hari ini, tapi kok belum sampe rumah juga."

"Hapunten, Aa'. Tadi pagi masih disetel-setel lagi. Remnya habis dirusakin parah, jadi kami ganti semua suku cadang remnya. Ini udah jadi, baru mau diantar." Dari keterangannya, Juna yakin kalau orang ini salah satu montir yang menangani servis mobil ayahnya. Pasti ulah Dokter Richard Lim, siapa lagi manusia yang mampu berbuat selicik itu. Apalagi kejadiannya setelah ayah Juna selesai berkunjung dari rumah Dokter Lim yang di Jakarta.

"Beneran udah bisa diambil sekarang?" tanya Juna. Dia juga merinding kalau remnya belum sepenuhnya diperbaiki, bisa memakan korban jiwa lain.

"Bisa, A'. Bisa." Montir itu langsung mengiyakan dan mengambil kunci mobil beserta tagihan.

Juna menunjukkan bukti transfer uang dan menyelesaikan beberapa administrasi pembayaran. Syukurlah tidak sampai berjam-jam. Meskipun pasti boleh, tapi rasanya hati Juna tidak enak kalau tidak bilang. Jemari Juna memanggil nomer, setelah duduk di dalam mobil. Layar ponsel menunjukkan mode memanggil seseorang.

"Hallo, Ma? Ini servis udah selesai. Tadi kata orang bengkel, pagi udah mau dianter, tapi disetel-setel lagi dulu remnya. Mobil Papa Juna pake dulu ya? Juna bawa pulang ke Bahureksa. Boleh nggak?"

"Iya. Pake aja. Lagian Papamu kayaknya belum bisa kerja kemana-mana dulu. Sekalian cek data laporan tahunan dari kepala rumah sakit, biar dibantu Pak Ayyas. Nanti Mama kirim lewat WA daerah mana aja yang belum. Kamu kuliah udah longgar, kan?"

"Udah, Ma. Pak Ayyas bukannya masih cuti?"

"Habis tahun baru. Nunggu Pak Ayyas selesai cuti."

𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝐨𝐟 𝐃𝐞𝐜𝐚𝐥𝐜𝐨𝐦𝐚𝐧𝐢𝐚 | Part of Purple Universe ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang