Happy Reading!
💐🏥🥼🩺📋
_____________________
_______________________________Juna malam ini pulang naik grab car, kunci mobil milik ibunya sudah dikembalikan ke Om Yohan tadi waktu pamit di rumah sakit. Meskipun Om Yohan juga tidak keberatan kalau Juna membawa mobil itu ke Bahureksa, Juna merasa sudah sangat kelelahan hingga tak mampu fokus menyetir lagi setelah seharian melakukan banyak aktivitas.
Sopir mobil grab kali ini tidak banyak bicara, Juna membutuhkannya untuk mengisi energi. Di luaran saja, Juna kelihatan mudah bergaul, tapi sebenarnya Juna seorang introvert yang lebih suka sendiri daripada bertemu banyak orang. Seorang penjaga rumah membukakan gerbang saat sopir menurunkan Juna.
Rumah di Bahureksa ini dibeli ibu Juna sebagai aset properti dan tempat singgah saja, karena terkadang Yunia melakukan aktivitas bersama teman-teman sesama dokter di kawasan Bahureksa. Bangunan rumah tidak besar, tidak bertingkat pula, bahkan terkesan jauh dari kata mewah. Berbanding terbalik dengan rumah orang tuanya di Sentra Duta, rumah tempat Juna tumbuh dan dibesarkan. Namun, di sinilah Juna menemukan sesuatu yang tidak ditemukannya semenjak menginjak remaja di rumah megah itu, ketenangan. Ada kedamaian kecil yang membuat Juna betah tinggal sendirian. Dan Juna mampu menyebut bangunan bisu ini sebagaimana ia memaknai rumah, tempat pulang juga istirahat.
Juna tidak benar-benar tinggal sendirian, ada tiga orang lain yang menemani Juna menghuni tempat ini. Pak Satpam, tukang kebun yang akrab disapa Mang Ujang, beliau tidak menginap karena terletak rumahnya tidak jauh dari Jalan Bahureksa, juga pembantu yang mengurus dan memasak untuk Juna. Pembantu itu namanya Bik Lasmi, janda asal Nganjuk yang mengurus Juna sejak bayi. Yunia tidak pernah tega membiarkan Juna mengurus rumah sendiri, bisa hancur semua benda-benda bernilai seni dan klasik koleksi kesayangan Yunia di rumah itu karena kecerobohan Juna.
"Baru pulang, Den?" Pak Satpam menyapa ramah. Juna hanya balas mengangguk dan tersenyum. Dia sangat lelah, susah diungkapkan. Juna akan menyapa pak satpam lebih sopan besok pagi saat semangatnya sudah terisi lagi.
Sebuah motor beat hitam terparkir di halaman depan rumahnya. Juna mengecek jarum jam arloji, pukul tujuh malam. Ya ampun! Bisa-bisanya dia masih betah di rumahnya. Juna langsung merangsek masuk, membanting pintu, dan berteriak kencang.
"SIAPA YANG NYURUH LEMBUR!" Juna mencak-mencak marah ke ruang tamu yang berantakan, tak ada bedanya dengan suasana kapal pecah. Banyak kertas buket, batang bunga, sisa pita, atau sampah yang entah apa berserakan di semua tempat.
Orang dimaki langsung berjingkat, "KAGET ANJING! Masuk rumah permisi dulu kek." Dia menyentuh kupingnya, meniup angin di kepalan tangan dan menaruhnya dekat lubang telinga, memeriksa kalau-kalau gendangnya pecah. Syukurlah, masih berfungsi normal.
"Per-mi-si?" Juna mendelik, "AKU YANG PUNYA RUMAH!" Badannya yang tadi lemas seketika punya energi cukup untuk berdebat sampai pagi. Seperti anjing kalau sudah melihat kucing.
"Oh, iya sih. Woles woles. Hehe, aing lupa." Wajahnya yang cengengesan dan tanpa dosa itu membuat Juna semakin bernafsu untuk memaki, tapi apa boleh buat. Energinya kembali ke setelan awal tadi, sudah habis. Sofa ruang tamu terlihat begitu nyaman.
"Capek banget! Belum tidur aku dari kemarin malam." Juna menyingkirkan barang yang entah apa di atas sofa dan langsung berbaring di sana tanpa melepas sepatu. "Kamu kalo niat kerja lembur terus kira-kira dong, aku kan jadi harus bayar bonus banyak. Nyebelin." Tangan Juna yang tadinya digunakan untuk menutup mata menghindari terangnya lampu waktu berbaring, kini digunakan untuk menopang dagu dan tidur miring. "Udah selesai semua pesenannya? Gila. Rajin banget."
![](https://img.wattpad.com/cover/362549198-288-k503623.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝐨𝐟 𝐃𝐞𝐜𝐚𝐥𝐜𝐨𝐦𝐚𝐧𝐢𝐚 | Part of Purple Universe Project
RomancePurple Universe Project || RM BTS Part Kim Namjoon (RM) as Juna Nam COWOK KOK SUKA BUNGA, KAYAK BANCI! Semenjak apa yang diucapkan sang ayah setelah mengatakan mimpinya ingin menjadi Florist, Juna mulai memahami mengapa ada yang mengatakan bahwa hid...